JAKARTA, KOMPAS – PB PABBSI akan memanggil mantan lifter nasional Sri Indriyani sebagai pelatih putri tim angkat besi Indonesia menggantikan Supeni. Kehadiran lifter peraih perunggu Olimpiade Sydney 2000 ini diharapkan bisa memotivasi tim putri untuk bersaing di tingkat dunia.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, pemanggilan Sri Indriyani dilakukan setelah Supeni mengundurkan diri dari pelatnas angkat besi. “Pengunduran diri Supeni sudah disetujui oleh PB PABBSI. Saat ini kami sedang mengurus surat pemanggilan untuk Sri Indriyani dan surat penggantian pelatih,” ujar Dirdja, Jumat (15/3/2019).
Sri Indriyani merupakan pelatih asal Lampung yang kini bekerjadi PT Pos Indonesia Jepara. Di waktu luang, Sri Indriyani melatih atlet-atlet daerah. Dirdja mengatakan, pengalaman Sri Indriyani sebagai Olimpian diperlukan untuk memotivasi atlet-atlet putri dan untuk menangani hal-hal non-teknis dalam latihan sehari-hari.
“Pendampingan pelatih putri sangat dibutuhkan karena banyak hal non-teknis yang hanya bisa diceritakan kepada sesama perempuan. Pengalaman sebagai Olimpian juga penting untuk memperkuat penampilan atlet putri,” ujar Dirdja.
Supeni mengatakan, dirinya mengajukan surat pengunduran diri ke PB PABBSI pada Kamis (14/3). “Waktu terus berjalan. Saya mengundurkan diri agar tim bisa lebih fokus berlatih,” katanya.
Pengunduran diri ini, menurut Supeni, tidak lepas dari kasus doping yang melibatkan lifter putri kelas 59 kg, Acchedya Jagaddhita. “Bersalah atau tidak, sengaja atau tidak, Acchedya jelas di bawah pengawasan saya sebagai ibu kandung dan pelatih. Saya serahkan hasil investigasi kepada pihak yang berwenang, dan silahkan publik menilai akhirnya,” ujar Supeni.
Menurut Supeni, setelah kembali ke rumah, tugasnya lebih berat lagi karena harus memperbaiki mental Acchedya dan mengarahkan putrinya itu ke hal-hal yang positif. Supeni juga merasakan dampak dari peristiwa ini sangat luas karena saat ini dirinya masih melatih atlet-atlet muda.
“Cap di dahi saya tidak akan pudar oleh waktu. Ini menjadi tugas berat untuk meyakinkan atlet-atlet binaan saya yang masih kecil untuk tetap semangat berlatih. Dampak luas seperti ini pasti tidak terpikirkan oleh sebagian orang,” katanya.
Kasus doping
Kasus dugaan doping Acchedya ini diumumkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), Kamis (28/2), terkait temuan zat anabolik methandienone dalam pemeriksaan antidoping. IWF menyebut telah menemukan zat terlarang itu dalam sampel A milik Acchedya saat tampil di kejuaraan Piala EGAT’s Internasional di Thailand, 7-10 Februari.
Anabolik methandienone adalah zat yang dipakai untuk meningkatkan massa otot. Penggunaannya dilarang IWF. Acchedya mendapatkan larangan berlomba sementara hingga penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan ada tidaknya pelanggaran aturan antidoping.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan bahwa sanksi terkait doping ini tidak hanya ditujukan kepada atlet bersangkutan, tetapi juga kepada pelatih dan tim pendukung yang berada di dekat atlet. Namun, Supeni mengatakan, dirinya belum mendapatkan kepastian terkait hal ini.
Perubahan susunan pelatih, menurut Dirdja, tidak akan secara drastis mempengaruhi pelatnas karena program latihan sudah disusun. Saat ini, tim angkat besi Indonesia sedang menjalani latihan berat menuju Kejuaraan Asia, yang akan bergulir di Ningbo, China, 18-28 April.
Lifter putri Syarah Anggraini mengatakan, mulai sekarang dirinya disiapkan untuk bermain di kelas 55 kg, atau naik kelas dari sebelumnya 49 kg. Terkait perubahan kelas ini, menurut Syarah, tak ada yang berbeda dengan program latihan yang dijalani. “Perubahan hanya pada latihan penunjang saja. Makan juga ditambah sedikit porsinya, tetapi tetap mengutamakan protein. Saya ingin agar berat badan yang naik berupa otot, bukan lemak,” katanya.
Di Kejuaraan Asia, lifter remaja berusia 16 tahun, Windy Cantika Aisah, akan mengisi kelas 49 kg. Tim putri juga diperkuat oleh Nurul Akmal (+87 kg). Adapun tim putra terdiri dari Eko Yuli Irawan (61 kg), Deni (67 kg), dan Triyatno (73 kg).