Pemerintah tetap perlu membuka jalan persuasif kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Jalan itu bisa diretas lewat keluarga anggota kelompok teroris.
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Pemerintah tetap perlu membuka jalan persuasif kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Jalan itu bisa diretas lewat keluarga anggota kelompok teroris.
Koordinator Lembaga Pengkajian dan Studi Hukum dan HAM Sulteng Mohammad Affandi menyatakan, tak kunjung tuntasnya masalah Mujahidin Indonesia Timur (MIT) seharusnya membuat pemerintah mengambil langkah persuasif.
”Kami yakin anggota kelompok itu tetap menjalin komunikasi dengan keluarga. Pemerintah bisa masuk di situ agar masalah ini cepat selesai. Jumlah MIT tidak terlalu banyak, tetapi cukup menyedot energi bangsa ini,” ujar Affandi di Palu, Sulteng, Jumat (22/3/2019).
Affandi yakin jika pemerintah serius mengambil langkah persuasif, anggota MIT akan ”turun gunung”. Hal yang harus diperhatikan adalah keringanan dan jaminan hukum bagi anggota MIT menyerahkan diri.
Jalan persuasif itu dulu pernah ditempuh kepolisian dengan menyebarkan spanduk, baliho, dan selebaran agar anggota MIT ”turun gunung”. Namun, langkah itu belum membuahkan hasil.
Tiga anggota MIT kembali tewas dalam baku tembak dengan Satuan Tugas Operasi Aman Tinombala di Desa Marete, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong, Kamis (22/3/2019). Lokasi baku tembak berada di gunung yang jauh dari Jalan Trans-Sulawesi. Jenazah para korban masih dievakuasi.
MIT adalah kelompok teroris yang diburu polisi sejak 2016 melalui Operasi Tinombala. Tahun 2019, upaya perburuan MIT berganti nama menjadi Operasi Aman Tinombala. Pemimpin kelompok tersebut, Santoso, telah tewas. Salah satu kaki tangannya, Basri, ditangkap menjelang akhir 2016. Kini, MIT dikendalikan Ali Kalora, anak buah Santoso. Mereka bergerilya di hutan-hutan pegunungan di Kabupaten Poso dan Parigi Moutong.
Kepala Polda Sulteng Brigadir Jenderal (Pol) Lukman Wahyu Hariyanto mengatakan adanya baku tembak di Parigi Moutong. ”Betul ada (kontak senjata). Yang jelas ada tiga orang meninggal dunia. Kalau tidak salah namanya Fadel, Ibrahim, dan Ikrama,” kata Lukman.
Lukman menyatakan, saat ini, anggota Satgas Operasi Aman Tinombala terus mengejar anggota MIT lainnya. Dengan tewasnya tiga anggota tersebut, personel MIT diperkirakan tersisa 9 orang, termasuk Ali Kalora. Saat ditanya, kemungkinan ada anggota MIT yang ditangkap, Lukman belum bisa memastikannya.