BAGHOUZ, SABTU— Direbutnya Baghouz oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat dari tangan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menandai kekalahan kelompok itu. Namun, pasukan NIIS yang tercerai-berai tetap mengancam kota-kota dan daerah-daerah lain.
”Pasukan Demokratik Suriah mengumumkan eliminasi total atas apa yang disebut sebagai khalifah dan 100 persen wilayah NIIS,” kata juru bicara
SDF, Mustefa Bali, Sabtu (23/3/2019).
Di Al-Omar, ladang minyak yang dipakai sebagai basis SDF, pasukan SDF yang telah kelelahan meletakkan senjata mereka, menyanyi, dan menari. Band militer mengumandangkan lagu-lagu, termasuk lagu kebangsaan AS, ”The Star Spangled Banner”, dalam sebuah perayaan kemenangan yang dihadiri petinggi Kurdi.
Selama berminggu-minggu SDF bertempur melawan NIIS di Baghouz dan Sungai Eufrat di perbatasan Irak. Minggu ini mereka mengumumkan telah menaklukkan perkemahan NIIS yang mewakili kantong- kantong NIIS yang tersisa.
Sekelompok kecil anggota NIIS berhasil didorong ke satu wilayah kecil di tepi sungai dan tebing terdekat. SDF sendiri menguasai bagian atas perbukitan itu.
Wilayah Baghouz, termasuk kota-kota lain di perbatasan Irak dan Suriah, pernah menjadi basis kekuasaan NIIS. Wilayah itu membentang dari Aleppo di utara Suriah hingga pinggiran kota Baghdad di Irak atau kira-kira seluas negara Inggris.
Dulu, dari ibu kota de facto- nya di utara Suriah, Raqqa, pimpinan NIIS merencanakan serangan spektakuler ke sejumlah negara, termasuk di Paris yang menewaskan 130 orang pada 2015.
Dikalahkan
Presiden AS Donald Trump mengatakan, NIIS telah kehilangan semua wilayahnya. Trump memperlihatkan peta wilayah kekuasaan NIIS sebelum dan sesudah dirinya menjadi presiden untuk menunjukkan kekalahan NIIS itu.
”Ini NIIS saat pemilihan dan ini NIIS sekarang,” kata Trump sambil menunjuk peta wilayah kekuasaan NIIS yang jauh menyusut. ”Kalian boleh menyimpan peta ini. Selamat,” ujarnya.
Koalisi yang dipimpin AS telah membantu SDF mengusir NIIS dari timur laut Suriah dan Sungai Eufrat sejak 2015 dengan serangan udara dan bantuan pasukan khusus.
Dalam dua bulan terakhir, lebih dari 60.000 orang meninggalkan wilayah Sungai Eufrat di sekitar Baghouz. Separuh di antaranya adalah warga sipil, termasuk sejumlah anggota NIIS yang ditawan.
Selebihnya, ada sekitar 5.000 anggota NIIS yang menyerahkan diri. Di luar itu, masih ada simpatisan dan keluarga dari anggota NIIS. Adapun mayoritas pasukan NIIS yang menolak menyerah justru para pendatang.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengucapkan selamat atas direbutnya Baghouz. ”Ancaman signifikan bagi negara kita sudah dihabisi,” ujarnya.
Namun, pengumuman kemenangan atas NIIS ini dinilai hanya bersifat simbolik. Ribuan milisi NIIS telah kalah dan bubar, tetapi para pejabat keamanan AS menyebut mereka bisa kembali lagi ke Suriah dalam setahun jika tekanan militer mengendur.
”Mereka telah memotong ujung yang ganas dari pohon. Namun, akar yang belum dicabut sewaktu-waktu bisa tumbuh dan menyebar kembali,” kata Hisham al-Hashemi, peneliti ekstremisme dan pakar
NIIS, melalui akun Twitter- nya. (REUTERS/AP/AFP/ADH)