Harga gabah di tingkat petani di sentra padi Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, anjlok memasuki musim panen raya. Petani mendesak pemerintah segera menyerap hasil panen itu.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS - Harga gabah di tingkat petani di sentra padi Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, anjlok memasuki musim panen raya. Petani mendesak pemerintah segera menyerap hasil panen itu.
Pantauan Kompas, di sejumlah wilayah Cirebon, Senin (25/3/2019), petani mulai panen dan menjemur gabah. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menyentuh Rp 3.500 per kilogram. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 3.700 per kg untuk GKP di tingkat petani.
"Harga ini terendah dalam dua tahun terakhir. Tahun lalu, saat panen, harga GKP Rp 3.700 per kg," ujar Kusna (65), petani di Kesambi, Kota Cirebon. Menurut dia, anjloknya harga gabah petani mulai berlangsung sejak awal Maret.
Salah satu penyebabnya, kualitas gabah yang rendah akibat curah hujan tinggi. Angin kencang juga membuat padi ambruk dan terendam air. Kadar air tinggi membuat bobot gabah lebih banyak susut. Waktu pengeringan gabah pun bertambah dari biasanya tiga hari menjadi seminggu.
"Harga gabah juga ditentukan tengkulak. Saya sudah punya utang jadi harus jual ke sana," lanjut Kusna, yang menganggap menjual ke tengkulak lebih praktis karena tidak lagi memikirkan ongkos angkut dan karung.
Gabah yang dibeli tengkulak lalu dijual ke pedagang penggilingan beras sebelum dikirim ke pasar seperti Pasar Induk Cipinang, Jakarta. Dari pasar induk itu, beras lalu dijual ke pasar lainnya sebelum sampai ke tangan konsumen.
Menurut dia, hasil panen dari lahan 8.200 meter persegi yang ia garap hanya mencapai 2,5 ton. Dengan harga GKP 3.500 per kg saat ini, ia hanya meraup Rp 8,75 juta selama tiga bulan memproduksi padi. Jumlah itu belum dikurangi cadangan beras untuk makan sehari-hari.
"Padahal, modal saya Rp 9 juta. Itu pun utang," ujarnya.
Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar mengatakan, harga GKP di Kabupaten Cirebon saat ini Rp 3.500 - Rp 3.750 per kg. Padahal, harganya masih Rp 5.000 per kg pada Januari lalu.
"Kondisi ini masih bisa berlanjut karena panen raya di Cirebon masih terjadi sampai Mei," ujarnya. Apalagi, sejumlah wilayah sentra padi di Jawa juga memasuki musim panen.
Hal ini, lanjutnya, dapat merugikan petani. Dengan lahan sawah sekitar 45.000 hektar, Cirebon menjadi penyangga pangan nasional. Setiap tahun, daerah berpenduduk 2,3 juta jiwa itu memasok lebih dari 100.000 ton beras ke Jakarta dan sejumlah wilayah di Jabar.
Meskipun harga gabah petani anjlok, berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga beras kualitas Medium II di sejumlah pasar tradisional Rp 11.050 per kg dan Rp 12.050 per kg di DKI Jakarta.
Jumlah itu masih di atas harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 9.500 di pulau Jawa. "Kami juga akan senang dan ikhlas jika harga beras turun drastis sesuai harga gabah petani," ujarnya.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Indramayu Sutatang mengatakan, jatuhnya harga gabah juga terjadi di Indramayu Rp 3.700 per kg untuk GKP. Padahal, tahun lalu, harga GKP di tingkat petani Rp 4.000 per kg. Petani di daerah dengan luas sawah mencapai lebih dari 114.000 hektar itu pun akan dirugikan dengan anjloknya harga gabah.
"Seharusnya, Perum Bulog turun tangan menyerap gabah petani yang anjlok. Dengan begitu, harga gabah bisa berangsur stabil," ujarnya. Pemerintah, lanjutnya, juga dapat membantu petani dengan memberikan mesin pengering gabah sehingga kualitas panen petani tidak rendah di tengah musim hujan