DUSSELDORF, KAMIS - Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno meyakinkan kepada pelaku bisnis bahwa kondisi ekonomi Indonesia stabil dan memiliki peluang bisnis yang semakin kompetitif secara global. Hal itu disampaikan di tengah munculnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang menjadi perhatian pengusaha di banyak negara.
“Pertumbuhan ekonomi kita berada di angka 5,17 persen. Utang luar negeri masih sehat, yaitu sekitar 26 persen dari PDB. Tingkat pengangguran bisa diturunkan sampai 5,1 persen. Begitu pula angka kemiskinan terus menurun hingga 9,6 persen di tahun 2018," tutur Oegroseno di acara Asia Business Insight 2019 di Dusseldorf, Jerman, pada Selasa (26/2/2019), seperti dikutip dari keterangan tertulis oleh KBRI Jerman.
Acara yang digelar oleh HSBC dan koran bisnis lokal,Handelsblatt, ini merupakan forum bisnis tahunan yang membahas perkembangan hubungan ekonomi antara Asia dan Jerman. Acara dihadiri oleh 300 pelaku usaha dari berbagai negara, termasuk Jerman, Inggris, Cina, India, dan Amerika.
Asia Business Insight 2019 menghadirkan 26 pembicara dari kalangan pelaku usaha, media, perbankan, serta pakar teknologi ekonomi digital. Oegroseno adalah satu-satunya pembicara dari kalangan pemerintah. Indonesia juga satu-satunya negara yang diberikan sesi khusus untuk mempresentasikan perkembangan ekonominya.
Oegroseno menyatakan, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia semakin menarik. Pada akhir 2018, nilainya mencapai sekitar 27 miliar dollar AS atau meningkat 49 persen dibanding 2015.
"Sebanyak empat unicorn kita masuk dalam 10 besar unicorn Asia, dengan total valuasi mencapai sekitar 20 miliar dollar AS. Bahkan GoJek Indonesia menduduki peringkat pertama unicorn terbesar di Asia Tenggara dan peringkat ke-20 di dunia," ujar Oegroseno.
Industri teknologi finansial di Indonesia juga terus berkembang. Diperkirakan, jumlah penyelenggara tekfin saat ini mencapai 160 perusahaan. Pada 2016, jumlahnya baru sekitar 50.
Hingga 1 Februari 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada 99 penyelenggara tekfin berizin dan terdaftar di OJK. Di samping itu, Indonesia juga menjadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan Green Sukuk (obligasi berbasis syariah) dengan menggunakan mata uang dollar AS.
Paparan dari Oegroseno dikemas dalam bentuk dialog interaktif yang dimoderatori oleh Nicole Sebastian, Kepala Divisi Luar Negeri Handelsblatt. Selain perkembangan ekonomi Indonesia, ditanyakan pula mengenai perkembangan negosiasi perjanjian perdagangan bebas (FTA) Indonesia, serta perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (IU-CEPA), dan kemitraan ekonomi regional komprehensif (RCEP) yang terdiri dari 16 negara di kawasan Asia dan Australia.
Dari para peserta, ditanyakan mengenai berbagai pertanyaan mengenai kondisi Indonesia terkini, dari pembangunan infrastruktur, kondisi di Jakarta, hingga Pemilu 2019.