Memacu Adrenalin di Bukit Bersalju Rusutsu
Mengunjungi Pulau Hokkaido di Jepang pada musim dingin terasa kurang lengkap jika tak beraktivitas luar ruang, seperti bermain ski atau sekadar beradu lempar bola salju. Lebih dari itu, beraktivitas di musim salju juga bisa memacu adrenalin, dengan mencoba berbagai wahana di Rusutsu Resort.
Embusan angin cukup kencang menampar kulit pada siang itu, Rabu (13/2/2019), saat kami, lima wartawan dan satu blogger Indonesia yang mengikuti Familiarization Trip oleh Japan National Tourism Organization (JNTO), masuk ke Rusutsu Resort. Butiran salju yang berterbangan pun ikut menyambut.
Dari titik itu, kami harus berjalan sekitar 200 meter di alam terbuka, untuk mencapai satu bangunan rumah yang menjadi pusat kegiatan luar ruang di Rusutsu. Taburan salju pun tak henti-hentinya menerpa. Sebagai penduduk negara beriklim tropis, jujur saja, kami menikmatinya.
Disambut sejumlah petugas
Resort, kami masuk ke bangunan atau camp berpenghangat itu. Dilip Rai, pria asal Nepal, bersama sejumlah rekannya, menjadi pemandu segala aktivitas kami siang itu. Sesuai rencana, kami akan bermain snowmobile, snowshoes, dan snow rafting.
Sebelum mulai, Dilip meminta kami untuk mengenakan sarung tangan, sepatu boot tebal, dan helm yang memang diperuntukkan bagi pengunjung. Kemudian, kami keluar camp. Di sana, sudah berjajar sepeda motor berbadan gemuk, menyerupai ATV. Saat itu, mesin dalam keadaan mati.
Berbeda dengan sepeda motor biasa, roda depan motor salju berupa papan. Persis seperti papan ski. Sementara di bagian tengah hingga belakang, roda berupa gergerigi, seperti bagian rantai pada sepeda motor. Serupa dengan ATV, pengendara tak perlu takut tak seimbang, karena motor salju ini persis seperti motor ber roda empat.
"Kalian tentu sudah terbiasa dengan menarik gas sepeda motor, kan, pada stang bagian kanan, kan? Pada prinsipnya, mengendarai snowmobile ini sama. Bedanya, untuk melaju, gunakan jempol tangan kanan untuk menekan dan melepas tuas," ujar Dilip.
Awalnya sedikit canggung karena kami tak biasa menaiki motor jenis itu. Apalagi, ukurannya amat besar. Namun, lama kelamaan, kami bisa mengendalikan kendaraan. Adapun jalur yang kami lewati sudah disiapkan sebelumnya, sehingga kami tinggal mengikuti alur yang ada.
Pada beberapa titik, ruas yang kami lalui cukup menantang karena naik-turun. Terus melaju di antara hamparan salju serta pepohonan yang indah, kami menikmati perjalanan. Suara burung gagak yang bersahutan terdengar sepanjang perjalanan. 15 menit pun berlalu, hingga kembali ke titik start.
Trekking salju
Hanya beristirahat beberapa menit, kami bersiap untuk aktivitas kedua, snowshoes. Kami diminta menggunakan sepatu khusus untuk berjalan di salju, yang berbentuk pipih dan panjang. Memang, berjalan menjadi tidak leluasa. Namun, sepatu ini menghindari pemakainya terpeleset di salju.
Tentu saja, jalur yang kami lalui tak sepanjang snowmobile, tetapi aktivitas ini tak kalah menantang. Hamparan bukit tertutup salju memaksa kami untuk jalan menanjak. Rasa lelah seakan sama sekali tak terasa karena kami fokus menikmati pemandangan, berfoto, dan bermain salju.
Menanjak sekitar 25 meter, kami akhirnya tiba di puncak bukit kecil. Begitu membalikkan badan, dalam sekejap kami terpesona dengan lanskap yang membentang. Dari kejauhan tampak roller coaster di Taman Hiburan Rusutsu Resort yang tak beroperasi pada musim dingin. Gunung pun menjulang di atasnya.
Pemandangan makin sempurna karena kereta gantung dua jalur melintas tepat di atas kami. Momen itu langsung kami manfaatkan untuk berfoto-foto, dengan latar taman bermain tersebut. Tak ketinggalan, kereta gantung merah yang melintas jadi penghias bingkai.
Setelah sekitar 15 menit beraktivitas snowshoes serta berfoto-foto, kami kembali ke camp atau titik start. Sempat menghangatkan badan, kami pun bersiap untuk aktivitas selanjutnya, snow rafting, yakni menaiki perahu karet yang melaju dengan ditarik oleh motor salju.
"Sebelum berlanjut ke snow rafting, saya tanya dulu, apakah ada yang menyerah? Berikutnya, kalian mesti siap-siap basah," kata Dilip. Mendengar itu, satu orang dari rombongan kami memilih tinggal. Namun, sisanya merasa antusias dan tertantang.
Tersisa enam orang, rombongan terbagi dalam dua perahu karet. Di perahu tersebut, posisi duduk kami membentuk vertikal. Salah satu perahu ditarik oleh motor salju yang dikendarai sendiri oleh Dilip.
Mulanya, motor salju dikendarai dengan cukup pelan dan hati-hati. Dengan kecepatan tersebut, kami bisa menikmati pepohonan bersalju. Namun, guncangan-guncangan kecil tetap terasa, yang juga membuat kami semakin penasaran, bisa secepat apa perahu ini melaju.
Di atas salah satu bukit, kami berhenti dan dipersilakan mengambil gambar. Saat perahu melaju, kami memang diminta untuk tak mengeluarkan HP atau kamera. Sebab, kami harus terus memegang tali untuk berpegangan. Selain itu, kamera juga bisa basah tersembur salju.
Setelah berfoto, kami terkejut melihat Dilip beraksi. Sambil menekan gas, satu tangannya memegang stang, sedangkan tangan lainnya mengambil video. Melihat aksi tersebut, salah satu dari kami merasa tertantang. "Ayo lebih gila lagi!" katanya.
Seakan merespons ucapan itu, Dilip kembali fokus mengendarai motor salju. Kali ini, gas ditekannya lebih kencang. Beberapa kali, ia membuat manuver, seperti melaju zig-zag dan berbelok mendadak seperti motor yang mengepot. Hal sama dilakukan oleh rekan Dilip yang menarik perahu lainnya.
Paruh kedua perjalanan kami menaiki perahu karet ini pun semakin seru dan menguji adrenalin. Teriakan kami menggema, terutama ketika perahu belok mendadak. Salju-salju yang dilewati seperti diserut dan kemudian menghujani kami. Guncangan demi guncangan pun kian terasa.
Setelah 15 menit yang seru dan membuat jantung sedikit berdebar, kami tiba di camp. Kami sempat menghangatkan badan, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke titik lainnya di Rusutsu Resort. Meski dengan durasi yang tak terlalu lama, tiga wahana yang kami naiki begitu meninggalkan kesan.
Untuk mengendarai snowmobile selama 15 menit (short course), pengunjung perlu membayar 3.500 yen atau Rp 440.000. Sementara biaya trekking selama sejam dengan snowshoes yakni 3.780 yen atau Rp 477.000. Adapun snow rafting untuk 15 menit yakni 2.160 yen atau Rp 272.000.
Kami kemudian, ke titik lainnya, yakni area ski, dengan menaiki bus sekitar dua menit. Di sana, anak kecil hingga orang dewasa begitu antusias bermain ski. Di kawasan itu, pengunjung juga bisa memberi makan dua rusa kutub, bernama Ichiro (usia 7 tahun) dan Goro (4 tahun).
Selain itu, terdapat juga sejumlah pilihan aktivitas luar ruang lain, seperti Ski Hiking, Dog Sledding, Snow Motorbike, hingga Heli Skiing. Sementara untuk aktivitas dalam ruang, pilihannya antara lain membuat lilin berwarna, membuat asesoris, membuat eskrim, fitness, dan panjat tebing.
Berjarak sekitar 72 km dari Sapporo, ibu kota Hokkaido, Rusutsu Resort terletak di sekitar tiga gunung, yakni Gunung Timur (868 meter di atas permukaan laut), Gunung Barat (715 mdpl), dan Gunung Isola (994 mdpl). Pengunjung juga dapat menaiki kereta gantung untuk melihat indahnya pemandangan.
Shunsuke Takiguchi, International Sales Rusutsu Resort, mengatakan, pihaknya gencar melakukan promosi guna terus menaikkan tingkat kunjungan. Di antaranya dengan berkolaborasi dengan agensi perjalanan serta maskapai penerbangan. Juga, melalui layanan media sosial (SNS).
Adapun masa liburan musim dingin yakni Desember hingga Maret. Sejak bulan April, lanjut Takiguchi, promosi sudah dilakukan kepada calon wisatawan dari berbagai negara, termasuk Asia Tenggara.
Wisatawan Indonesia merupakan salah satu target pasar strategis. "Pada musim dingin kali ini ada sekitar 500 kunjungan wisatawan Indonesia. Itu meningkat sekitar 20 persen dari tahun sebelumnya. Warga Indonesia lebih banyak yang berkelompok ketimbang berangkat sendiri," kata Takiguchi.
Pemandu wisata yang menemani kami selama di Jepang, Sasayama Michiko, menuturkan, dibangun sejak 1981, Rusutsu Resort awalnya berupa kompleks bermain ski kecil. Namun, setelah itu, aktivitas luar ruang musim dingin kian populer, hingga menjadi tujuan wisatawan mancanegara. Area resort pun terus diperluas dengan penambahan berbagai macam atraksi.
Adapun di sekitar Rusutsu, mayoritas warga bermatapencarian sebagai petani. "Mereka bertani saat musim panas, sedangkan saat musim dingin bekerja di hotel sejumlah resort. Jadi, seiring perkembangan resort di Rusutsu dan sekitarnya, perekonomian lokal ikut terdongkrak," ujar Michiko.
Rusutsu hanya satu dari sekian banyak pusat aktivitas luar ruang musim dingin di Hokkaido. Sebagai perfektur paling utara di Jepang, suhu udara melorot saat musim dingin, yakni berkisar 0 hingga minus 10 derajat celcius. Maka, tak heran jika pulau yang juga terkenal akan keindahan alam seperti gunung dan danau itu menjadi tujuan para pelancong saban musim dingin tiba. Selamat mencoba.