Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berencana membangun embung di aliran Sungai Opak atau Sungai Oya untuk mengantisipasi banjir di Kabupaten Bantul. Embung dinilai mampu mengurangi debit air deras setiap musim hujan di daerah itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berencana membangun embung di aliran Sungai Opak atau Sungai Oya untuk mengantisipasi banjir di Kabupaten Bantul. Embung dinilai mampu mengurangi debit air deras setiap musim hujan di daerah itu.
Sungai Opak mengalir mulai dari Sleman, DIY. Sementara Sungai Oya mengalir dari Wonogiri, Jawa Tengah. Kedua sungai itu bertemu dan bermuara di Bantul.
Pada Minggu (17/3/2019), kedua sungai itu meluap setelah hujan deras. Akibatnya, talud di tepi Sungai Oya di Dusun Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul, ambrol. Akses jalan di samping talut itu, yang menghubungkan Dusun Kedungmiri dan Dusun Wunut, juga terputus karena separuh jalan ikut tergerus.
”Beban Bantul saat musim hujan sangat besar. Satu-satunya cara mencegah kerusakan akibat banjir adalah air harus dicegat di hulu sebelum tiba di Bantul,” kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X saat meninjau perbaikan jalan putus, di Dusun Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Jumat (22/3).
Sultan mengungkapkan, upaya pencegahan itu bakal direalisasikan dengan membangun embung di Sungai Opak atau Sungai Oya. Pembangunan embung direncanakan menggunakan area sultan ground. Kawasan ini sebutan untuk tanah milik Keraton Yogyakarta dan dikelola untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Biaya pembangunannya diambil dari dana taktis Pemerintah DIY. Ukuran embung diperkirakan 500.000-600.000 meter kubik.
Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak Sudarto menjelaskan, model embung yang akan dibangun itu berupa retarding basin. Model itu membuat embung menjadi tempat penampungan air yang sekaligus bisa dimanfaatkan sebagai pengairan lahan pertanian di sekitarnya.
”Ada beberapa manfaat yang bisa kita ambil dengan embung model tersebut. Saat musim hujan bisa mengurangi debit air yang masuk ke sungai. Di saat musim kemarau bisa digunakan untuk keperluan lain, seperti mengairi lahan pertanian,” kata Sudarto.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Energi Sumber Daya Mineral DIY Hananto mengungkapkan akan mengusahakan agar instruksi Sultan bisa sesegera mungkin digarap. ”Teknisnya akan kami kaji. Kami harus melihat topografi dan kondisi geologisnya. Kami akan tindak lanjuti sesegera mungkin,” kata Hananto.