(Wahyu) Cakraningrat termasuk lakon favorit dalam jagat pewayangan. Ini lakon yang terkait dengan upaya mengamankan masa depan yang harus diihtiarkan sekarang. Lakon inilah yang dipilih oleh Wayang Orang Sriwedari Surakarta ketika pentas di Gedung Pewayangan Kautaman, TMII, Jakarta, Minggu (17/3/2019).
Tiga satria yang ingin mendapatkannya adalah putra Prabu Duryudana, Lesmana Mandrakumara (diperankan oleh Andica Very Aprianto), putra Prabu Kresna, Samba (Heru Purwanto), dan putra Arjuna, Abimanyu (Tri Ageng GM). Begawan Abiyasa (Agus Prasetyo) tatkala ditanya oleh Ki Lurah Badranaya (MT Seto) menjawab Sambalah yang akan memperolehnya.
Seiring dengan jalan cerita, memang Batara Cakraningrat (Dhestian Wahyu Setyaji) sempat merasuk ke Samba. Tetapi ia tak paham pantangannya, dan jatuh dalam pelukan Dewi Hagyanawati (Atik S), dan Cakraningrat pun oncat (pergi) meninggalkan Samba. Lesmana sudah kalah lebih dulu, karena baru ditakuti memedi saja dia sudah ketakutan.
Abimanyulah yang dalam cerita standar akhirnya bisa meraih wahyu Cakraningrat, karena meski digoda Dewi Lesmanawati (Rahma Putri), ia bergeming. Terbukti dialah yang lalu berhasil menurunkan penerus raja Hastinapura di kemudian hari (Parikesit).
Lakon bisa jadi cermin, bagaimana ksatria harus bisa menahan godaan duniawi sebagai ujian untuk meraih senjata, kesaktian, atau kemuliaan hidup. Lakon ini juga mengingatkan bagaimana ayahnda Abimanyu, Arjuna, harus menghadapi godaan bidadari dan tawaran kenikmatan hidup tatkala bertapa sebagai Begawan Mintaraga di Gunung Indrakila.
Sayang keberhasilan Abimanyu terasa tidak 100 persen murni, karena ada rekayasa, yaitu ketika Sembadra (Eny Sulistyowati) meminta jasa Larasati (Sri Lestari) untuk membuyarkan tekad Samba melalui Patih Udawa (Guntur KW), yang lalu meminta Hagyanawati untuk merayu Samba.
Di lakon ini pula ucapan bertuah Begawan Abiyasa yang mengatakan Samba sebagai pemenang, digugurkan oleh realita di lapangan. Kontras juga dengan slogan yang diusung dalam buku program, bahwa “Takdir (pepesthen) itu sudah tidak ada yang bisa membatalkan.” Abiyasa mungkin tahu, tetapi ia bukan penentu nasib.