Jusuf Kalla: Revolusi Kewirausahaan Membuka Kesempatan Usaha
›
Jusuf Kalla: Revolusi...
Iklan
Jusuf Kalla: Revolusi Kewirausahaan Membuka Kesempatan Usaha
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Revolusi industri 4.0 membuat sejumlah perubahan akibat kemajuan teknologi. Bentuk kewirausahaan juga ikut berubah. Wujud perubahan itu, antara lain, kantor besar dan jam kerja yang usang, tak lagi berlaku.
Perubahan ini dibahas Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam dua acara yang dihadirinya, Jumat (22/3/2019) pagi di Jakarta. Acara pertama adalah peresmian JK Entrepreneurship and Leadership Center di Tanri Abeng University, Jakarta. Acara kedua adalah Talent Fest dan Bursa Kerja Nasional 2019 yang dihadiri sekitar 3.000 peserta di JIExpo Jakarta.
Wapres Kalla menyebut perubahan mendasar dalam menjalankan kewirausahaan -yang didorong perkembangan teknologi- ini sebagai revolusi kewirausahaan. “Sekarang, sistem itu menjadi berbagi. Jadi, timbul revolusi di bidang kewirausahaan yang mengubah banyak hal,” tutur Kalla.
Dalam model kewirausahaan, aset tak perlu terlalu besar. Akan tetapi, hal terpenting adalah ide dan inovasi yang disebarluaskan, sehingga ada manfaat berbagi.
Dalam kesempatan itu, Wapres Kalla mendorong pencari kerja dalam Talent Fest dan Bursa Kerja Nasional untuk lebih aktif. Dengan demikian, tak hanya mencari lowongan kerja dalam ajang bursa kerja, namun juga mencari hubungan kerja. Dengan hubungan kerja, bisa terbentuk lapangan kerja baru.
Seusai acara, Wapres Kalla menegaskan, revolusi kewirausahaan bukan sekadar membesarkan perusahaan. Namun, lebih jauh lagi, memperbesar sinergi dan kolaborasi. Untuk itu, teknologi berperan kuat dan mengubah cara kerja wirausaha melalui lebih banyak sinergi dan kolaborasi. Seluruh proses ini pada akhirnya membuka kesempatan berusaha baru.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyampaikan, Program Talent Fest dan Bursa Kerja Nasional 2019 menyediakan 18.148 lowongan kerja yang meliputi 1.242 jabatan di 157 perusahaan dari berbagai sektor. Tersedia juga peluang magang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dalam empat tahun terakhir, tambah Hanif, tercipta 10.540.000 lowongan kerja. Angka ini melebihi target penciptaan 10 juta lapangan kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres Jusuf Kalla.
Namun, ia mengakui, masih ada pengangguran kendati target penciptaan lapangan kerja terlampaui. Kondisi ini disebabkan ketimpangan keterampilan tenaga kerja di Indonesia.
Hanif menyebutkan, dari 131 juta angkatan kerja, sekitar 50 persen di antaranya lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. (INA)