”Tidur” Selama 30 Tahun, Jalur Pariaman-Naras Kembali Beroperasi
PARIAMAN, KOMPAS — Kementerian Perhubungan mengaktifkan kembali lintas pelayanan Stasiun Pariaman-Stasiun Naras di Kota Pariaman, Sumatera Barat, Jumat (22/3/2019). Beroperasinya jalur setelah ”tidur" selama sekitar 30 tahun itu diharapkan bisa mengurangi kemacetan jalan raya dan menggerakkan ekonomi masyarakat.
Peresmian pengoperasian kembali jalur itu dilakukan di Stasiun Naras, sekitar 60 kilometer utara Kota Padang. Hadir dalam acara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Wali Kota Pariaman Genius Umar, dan anggota Komisi V DPR Alex Indra Lukman.
Budi Karya mengatakan, Indonesia adalah negara besar yang terdiri dari banyak pulau, provinsi, dan kabupaten, serta memiliki kebinekaan. ”Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memiliki konsep bahwa Indonesia bukan hanya Jawa atau Jawa sentris, melainkan konsep Indonesia sentris,” katanya.
Terkait hal itu, Budi mengatakan, sudah menjadi kewajiban Kementerian Perhubungan sebagai pembantu presiden untuk memikirkan bagaimana daerah-daerah itu berkembang.
”Sumatera Barat (Sumbar) adalah satu dari sedikit provinsi yang sangat diberikan perhatian oleh Presiden karena kita tahu banyak tokoh besar bangsa berasal dari sini, seperti Muhammad Hatta, H Agus Salim, Sutan Sjahrir, dan lainnya. Itu menandakan bahwa banyak pemikir dari Sumbar,” kata Budi.
Menurut Budi, reaktivasi jalur kereta api (KA) adalah salah satu hal yang dilakukan di Sumbar. Apalagi, jalur kereta api di Sumbar telah ada sejak zaman Belanda. Di samping itu, Sumbar memiliki potensi pariwisata yang sangat besar.
Oleh karena itu, kata Budi, tidak hanya jalur Stasiun Pariaman-Stasiun Naras, Kemenhub juga akan melanjutkan reaktivasi jalur hingga Bukittinggi dan Payakumbuh. Jalur Stasiun Pariaman-Stasiun Naras dilayani KA Sibinuang.
Zulfikri menjelaskan, pekerjaan reaktivasi lintas pelayanan Stasiun Pariaman-Stasiun Naras sepanjang 7 kilometer itu dilaksanakan sejak 2015. Biayanya dari APBN sebesar Rp 52 miliar. ”Anggaran itu digunakan untuk penggantian batang rel dari R25 menjadi R54, penggantian bantalan beton sepanjang 6,7 kilometer, peningkatan fasilitas persinyalan, pembangunan 11 jembatan, dan modernisasi stasiun,” katanya.
Reaktivitasi Pariaman-Naras itu merupakan bagian dari program pemerintah mereaktivasi jalur perkeretaapian sepanjang 213 kilometer di Sumbar dari total 304 kilometer jalur kereta di provinsi itu. Saat ini, total jalur yang beroperasi, termasuk Pariaman-Naras, sepanjang 72 kilometer.
Ini merupakan jalur kedua yang direaktivasi di Sumbar setelah lintas Lubuk Alung-Kayu Tanam dengan KA Perintis Lembah Anai sepanjang 20 kilometer pada 2016. Menurut Zulfikri, Sumbar merupakan daerah pertama pengoperasian jalur KA yang direaktivasi.
Zulfikri menambahkan, selain reaktivasi pada segmen Pariaman-Naras, tahun ini Kemenhub juga akan melanjutkan reaktivasi jalur KA di wilayah Sumbar pada segmen Stasiun Padang ke Pulau Air. Panjang jalur tersebut sekitar 3 kilometer. ”Kami memohon dukungan dari semua pihak agar dapat selesai dan dioperasikan tepat waktu,” katanya.
Integrasi pelayanan
Zulfikri menambahkan, sejalan dengan pengoperasian segmen Pariaman-Naras, dilakukan juga integrasi lintas pelayanan dan jadwal dari tiga lintas kereta api penumpang di wilayah Sumbar, yaitu KA Sibinuang, KA perintis Lembah Anai dari Lubuk Alung-Kayu Tanam, dan KA Minangkabau Express dari Padang ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Menurut Zulfikri, selain lintas pelayanan semula, yakni Padang-Pariaman dan diperpanjang menjadi Padang-Pariaman-Naras, KA Sibinuang akan terintegrasi dengan jadwal KA Lembah Anai di Stasiun Lubuk Alung dan Stasiun Duku (Padang Pariaman) serta terintegrasi dengan KA Minangkabau Express.
”Sedangkan KA Lembah Anai akan mengalami perpanjangan lintasan pelayanan dari yang semula Stasiun Kayu Tanam ke Stasiun Lubuk Alung menjadi Stasiun Kayu Tanam-Stasiun Lubuk Alung-BIM,” kata Zulfikri.
Untuk tarif, menurut Zulfikri, pemerintah terus memberi subsidi, baik dalam bentuk kewajiban pelayanan publik (PSO) maupun KA perintisan. Hal itu membuat tarif KA tetap, yakni KA Sibinuang Rp 5.000, KA Bandara Rp 5.000 (Stasiun Padang-Stasiun Tabing) dan Rp 10.000 (Stasiun Padang-BIM), dan KA perintis Lembah Anai Rp 3.000.
Zulfikri menambahkan, sejauh ini, pembangunan KA di Sumbar telah dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Hal itu ditunjukkan dari data jumlah penumpang KA Sibinuang yang dalam lima tahun terakhir meningkat dua kali lipat.
”Pada 2014, jumlah penumpang yang diangkut KA Sibinuang 640.000 penumpang dan pada 2018 sudah mencapai 1,2 juta penumpang. Begitu juga dengan KA Minangkabau Express yang dimanfaatkan secara maksimal, khususnya pada musim liburan Natal dan Tahun Baru. Pada momen libur Natal dan Tahun Baru 2019, jumlah penumpang tertinggi 5.770 penumpang per hari,” kata Zulfikri.
Zulfikri berharap, beroperasinya lintas Pariaman-Naras yang dilayani oleh KA Sibinuang dan adanya layanan integrasi jalur operasi KA Sibinuang dengan KA Lembah Anai serta Minangkabau Express bisa memudahkan masyarakat Sumbar untuk beralih dari kendaraan pribadi ke penggunaan moda transportasi kereta api atau transportasi massal untuk mobilitas sehari-hari.
Juliati (58), warga Desa Naras 1, Kecamatan Pariaman Utara, menyambut positif beroperasinya jalur Stasiun Pariaman-Stasiun Naras. ”Selain lebih dekat dan nyaman dengan kereta api, ongkosnya juga murah. Apalagi, fasilitas stasiun lengkap, seperti mushala, toilet, ruang tunggu, dan lainnya,” kata Juliati.
Wali Kota Pariaman Genius Umar mengatakan, jalur Stasiun Pariaman-Stasiun Naras sudah tidak aktif sekitar 30 tahun. Oleh karena itu, dia optimistis kehadiran jalur itu akan berdampak positif bagi masyarakat dan pemerintah Kota Pariaman yang tengah mengembangkan sektor pariwisata.
”Kunjungan wisatawan ke Pariaman dalam setahun sampai 3 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 1 juta lebih berasal (menggunakan) kereta api. Jadi, kereta api ini menjadi pemicu ramainya wisatawan dan tumbuhnya ekonomi Pariaman,” kata Genius.
Irwan Prayitno menambahkan, reaktivasi jalur kereta api penting. Dia berharap program itu bisa dilanjutkan hingga ke Bukittinggi dan Payakumbuh. Langkah itu akan mengurai kemacetan jalan raya, terutama pada akhir pekan.