Trump, dari Jerusalem ke Dataran Tinggi Golan
Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak pernah dapat disangka. Di tengah menurunnya ketegangan di Timur Tengah, Trump mulai mengusiknya lagi dengan cuitan tentang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Presiden AS Donald Trump akan kembali menggemparkan Timur Tengah. Setelah ”meledakkan bom” pertama dengan mengakui kota Jerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017, Trump sepertinya segera akan ”meledakkan bom” kedua dengan mengakui Dataran Tinggi Golan di bawah kedaulatan Israel.
Trump melalui cuitan di Twitternya, Kamis (21/3/2019), mengatakan, setelah 52 tahun kini tiba saatnya mengakui kedaulatan Israel secara penuh atas Dataran Tinggi Golan yang memiliki nilai sangat strategis bagi keamanan Israel dan stabilitas kawasan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menyampaikan ucapan terima kasih kepada Trump. Netanyahu dalam Twitternya mengatakan, di saat Iran menggunakan wilayah Suriah untuk menghancurkan Israel, Presiden Trump melakukan langkah berani dengan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Menlu AS Mike Pompeo dalam konferensi pers dengan PM Netanyahu, Rabu (20/3) malam, di Jerusalem, mengatakan, Presiden Trump akan mengambil keputusan historis terkait isu Timur Tengah.
Pompeo saat itu menjawab permintaan Netanyahu dalam konferensi pers tersebut yang menyerukan AS segera mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari aksi melawan pengaruh Iran di Suriah.
Sebelumnya, laporan tahunan tentang hak asasi manusia yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS pada 13 September lalu tidak menyebut Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah pendudukan.
Laporan tersebut hanya menyebut, Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah yang berada di bawah kontrol Israel.
Pendudukan
Seperti diketahui, Israel menduduki Dataran Tinggi Golan pada perang Arab-Israel tahun 1967 atau 52 tahun silam. Pada perang Arab-Israel tahun 1973, Suriah hanya mampu mengambil lagi sepertiga wilayah Dataran Tinggi Golan dari Israel. Dua pertiga wilayah Dataran Tinggi Golan sampai saat ini masih diduduki Israel.
Dataran Tinggi Golan dikenal memiliki nilai ekonomi dan keamanan yang sangat strategis. Di Dataran Tinggi Golan terdapat Danau Tiberias dari sisi utara. Sisi selatan Danau Tiberias bersisian dengan wilayah Galilea (Israel utara). Danau Tiberias yang indah kini menjadi salah satu pusat pariwisata di Israel yang mendatangkan devisa miliaran dollar AS setiap tahunnya.
Di Dataran Tinggi Golan terdapat gugus Pegunungan Hermon atau Jabal al-Sheikh yang sisi selatannya diduduki Israel. Salah satu puncak Pegunungan Hermon yang memiliki ketinggian 2.236 meter di atas permukaan laut diduduki Israel.
Israel memasang radar di atas ketinggian 2.236 meter itu untuk memantau sebagian besar wilayah Suriah, Lebanon, dan Jordania.
Jarak antara Damaskus dan Dataran Tinggi Golan pun sangat dekat, hanya sekitar 60 kilometer. Karena itu, Israel selalu mengklaim, Dataran Tinggi Golan memiliki nilai strategis secara keamanan karena dari salah satu puncak Pegunungan Hermon itu mereka bisa memantau wilayah Suriah, Lebanon, dan Jordania.
Bahkan, ada anekdot, semut berjalan di Damaskus bisa dideteksi oleh Israel dari puncak Gunung Hermon, apalagi gerakan tank-tank.
Dikecam
Sebaliknya, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional menolak pendudukan Israel atas Dataran Tinggi Golan dan memintanya mundur dari wilayah Suriah itu.
Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi Nomor 242 pada 22 November 1967 menyerukan Israel mundur dari semua wilayah yang diduduki melalui kekuatan militer, termasuk Dataran Tinggi Golan.
DK PBB melalui Resolusi Nomor 497 Tahun 1981 menegaskan, menolak keputusan Israel menganeksasi Dataran Tinggi Golan dan meminta Israel membatalkan keputusan aneksasi tersebut yang dikeluarkan pada tahun itu.
Masyarakat internasional juga segera beraksi atas sikap Presiden Trump terkait Dataran Tinggi Golan itu.
Kementerian Luar Negeri Rusia, Jumat, menyebut, mengubah status Dataran Tinggi Golan adalah melanggar resolusi PBB dan aspirasi masyarakat internasional.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam forum sidang Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tingkat menteri luar negeri, Jumat, di Istanbul, mengatakan, tindakan Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan akan menciptakan krisis baru di Timur Tengah.
Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheith juga menegaskan, Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah yang sesuai dengan hukum internasional, resolusi DK PBB, dan aspirasi masyarakat internasional.
Pemerintah Suriah, seperti dilansir kantor berita Suriah, SANA, mengecam keras sikap Trump yang menyebut pentingnya mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Damaskus menyebut, sikap Trump itu melanggar resolusi DK PBB dan legalitas internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi, menegaskan, pernyataan Presiden Trump tidak bisa diterima dan tidak akan mengubah hakikat bahwa wilayah tersebut adalah wilayah pendudukan.
Jika Trump memaksa diri terus melanjutkan mengakui secara resmi kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, bisa mengganggu mewujudkan misi utama lawatan Menlu AS Mike Pompeo di Timur Tengah saat ini, yakni membangun aliansi melawan Iran.
Negara-negara Arab bisa jadi akan mundur atau minimal mengambil sikap pasif dalam aliansi melawan Iran setelah AS mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Sebaliknya akan memperkuat kubu Iran yang saat ini sedang berupaya menggagalkan misi Pompeo tersebut.