JAKARTA, KOMPAS — Indonesia terus mengampanyekan pengurangan penggunaan plastik. Kampanye dilakukan dalam berbagai kesempatan.
”Dari tadi Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa ada botol minum ini di samping saya. Saya mengajak Anda mengurangi penggunaan plastik. Setiap Anda akan mendapatkan ini,” ujarnya di sela pembukaan Dialog Tingkat Tinggi Kerja Sama Indo-Pasifik, Rabu (20/3/2019), di Jakarta.
Pengurangan plastik membutuhkan komitmen bersama dan lintas negara. Indonesia salah satu negara terdampak sekaligus penghasil sampah plastik terbesar. Karena itu, Indonesia berusaha keras mengurangi penggunaan plastik. Indonesia ditaksir menghasilkan rata-rata 3,2 juta ton sampah plastik di laut. Jumlah sampah itu bakal semakin besar jika menghitung sampah plastik di darat.
Sampah-sampah, terutama sampah plastik, di laut diyakini 80 persen di antaranya berasal dari sampah di daratan yang tak terkelola baik. Tanpa perbaikan pengelolaan sampah yang baik, dikhawatirkan pada 2050 jumlah plastik akan lebih banyak dari ikan di laut.
Upaya Indonesia mengampanyekan pengurangan plastik antara lain diwujudkan dengan menggalakkan penggunaan kemasan yang dapat digunakan berulang kali. Pengurangan sampah plastik membutuhkan komitmen global. Kerja sama global pernah mencegah perang nuklir. Kini, isu global adalah perlindungan kelautan dan Bumi, antara lain dari sampah plastik. Isu itu harus dipandang dan diperlakukan sama pentingnya dengan isu nuklir.
Kampanye pengurangan sampah plastik oleh Menlu Retno disampaikan pada dialog tingkat tinggi kerja sama Indo-Pasifik, yang pagi ini telah dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla. Acara itu bertujuan meningkatkan kerja sama multilateral guna menciptakan kawasan Indo-Pasifik yang damai, sejahtera, dan inklusif.
Dikutip dari Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Rabu, dialog mengangkat tema ”Menuju Kawasan yang Damai, Sejahtera, dan Inklusif”. Dialog akan dihadiri delegasi dari 18 negara, yaitu Australia, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Filipina, India, Indonesia, Jepang, Kamboja, Republik Korea, Laos, Malaysia, Myanmar, Rusia, Selandia Baru, Singapura, China, Thailand, dan Vietnam.
Tujuan dari dialog tingkat tinggi itu untuk mempromosikan kerja sama baru serta lingkungan damai, stabil, dan sejahtera di kawasan Indo Pasifik. Dialog itu juga bertujuan memperkuat mekanisme kerja sama yang dipimpin ASEAN serta mengembangkan prioritas yang penting bagi semua. (AYU)