TORINO, SABTU - Kemenangan Juventus atas Udinese 4-1 di Stadion Allianz, Torino, Sabtu (9/3/2019) dini hari WIB, mengungkap kelemahan Liga Italia. Pada laga itu, striker muda Juventus Moise Kean tampil memukau dengan mencetak dua gol. Kean menjadi bukti bahwa klub-klub elite Italia kurang berani memberi kepercayaan kepada para pemain muda.
Kean, yang baru berulang tahun ke-19 pada 28 Februari, beruntung menjadi pemain inti pada laga kontra Udinese. Berada di puncak klasemen Liga Italia dengan 75 poin, Juventus tinggal memenangi enam dari 11 laga tersisa untuk mengunci gelar juara ke-8 secara beruntun. Beban Juventus akan lebih ringan apabila Napoli yang kini mengemas 56 poin gagal memenangi 12 laga terakhir mereka.
Dalam posisi menguntungkan ini, Juventus berani memainkan tim pelapis saat menjamu Udinese. Pelatih Juventus Massimiliano Allegri mencadangkan para pemain kunci seperti Cristiano Ronaldo, Paulo Dybala, Mario Mandzukic, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini. Keputusan ini mengingat Juventus akan menjamu Atletico Madrid pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions, Rabu (13/3/2019) dini hari WIB. Laga kedua ini krusial karena pada laga pertama “Si Nyonya Besar” kalah 0-2.
Kean tidak menyia-nyiakan peluang tersebut. Ia mampu mencetak dua gol pada menit ke-11 dan ke-39. Pada babak kedua ia membuat Juventus mendapat hadiah tendangan penalti yang dieksekusi dengan baik oleh Emre Can. Gol keempat Juventus diceploskan oleh Blaise Matuidi pada menit ke-71. Udinese baru bisa membalas melalui Kevin Lasagna pada menit ke-84.
Itulah dua gol pertama Kean dalam tiga penampilannya musim ini di Liga Italia. Ia menjadi pemain termuda kedua Juventus yang mampu mencetak dua gol dalam satu laga setelah Giuseppe Galderisi pada Februari 1982. Galderisi waktu itu masih berusia 18 tahun.
Total ia sudah menyumbang tiga gol untuk Juventus di Liga Italia sejak debutnya pada musim 2016-2017. “Saya memastikan selalu tampak siap di setiap latihan dan berusaha memberikan yang terbaik ketika dipanggil untuk bermain,” kata Kean seperti dikutip laman Football-Italia.
Allegri pun memuji penampilan Kean sekaligus memberi sedikit masukan. “Kean sangat bagus ketika berlari dan berada di depan gawang. Namun, dia masih butuh mengembangkan pergerakan dan penguasaan bolanya. Saya rasa itu bisa dilakukan oleh pemain yang lahir tahun 2000,” ujar Allegri.
Kurang beruntung
Kean adalah mutiara sepak bola Italia. Namun, ia tidak seberuntung pemain muda lainnya yang sudah menjadi pemain inti klub elite di luar Italia. Skuad inti Real Madrid sudah punya Vinicius Junior (18). Kylian Mbappe (20) punya jam terbang tinggi di AS Monako sebelum pindah ke Paris Saint-Germain. Ajax kini dimotori Frenkie de Jong (21) di tengah dan Matthijs de Ligt (19) sebagai kapten.
“Kean tidak punya tempat di Juventus. Kalau ia pindah ke klub lain, kita akan melihat striker luar biasa,” kata pelatih tim nasional Italia Roberto Mancini seperti dikutip laman Calciomercato. Mancini sudah memberi kesempatan Kean tampil di timnas saat Italia menghadapi Amerika Serikat dalam laga persahabatan pada November 2018.
Mancini merasa, ketakutan klub-klub Italia untuk memberi kepercayaan terhadap para pemain muda telah mengakibatkan timnas Italia terpuruk. Setelah gagal tampil di Piala Dunia Rusia 2018, Mancini bertekad meremajakan skuad “Gli Azzurri”. (AFP)