Abrasi Pantai Meluas hingga Sepatan dan Pasar Kemis
›
Abrasi Pantai Meluas hingga...
Iklan
Abrasi Pantai Meluas hingga Sepatan dan Pasar Kemis
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·5 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Abrasi di wilayah Kabupaten Tangerang tidak hanya terjadi di wilayah Tanjung Kait, Mauk, Sukadiri, Kosambi, dan Teluk Naga, tetapi, sudah mencapai Sepatan dan Pasar Kemis. Akibatnya, kawasan pertanian terkikis dan air tanah yang selama ini dipergunakan warga untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK) tidak lagi digunakan apalagi dikonsumsi.
Pemerintah Kabupaten Tangerang sedang melakukan konservasi lahan untuk mengantisipasi abrasi semakin meluas. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang menyiapkan 10 hektar lahan konservasi dan saat ini baru sebagian atau sebanyak lima hektar lahan konservasi yang tersedia dan digunakan. Juga melakukan program penghijauan dan pengembalian kondisi lingkungan.
“Kami berusaha secara optimal untuk mengendalikan abrasi agar jangan sampai abrasi semakin meluas. Selain membuat sumur resapan dan biopori, kami juga melakukan penanaman (tanaman) manggrove,” kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Budi Khumaeri, Jumat (22/3/2019).
Dampak dari abrasi pantai, kata Budi, membuat air tanah di wilayah-wilayah tersebut sudah tidak layak dikonsumsi.
Seperti diberitakan, abrasi pesisir Kabupaten Tangerang menerjang sekitar 579 hektar daratan. Sejumlah lahan pertanian terkikis, seperti di pesisir Kecamatan Mauk, Sukadiri, Kosambi, dan Teluk Naga (Kompas, 26/12/2018).
Abrasi pantai sangat terasa di wilayah Tanjung Kait. Air laut sudah menenggelamkan daratan hingga sepanjang satu kilometer. Pemandangan tersebut terlihat di Pantai Bedeng, Tanjung Kait dimana beton yang tadinya merupakan menara milik TNI Angkatan Udara (dibangun tahun 1958) saat ini tergenang air laut. Menara tidak ada lagi dan hanya tersisa beton yang awalnya adalah tiang penyangga menara pantau.
Salah satu penyebab abrasi adalah penggalian pasir dan konversi hutan mangrove menjadi tambak membuat desa-desa di sepanjang pesisir Kabupaten Tangerang. Sementara penyebab menurunnya kualitas air tanah di kawasan Pantura Kabupaten Tangerang yakni abrasi atau intrusi air laut dan pencemaran limbah.
Dalam diskusi bersama PT Aetra Air Tangerang memperingati Hari Air Sedunia, Budi menjelaskan, kualitas air tanah di kawasan Pantura Kabupaten Tangerang sudah tidak layak dikonsumsi karena sudah tercemar.
“Kondisi air tanah telah tercemar logam berat dan sangat berbahaya jika di konsumsi orang dan menyebabkan penyakit,” jelas Budi.
Menurut Budi, kondisi air tercemar itu sudah disampaikan kepada masyarakat. “Kami sudah menyampaikan kepada masyarakat agar tidak mengambil air tanah yang sudah tercemar,” ujar Budi.
Budi membenarkan, beberapa waktu lalu warga di Kampung Picung, Desa Pasar Kemis, Kecamatan Pasar Kemis mengeluh penyakit kulit antara lain gatal-gatal di seluruh tubuhnya. Diduga penyakit kulit diakibatkan karena air tanah yang dikonsumi warga telah tercemar.
Sebagai solusi, Dinas Lingkungan Hidup Kabuapten Tangerang mengusulkan agar masyarakat menikmati air bersih dari suplai antara lain dari PT Aetra Air Tangerang.
418 industri ditindak
Tak hanya air tanah, empat sungai besar di wilayah yakni Cisadane, Cimanceuri, Cidurian, dan Cirarab tercemat limbah. Penyebab pencemaran limbah sebagian besar berasal dari industri.
Jumah industri yang ada di Kabupaten Tangerang mencapai 5.081 industri. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang mencatat, sejak empat tahun terakhir hingga 2018, sebanyak 418 industri di antaranya telah melanggar ijin analisis dampak lingkungan, ijin limbah cair, cerobong asap yang ditindak. Mereka diduga telah ikut andil dalam pencemaran air dan udara.
“Ada empat empat perusahaan yang sudah masuk dalam proses persidangan dan mendapatkan sanksi. Ini merupakan bagian dari sikap tegas kami,” tambah Budi.
Ada empat empat perusahaan yang sudah masuk dalam proses persidangan dan mendapatkan sanksi. Ini merupakan bagian dari sikap tegas kami
Menurut Budi, pihaknya setiap tahun melakukan pengawasan dalam kaitan dengan lingkungan hidup terhadap 200 sampai 300 perusahaan. Adapun jenis pengawasan adalah mulai dari pengolahan limbah, izin dan juga merespon masukan dari masyarakat setempat.
“Untuk pencemaran air, kami melakukan pengawasan dan menguji kualitas air," tambahnya.
Hak asasi manusia
Presiden Direktur PT Aetra Air Tangerang Hari Yudha Hutomo mengatakan, air adalah hak asasi manusia, seperti yang menjadi tema Hari Air Sedunia tahun 2019, yakni “Leaving No One Behind”. Karena itu seluruh manusia di dunia berhak mendapatkan akses air serta sanitasi yang layak dan terjangkau, tanpa terkecuali.
[gallery ids="114003075"]
Sebagai penyedia air bersih, kata Hari, pihaknya harus turut serta berperan aktif dalam menjaga kelestarian dan kesinambungan sumber air. Terkait dengan itu, penyediaan akses air yang layak, Aetra Tangerang telah menyediakan akses air perpipaan bagi ratusan ribu penduduk serta ratusan industri di Kabupaten Tangerang yang belum terlayani oleh air perpipaan.
“Terkait kelestarian dan kesinambungan sumber air, kami turut mendorong perubahan pola pemanfaatan air dari air tanah ke air perpipaan baik oleh rumah tangga maupun industri, secara langsung berperan dalam menjaga kelestarian dan kesinambungan air tanah,”kata Hari, Jumat.
Partisipasi PT Aetra Air Tangerang adalah menyediakan akses air yang layak bagi masyarakat Kabupaten Tangerang. Hingga tahun 2018 Aetra Air Tangerang telah menanamkan investasi sebesar Rp 822,2 miliar untuk pengembangan sistem penyediaan dan pelayanan air minum di Kabupaten Tangerang.
Jumlah tersebut telah melebihi target investasi yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada awal penandatangan perjanjian kerja sama, yakni sebesar Rp 588 miliar. “Ini wujud komitmen kami (Aetra Air Tangerang) untuk peningkatan cakupan akses terhadap air minum perpipaan di Kabupaten Tangerang,” ujar Hari.
Menurut Hari, pada tahun 2018, pihaknya telah menambah investasi sebesar Rp 41,2 miliar sehingga total investasi yang telah ditanamkan mencapai Rp822,2 miliar. Selain penambahan investasi untuk pengembangan sistem penyediaan dan pelayanan air minum, Aetra Tangerang juga memiliki beragam program untuk mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan air minum perpipaan, seperti misalnya program cicilan sambungan baru serta CSR sambungan baru gratis.
Dengan investasi yang telah ditanamkan, hingga 2018 Aetra Tangerang telah melayani 71.038 pelanggan. Cakupan pelayanan Aetra Tangerang saat ini telah mencapai lebih dari 43,08 persen atau jauh lebih tinggi dari target persen yang ditetapkan.
PT Aetra Air Tangerang menerapkan teknologi pengolahan air serta jaringan perpipaan yang efektif dan efisien, sehingga mampu menekan tingkat kehilangan air hingga hanya sebesar 6 persen di tahun 2018.
“Kami menjadikan Aetra Air Tangerang sebagai salah satu perusahaan air minum dengan tingkat kehilangan air terendah di Indonesia bahkan di Asia,” kata Hari.
Ke depannya, lanjut Hari, pihaknya akan terus mengfokuskan pelayanannya pada percepatan peningkatan cakupan akses terhadap air minum perpipaan di wilayah pelayanan dengan mengalokasikan investasi sebesar Rp 37,3 miliar pada tahun 2019.