JAKARTA, KOMPAS -- Indonesia akan tetap membeli pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi 35. Jakarta-Moskwa tinggal menyelesaikan teknis transaksi. Duta Besar Indonesia untuk Rusia Wahid Supriyadi mengatakan, pembelian jet tempur itu melibatkan beberapa kementerian. Teknis perjanjian dengan Kementerian Pertahanan RI terkait pembelian jet tempur tersebut sudah tidak ada masalah.
“Tinggal menyelesaikan perdagangan imbal balik, kewenangan Kementerian Perdagangan,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (28/2/2019), di Jakarta.
Jakarta-Moskwa terus merampungkan peraturan untuk perdagangan imbal balik itu. Dalam kesepakatan tersebut, antara lain, diatur produk apa saja yang akan diperdagangkan dalam mekanisme imbal balik.
Wahid menyatakan, transaksi tetap berjalan sesuai rencana. Tidak ada penjadwalan ulang, apalagi penundaan. Bahkan, Indonesia tidak terpengaruh dengan isu sanksi dari negara lain bila jadi membeli jet tempur Rusia.
"Indonesia menjelaskan secara terbuka menjelaskan kepada semua. Indonesia independen dan bisa memenuhi kebutuhan dari mana saja yang sesuai,” ujar Wahid.
Hubungan AS-Rusia secara umum tetap baik. Bahkan, dari sisi bisnis, ada peningkatan volume dan nilai transaksi.
Terkait sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia, Wahid menyebut, tidak ada dampaknya pada Indonesia. Apalagi, sanksi hanya terbatas secara bisnis. “Hubungan AS-Rusia secara umum tetap baik. Bahkan, dari sisi bisnis, ada peningkatan volume dan nilai transaksi,” ujarnya.
AS mempunyai undang-undang sanksi kepada perintang atau lawan (CAATSA). Dalam UU itu, AS menyatakan berhak menjatuhkan sanksi terhadap negara mana pun yang membeli persenjataan dari Rusia. Undang-Undang itu, antara lain, digunakan AS untuk menjatuhkan sanksi ke China karena membeli Sukhoi 35 dan sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Lawatan Putin
Wahid juga mengatakan, Jakarta-Moskwa terus mengupayakan lawatan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Indonesia. Rencana kunjungan Putin terus menerus dijadwal ulang karena berbagai alasan.
Awalnya, Putin akan bertandang ke Indonesia pada awal 2018. Akan tetapi, muhibah ditunda karena Rusia menggelar pemilu, dilanjut Piala Dunia pada 2018. Muhibah pada 2019 juga belum bisa dilakukan. Sebab, kali ini ganti Indonesia yang harus mempersiapkan pemilu.
Wahid menyebut, Indonesia-Rusia terus meningkatkan kerja sama. Kini, Jakarta-Moskwa mengejar pengesahan kerja sama strategis. “Ini level kerja sama tertinggi,” ujarnya.
Dari segi ekonomi, kerja sama Indonesia-Rusia juga terus meningkat. Dari kisaran 2 miliar dollar AS di 2015, kini sudah di atas 3 miliar dollar AS. “Peluangnya terus meningkat dan masih amat besar,” ujarnya.
Salah satu cara meningkatkan peluang itu adalah Festival Indonesia yang rutin digelar tiap tahun di Moskwa. Tahun ini, Festival Indonesia akan digelar pada 1-4 Agustus 2019. KBRI Moskwa mengundang UKM dan pengusaha Indonesia untuk memamerkan produknya di Festival Indonesia.
"Produk Indonesia digemari di Rusia. Untuk UKM, KBRI menyiapkan gerai gratis di pameran,” kata dia.
Editor:
samsulhadi
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.