Jumlah letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, meningkat. Letusan itu disertai asap putih yang keluar dari kawah. Para pemandu tur wisata gunung itu pun mematuhi anjuran untuk menjaga jarak aman.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS – Jumlah letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, meningkat. Letusan itu disertai asap putih yang keluar dari kawah. Para pemandu tur wisata gunung itu pun mematuhi anjuran untuk menjaga jarak aman.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan mengatakan, pada Senin (18/3/2019), tercatat lima kali letusan Anak Krakatau terjadi hingga pukul 12.00 WIB.
Letusan-letusan itu terekam berdasarkan gempa di gunung tersebut. Pada pukul 06.05, terekam gempa letusan dengan durasi terpanjang, yakni selama 243 detik. Selain itu, asap berwarna putih dapat diamati dengan intensitas tipis hingga tebal. Ketinggian asap tersebut hingga 500 meter di atas puncak kawah Anak Krakatau.
Selanjutnya, gempa letusan terjadi pada pukul 07.39 dengan durasi 48 detik, pukul 07.42 dengan durasi 42 detik, dan pukul 08.15 dengan durasi 41 detik. Gempa letusan terakhir berlangsung pada pukul 09.05 dengan durasi 40 detik.
“Saat itu, teramati asap putih dan tebal dengan tinggi sekitar 200 meter. Sementara, ombak laut tenang. Selain itu, tidak terdengar dentuman,” ucap Hendra.
Tremor terus menerus juga terekam. Pada Sabtu (16/3), letusan terjadi satu kali pada pukul 09.53. Status Anak Krakatau saat ini Siaga (level III). Masyarakat pun tak diizinkan mendekati gunung itu dalam jarak 5 kilometer dari kawah.
Penasihat Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Pandeglang, Banten, Rohman Edy mengatakan, tur wisata menuju Anak Krakatau mulai berjalan. Sebelumnya, tur tersebut lesu setelah tsunami melanda Banten pada akhir Desember 2018.
“Sepi sekali. Saya harus mengalihkan tur, terutama perjalanan para wisatawan mancanegara, ke Yogyakarta,” ujar Rohman. Kini, tur itu dibuka lagi, tetapi para wisatawan tidak diperbolehkan mendarat di Anak Krakatau. Pariwisata di Kabupaten Pandeglang sempat lesu karena dampak tsunami.
Upaya untuk membangkitkan pariwisata pun dilakukan, di antaranya dengan membersihkan Pantai Carita sekaligus bakti sosial dan solidaritas. Kegiatan itu diadakan HPI Kabupaten Pandeglang, HPI Banten, Komunitas Peduli Pariwisata Carita, dan Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) Banten.
“Kami mengadakan kegiatan itu untuk memulihkan trauma masyarakat, terutama wisatawan. Semoga masyarakat juga melakukan aktivitas itu,” ujarnya. Rohman mengatakan, kegiatan itu dilakukan agar pantai-pantai di Kabupaten Pandeglang kembali tertata.