MANCHESTER, SELASA — Manchester City bertekad menggapai prestasi spesial pada akhir musim ini sekaligus melebihi pencapaian musim sebelumnya. Hal spesial itu adalah menyapu empat trofi sekaligus alias quadruple, prestasi yang selama ini dimitoskan sebagai hal yang mustahil bagi klub-klub Inggris.
Kompetisi antarklub di Eropa, termasuk Liga Inggris, masuk masa jeda hingga akhir Maret seiring kalender internasional FIFA. Namun, pekan jeda laga tim-tim nasional itu masih dipanaskan topik tentang mungkin atau tidak City meraih quadruple pada musim ini.
Belum pernah ada klub Inggris memenangi semua kompetisi yang diikuti dalam semusim. Manchester United pada era emasnya, musim 1998-1999, tampil sangat dominan di Eropa dan dalam negeri. Mereka menyapu trofi Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala FA. Namun, musim itu terasa kurang sempurna bagi MU karena gagal di Piala Liga setelah dibekap Tottenham Hotspur pada babak perempat final.
Hal serupa dialami Liverpool pada era 1980-an. Pada musim 1983-1984, ”The Reds” juga meraih treble: menjuarai Liga Champions, Liga Inggris, dan Piala Liga. Piala FA menjadi satu-satunya trofi yang luput dari genggaman.
Tepat dua dekade berlalu sejak tim ”angkatan 92” MU meraih treble, Manchester City memiliki kesempatan emas menuntaskan ambisi yang gagal dilakukan MU dan Liverpool. City telah mengamankan trofi Piala Liga musim ini dan tinggal menunggu tiga gelar tersisa, yaitu Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.
Di ajang Piala FA, City tidak lagi punya lawan berat. Pada semifinal, ”The Citizens” akan bertemu Brighton & Hove Albion. Jika menang, City bertemu pemenang antara Watford dan Wolverhampton Wanderes di final. Adapun di Liga Inggris, City masih punya kans besar juara karena memiliki tabungan satu laga ketimbang Liverpool, pemuncak klasemen.
Jalan paling terjal tersaji di Liga Champions. Mereka harus bertemu Spurs pada perempat final. Jika lolos, mereka dinanti Juventus dan bintangnya, Cristiano Ronaldo, atau Ajax Amsterdam—salah satu tim paling bernyali dan eksotis di Liga Champions musim ini. ”Quadruple? Selalu mungkin terjadi. Selalu,” ujar striker Manchester City, Sergio Aguero.
Optimisme serupa disampaikan Bernardo Silva, gelandang serang City yang bersinar musim ini. Menurut dia, timnya selalu berambisi mencetak sejarah baru dan mengukir hal spesial. ”Musim lalu kami meraih hal spesial saat menjuarai Liga Inggris. Kami menciptakan banyak rekor baru. Musim ini kami bisa mengukir hal spesial lainnya. Kami telah memenangi satu trofi dan masih melaju di tiga kompetisi lainnya,” ujarnya kepada The Mirror.
Namun, mantan pemain City, Danny Mills, menilai, ambisi bekas timnya itu bisa dikatakan mustahil. ”Memenangi tiga saja sudah sangat sulit. Memenangi keempatnya nyaris tidak mungkin. Satu kesalahan saja, nasib buruk, atau keputusan salah wasit bisa menggagalkan misi itu,” tukasnya dikutip Sky Sports.
Harus menderita
Harian Manchester Evening News sependapat, City harus luar bisa menderita serta dinaungi Dewi Fortuna jika ingin meraih mimpi itu. Mereka harus tampil maraton, yaitu 15 laga tersisa dalam 64 hari dengan asumsi lolos ke final Liga Champions dan Piala FA. Dengan kata lain, City dituntut menang setiap empat hari sekali. ”Masalahnya, City sering kali kesulitan pada awal musim ini, salah satunya karena maraknya pemain cedera,” bunyi koran itu, kemarin.
Tak ayal, Manajer Manchester City Pep Guardiola memilih cuek menanggapi soal ekspektasi quadruple di timnya. Tahun lalu, ia sempat mengakui, adalah hal mustahil dapat memenangi empat trofi besar semusim tanpa dukungan 22 pemain berkualitas dengan level yang nyaris sama.
”Tanyakan saya kembali (soal quadruple) akhir April nanti. Saya hanya bisa berkata, kami akan berjuang di setiap laga setelah jeda internasional,” ujar Guardiola yang mengaku lelah mental dan fisik akhir-akhir ini.
Dari tiga trofi yang masih dikejar City, Liga Champions adalah prioritas mereka. City belum pernah melangkah ke final, apalagi juara. ”Karier saya di sini ditentukan oleh trofi Liga Champions, sama halnya seperti ketika saya melatih Bayern Muenchen. Saya dianggap gagal karena tidak meraih trofi yang satu itu,” kata Guardiola yang pernah memabwa Barcelona meraih treble pada 2009.