Kisah Ethiopian Airlines, Sang Pemersatu Benua Afrika….
›
Kisah Ethiopian Airlines, Sang...
Iklan
Kisah Ethiopian Airlines, Sang Pemersatu Benua Afrika….
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
“Apakah orang kulit hitam bisa menerbangkan pesawat?” begitu pikir Nelson Mandela, tokoh anti-apartheid Afrika Selatan. Dalam penerbangan dari Ghana ke Etiopia (1962), untuk pertama kalinya, Mandela dipiloti oleh seorang kulit hitam, dan beliau justru sempat panik. Benih inferior telah begitu dalam ditanamkan pada dirinya. (Buku Long Walk to Freedom, 1995).
Sembilan tahun kemudian, tepatnya 1971, seorang Etiopia menjadi Chief Executive Officer dari Ethiopian Airlines. Tidak sekedar awak kabin atau pilot tetapi seorang Etiopia menjadi pemimpin dari sebuah maskapai nasional di Afrika. Ethiopian di tahun 1970-an jelas telah jadi pemimpin industri penerbangan di Afrika.
Ethiopian Airlines, yang didirikan tahun 1946, menurut Selamta, majalah maskapai itu memang salah satu pelopor dalam industri penerbangan di Afrika. Tanggal 8 April 1946, Ethiopian Airlines untuk pertama kalinya menerbangkan satu dari lima unit Douglas C-47s mereka ke Kairo, Mesir.
Sejak saat itu, Ethiopian Airlines memainkan peran sentral di Afrika. Peran yang sejalan dengan moto mereka, ketika itu, “Bringing Africa Together”. Bahkan, tahun 1968, Etiopia mendorong terbentuknya the African Airlines Association.
Sejarah positif pun terus ditorehkan oleh Ethiopian Airlines. Tahun 1973, maskapai itu menjadi satu dari empat maskapai di dunia yang terbang ke China. Di tahun 1984, Ethiopian Airlines menjadi maskapai pertama di Afrika—dan, maskapai kedua di dunia, yang mengoperasikan Boeing 767.
Ethiopian Airlines pun terus menjadi penghubung Etiopia, Afrika, dengan kota-kota dunia lainnya. Tadinya, Ethiopian Airlines begitu fanatik dengan Boeing dengan koleksi B787-8, B787-9, B777-300ER, B777-200LR, tetapi kemudian juga menerbangkan Airbus A350.
Tadinya, Ethiopian Airlines begitu fanatik dengan Boeing.
Dari lamannya, saat ini Ethiopian Airlines mengoperasikan 108 unit pesawat. Maskapai itu masih memesan total 65 unit pesawat baru termasuk 29 unit Boeing 737 MAX 8 tambahan.
Visi 2025
Dan kini, Ethiopian Airlines punya Visi 2025. Visi itu untuk menjadikan Ethiopian Airlines sebagai maskapai terbaik di Afrika. Sebagai maskapai, Ethiopian Airlines dengan tegas menempatkan keselamatan sebagai prioritas dan nilai yang paling utama.
Tentu saja, Ethiopian Airlines bukannya tidak pernah terlibat dalam insiden penerbangan.
Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET409 pun jatuh. Pesawat itu hilang dari radar lima menit setelah lepas landas di Bandara Internasional Beirut, Senin (25/1/2010). Padahal, ET409 mengangkut 83 penumpang, termasuk anak-anak, dan tujuh awak pesawat. Sebagian besar penumpang adalah warga negara Lebanon (54 orang) dan Etiopia (22 orang).
Namun, dari arsip Harian Kompas, maskapai itu lebih banyak diberitakan mengalami pembajakan daripada kecelakaan.
Bulan 29 Agustus 1992, sebuah Boeing 727 Ethiopian Airlines dibajak di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, dan melepaskan 79 penumpangnya di Djibouti. Kelima pembajak kemudian menyerahkan diri di Roma setelah dijamin tidak akan dipulangkan untuk dihukum mati.
Adapun sebuah Boeing 767 dengan nomor penerbangan ET 961 milik Ethiopian Airlines, dibajak dan jatuh di lepas pantai Kepulauan Komoro, Samudera Hindia, Sabtu (23/11/1996). Pesawat yang mengangkut 163 penumpang dan 12 awak itu patah menjadi tiga bagian.
Terbang dari Addis Ababa, para pembajak ingin terbang ke Australia meski bahan bakar pesawat jelas tidak mencukupi. Pesawat itu akhirnya jatuh di laut sekitar 500 meter dari pantai La Galawa, Komoro, sehingga ada puluhan korban selamat.
Bulan Februari 2014, giliran sebuah Boeing 767-300 yang lepas landas dari Bandara Addis Ababa, Etiopia dengan tujuan Roma, Italia, dibajak. Boeing itu kemudian didaratkan di Bandara Geneva, Swiss.
Pembajak pesawat itu ternyata sang kopilot, yang mengaku mengaku melakukan itu untuk mendapatkan suaka di Swiss. Ia mengaku keselamatannya terancam di Etiopia.
Pembajak pesawat itu ternyata sang kopilot, yang mengaku keselamatannya terancam di Etiopia.
Kini, Ethiopian Airlines pun menghadapi cobaan dengan jatuhnya Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 pada Minggu (10/3/2019). Waktu yang akan membuktikan apakah Ethiopian Airlines, yang saat ini berslogan the New Spirit of Africa, tetap setia dengan visinya untuk menjadi maskapai terbaik, setidaknya di Afrika.