Tokoh Lintas Agama di Batu Serukan Perkuat Toleransi
›
Tokoh Lintas Agama di Batu...
Iklan
Tokoh Lintas Agama di Batu Serukan Perkuat Toleransi
Sejumlah tokoh dari berbagai agama di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (22/3/2019) sore, sepakat mengutuk keras serangan teroris terhadap umat Islam yang tengah beribadah di dua masjid di Selandia Baru, Jumat pekan lalu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS - Sejumlah tokoh dari berbagai agama di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (22/3/2019) sore, sepakat mengutuk keras serangan teroris terhadap umat Islam yang tengah beribadah di dua masjid di Selandia Baru, Jumat pekan lalu. Mereka juga menyerukan agar toleransi di Batu dan Indonesia pada umumnya terus dipelihara.
Seruan tersebut disampaikan oleh sekitar 20 tokoh di halaman Masjid Besar An Nur, Batu. Sebelumnya, mereka lebih dulu berdialog di aula masjid dengan pihak takmir.
Hadir pada kesempatan ini Ketua Takmir Masjid An Nur H Muhammad Agus Salim, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Batu Pendeta Dwi Santoso, dan Romo Bernard Teguh O Carm dari Gereja Katolik Gembala Baik. Hadir pula tokoh-tokoh dari Penghayat Kepercayaan, Konghucu, Banser, pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama Batu, dan Komunitas Gusdurian Kota Batu.
Usai dialog, mereka membacakan pernyataan duka dan keprihatinan. Ada beberapa poin pernyataan yang mereka baca bergantian, antara lain mengecam keras segala tindak kekerasan, apalagi yang menghilangkan nyawa, atas nama dan motif apa pun. Mereka juga menolak upaya memecah belah dan memperlemah kerukunan antarumat manusia dan kesatuan Indonesia.
Mereka juga menolak perlakuan diskriminatif atas nama agama, suku, ras, atau golongan yang memicu terjadinya tindakan kekerasan. Perbedaan adalah anugerah Tuhan yang perlu dirawat dengan cinta kasih dan dijaga secara bertanggung jawab untuk kehidupan bersama.
Mereka juga menyerukan perdamaian di seluruh dunia, di mana bumi sebagai anugerah Tuhan untuk ditinggali bersama perlu dijaga ketenteramannya. “Kami tidak takut kepada terorisme. Dan kami akan melawan terorisme di Bumi Indonesia dengan kekuatan kesatuan kami bersama Polri, TNI, dan seluruh rakyat Indonesia yang berpancasila dan berbhineka tunggal ika,” kata Romo Bernard.
Rasa duka juga mereka sampaikan. “Kami bersilaturahmi dengan takmir Masjid An Nur. Kami ingin sampaikan bela sungkawa terhadap saudara-saudara kami di Selandia baru yang menjadi korban penembakan teroris. Kami juga sepakat menolak kekerasan atas nama apa pun. Terorisme harus dilawan,” ujar Pendeta Dwi Santoso.
Dwi Santoso mengajak seluruh masyarakat menjaga Indonesia. Indonesia yang punya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika harus dikawal dan dirawat bersama-sama. “Semoga virus perdamaian ini bisa menyebar ke seluruh dunia. Tidak ada tempat bagi kekerasan dan terorisme atas nama apa pun,” ucapnya.
Sementara itu, Agus Salim menyampaikan rasa terima kasih atas ucapan bela sungkawa dan dukungan dari umat beragama lain. Ia berharap kebersamaan anak bangsa bisa terus dijaga dan dirawat. Apa yang terjadi di Selandia Baru diharapkan tidak terjadi di Indonesia.
“Mari jaga persatuan dan kesatuan. Tragedi di Selandia Baru itu menjadi musibah dan jangan sampai terjadi kembali. Semoga keluarga korban diberi ketabahan dan korban meninggal syahid, diterima di sisi-Nya. Untuk umat Islam sendiri tidak perlu balas membalas tindakan itu. Itu urusan Allah. Nanti Allah akan memberikan azab sendiri,” ucapnya.
Koordinator Gusdurian Kota Batu Haris El Mahdi mengatakan, kegiatan silaturahmi dan pernyataan duka atas insiden di Selandia Baru, baru bisa dilaksanakan sepekan setelah peristiwa itu dengan alasan menyesuaikan waktu. “Peristiwa penembakan terjadi pada hari Jumat dan tujuh hari merupakan hari yang sakral,” ujarnya.
Haris berharap kebencian yang terjadi di Selandia Baru tidak merembet ke Batu. Masyarakat diharapkan bisa menjaga diri meski secara kebatinan mereka merasa saudara sesama Muslim. Apalagi, saat ini menjelang pemilu, sehingga diperlukan situasi kondusif. Masyarakat pun agar tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang bisa memecah belah umat beragama.