Konsep Terpadu Sirkuit Mandalika
JAKARTA, KOMPAS - Pembangunan lintasan balapan MotoGP di Mandalika, Lombok, akan dikerjaan simultan dengan pembangunan hotel-hotel dan sarana penunjang lainnya. Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Lombok juga akan diperluas dan didukung jaringan jalan by pass ke Mandalika.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC/PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) Abdulbar M Mansoer, pada jumpa pers bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (25/2/2019).
Abdulbar menjelaskan, kontrak penyelenggaraan MotoGP dan WSBK (World SuperBike) di Indonesia dengan Dorna sudah ditandatangai di Madrid, Spanyol, pada 28 Januari 2019. Kontrak berjangka waktu lima tahun mulai dari 2021 dengan opsi perpanjangan setelahnya. Untuk bisa menyelenggarakan MotoGP itu, ITDC harus membayar biaya penyelenggaraan sebesar 9 juta euro (sekitar Rp 144 miliar) per musimnya. Dorna adalah perusahaan pemegang hak komersiil MotoGP.
"ITDC yang akan membayar fee itu dengan mencari dari beberapa sumber, antara lain dari sponsor-sponsor)," jelas Abdulbar.
Setelah diperoleh kontrak penyelenggaraan itu, ITDC bersama mitra investor Vinci akan membangun semua hal yang terkait dengan balapan MotoGP, antara lain trek, paddock, dan kebutuhan balapan lainnya.
Sedangkan dukungan dari pemerintah yang dibutuhkan adalah pembangunan akses jalan baru dari bandara ke kawasan Mandalika. Juga kemudahan alur barang-barang MotoGP, termasuk pemrosesan untuk masuk dan keluar Indonesia. Selain itu juga dukungan ketersediaan daya listrik untuk kawasan Mandalika.
"Untuk akses jalan, kami sudah paralelkan dengan Kementerian PUPR yang akan membangun akses jalan by pass dua sisi dari bandara ke Mandalika. Sedangkan untuk bandara, waktu Carmelo (Ezpeleta, CEO Dorna) datang ke Lombok, kami juga sudah pertemukan dengan GM Angkasa Pura I, dan dijelaskan akan ada penambahan apron, dan perpanjangan landasan pacu menjadi 3200 meter. Sekarang dengan adanya MotoGP, proses pembangunan itu bisa dipercepat karena dukungan pemerintah ke Mandalika sangat luar biasa," jelasnya.
Selain pembangunan bypass dan perluasan bandara, pemerintah juga bertugas membangun di kawasan penyangga, antara lain embung (tempat penampungan air) agar kawasan Mandalika tidak kebanjiran. "Kami berharap pada hari balapan nanti, jalan sudah tersedia, airport sudah cukup kapasitasnya, bendungan yang menahan banjir di utara sudah selesai, tempat pembuangan sampah akhir dan lain-lain yang di luar kawasan juga sudah selesai," tambah Abdulbar.
Abdulbar menjelaskan, trek yang akan dibangun adalah trek jalan raya dengan areal pengaman di kiri-kanannya. Untuk membangun trek sepanjang 4,3 km yang memiliki 18 tikungan itu, ITDC sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan PP IMI. "Minggu depan kami akan bertemu dengan IMI lagi setelah punya kontrak ini, untuk mengurus homologasi trek yang akan dibangun dari FIM (Federasi Motorsport Internasional).
"Kami hanya akan membangun treknya setelah ada homologasi dari FIM. Karenanya kita baru mulai akan bangun bulan September, karena kami masih harus menunggu homologasi, persiapan pengadaan, persiapan lokasi dan pra-konstruksi," jelas Abdulbar.
Investasi 15 tahun
Untuk membangun di dalam kawasan Mandalika, disampaikan Abdulbar, dibutuhkan dana Rp 4,5 triliun, dan ITDC sudah mendapatkan bantuan pendanaan dari salah satu bank di Asia sebesar Rp 3,6 triliun.
"Akan tetapi itu untuk membangun semuanya, yang berkaitan dengan infrastruktur. Jadi dasaran untuk trek MotoGP itu kami yang bangun, tetapi di atasnya pihak swasta investor kita yang akan bangun. Vinci itu menyewa lahan seluas 131 hektar, dan di dalam 131 hektar itu mereka akan membangun fasilitas untuk kawasan mereka sendiri. Mereka akan membangun 10 hotel, 2.500 kamar, membangun MotoGP Area, convention center, rumah sakit, dan fasilitas pendukungnya. ITDC hanya membangun infrastruktur dasar di dalam kawasan, yaitu jalan, listrik, pengolahan air, pengelolaan limbah, dan landscape," jelas Abdulbar.
Waktu balapan MotoGP di Indonesia, disampaikan Abdulbar, adalah Maret 2021. "Tetapi kalau di bulan Maret kita belum bisa menyelesaikan (persiapannya), masih ada opsi di bulan Oktober. Tapi kami lebih suka Maret karena di Maret itu Lombok masih hijau, kalau Oktober mulai agak kering, debunya lebih banyak," jelasnya.
Abdulbar menambahkan, Vinci sudah berkomitmen mengalokasikan dana investasi sebesar satu miliar dollar AS (sekitar Rp 14 triliun), tetapi itu untuk 15 tahun. "Nanti mereka akan melihat mana yang bisa didahulukan. Kalau sekarang kan ada MotoGP, jadi bisa lebih cepat," jelasnya.
Menpora mengungkapkan, pemerintah sangat gembira dengan akan digelarnya MotoGP di Indonesia pada 2021. "Karena ini menjadi impian kita semua, impian masyarakat Indonesia, impian masyarakat motor, dan tentunya impian pihak Dorna sendiri karena mereka sudah lama sekali memberi peluang kepada Indonesia. Baru sekarang kita memastikan. Pemerintah tentu akan bersama-sama nanti, mendukung, mendorong, dan mengajak partisipasi publik yang lebih luas lagi, agar memberi pesan kepada dunia dan khalayak luas, bahwa Indonesia betul-betul layak untuk menyelenggarakan MotoGP," papar Imam.