Valtteri Bottas seperti teka-teki yang sulit diurai. Kemampuan terbaiknya jarang terlihat karena berada di dalam bayang-bayang Lewis Hamilton. Namun, musim ini akan beda.
MELBOURNE, MINGGU - Menyandang predikat pebalap kedua, Valtteri Bottas justru tampil perkasa dan memimpin dominasi tim Mercedes dengan memenangi seri pembuka balap Formula 1 di Melbourne, Australia, Minggu (17/3/2019). Bottas berpotensi menjadi ”musuh dalam selimut” bagi pebalap andalan Mercedes Lewis Hamilton yang berambisi meraih gelar keenam musim ini.
Sirkuit Albert Park, kemarin, seolah menjelma ”kuil pembaptisan” alias kelahiran baru Bottas di lintasan jet darat. Di luar dugaan banyak pihak, pebalap kelahiran Finlandia itu mendominasi balapan seri Australia sejak tikungan pertama, yaitu saat menyalip Hamilton, yang start terdepan.
Bottas, yang nyaris tersingkir dari tim Mercedes musim ini, dan belum pernah menang di Australia sebelumnya, unggul telak yaitu 20,886 detik dari Hamilton di posisi kedua. Adapun peringkat ketiga dan keempat masing-masing ditempati Max Verstappen (Red Bull Racing) dan Sebastian Vettel (Scuderia Ferrari). Bottas juga mencatatkan waktu putaran tercepat di balapan itu dan berhak mendapatkan bonus satu poin.
”Saya tidak tahu harus berkata apa. Namun, yang jelas, ini balapan terbaik dalam karier saya. Saya sungguh menikmatinya dan tidak sabar turun di balapan berikutnya (seri Bahrain, 31 Maret),” ungkap Bottas yang tampil dengan ciri khasnya, yaitu ekspresi dingin dan nyaris tidak menunjukkan euforia kemenangan seusai balapan itu.
Berbeda dengan pandangan banyak pihak yang sebelumnya meragukan Bottas, perayaan menenggak sampanye juara di podium Australia sebetulnya telah terbayang di kepalanya pada musim dingin lalu. Akhir musim lalu, di dalam hati, Bottas mengikhtiarkan kebangkitan setelah melewati musim buruk di 2018.
Tidak sekali pun ia meraih kemenangan dari total 21 seri di musim balapan yang lagi-lagi akhirnya didominasi Mercedes itu. Ia bak figuran yang ditugaskan mendukung Hamilton, aktor utama di Mercedes, untuk menyabet gelar juara dunia pebalap. Di seri Rusia ketika itu, misalnya, Bottas dipaksa memberi jalan bagi Hamilton untuk finis terdepan, meskipun tampil lebih cepat di lintasan. Selain team order itu, mobil Bottas pun kerap dilanda masalah teknis.
Berlari ke reli
Ia kian tertekan setelah mendapat kabar Mercedes merekrut Sebastian Ocon. Pebalap uji coba itu disiapkan sebagai penggantinya di musim 2020. Tak ayal, Bottas yang frustrasi sempat menyebutkan dirinya merasa kecil, sehingga ingin menghilang dan berkontemplasi seusai musim lalu. Ajang balap reli Arctic Lapland pun menjadi pelariannya sejenak selama liburan musim dingin.
Menurut bos Mercedes, Toto Wolff, balap reli Arctic membantu Bottas menemukan kembali motivasinya di F1. ”Ia menemukan kembali kenikmatan membalap sejak itu. Ketika tampil dalam kondisi itu, ia akan menghancurkan seluruh musuh-musuhnya. Itu ia lakukan saat di Formula 3 dulu,” ujar Wolff dikutip Fox Sports.
Bottas agaknya bakal menjadi ancaman terbesar bagi Hamilton, terutama jika ia kembali menang di seri selanjutnya di Bahrain. Jika hal itu terjadi, Mercedes mau tak mau bakal mengabaikan team order yang dua tahun terakhir diberlakukan tim ”Panah Perak” itu, dan menguntungkan Hamilton. Kebijakan langka itu pernah mereka lakukan di 2016, saat eks pebalapnya, Nico Rosberg, mengungguli tipis Hamilton dan menjadi juara dunia.
Menariknya, Bottas kini diunggulkan menjadi juara dunia keempat asal Finlandia setelah Keke Rosberg, Mika Hakkinen, dan Kimi Raikkonen. Sejarah berkata, pebalap yang juara sekaligus mengungguli rekan setimnya di podium GP Australia selalu menjadi juara dunia di akhir musim. Itu dibuktikan Rosberg yang juara dan finis di depan Hamilton pada seri Australia 2016 silam.
”Ia (Bottas) kini lebih baik dari musim lalu. Ia bisa mencapai banyak hal, termasuk menantang Hamilton (dalam perburuan gelar juara dunia) dengan sedikit keberuntungan,” ujar Rosberg yang memprediksi kebangkitan Bottas pada wawancara Februari lalu.
Namun, jalan masih panjang. Persaingan dalam 20 seri ke depan akan lebih ketat, karena Hamilton, Vettel, dan Verstappen, juga berambisi meraih gelar juara. (AP)