Pariwisata ”Nomadic” untuk Pengembangan Danau Toba
›
Pariwisata ”Nomadic” untuk...
Iklan
Pariwisata ”Nomadic” untuk Pengembangan Danau Toba
Oleh
·3 menit baca
Destinasi The Kaldera Toba Nomadic Escape di hutan pinus Kabupaten Toba Samosir diresmikan. Konsep tempat ini sejalan dengan pembangunan kawasan berbasis taman bumi.
TOBA SAMOSIR, KOMPAS Menteri Pariwisata Arief Yahya meresmikan destinasi The Kaldera Toba Nomadic Escape di hutan pinus di perbukitan Danau Toba, Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis (4/4/2019). Konsep pariwisata nomadic atau berpindah menjadi pendorong percepatan pengembangan kawasan Danau Toba.
”Kalau ikut cara lama dengan membangun hotel yang fix, pengembangan kawasan ini tidak akan pernah ada. Lima tahun saya garansi tidak akan ada pembangunan di sini,” kata Arief di Toba Samosir.
The Kaldera Toba Nomadic Escape adalah tempat wisata nomadic pertama di kawasan Danau Toba. Destinasi seluas 1,5 hektar itu menjadi proyek rintisan untuk pengembangan Kawasan Otorita Danau Toba di Kabupaten Toba Samosir seluas 386,7 hektar. Kawasan otorita tersebut akan diberi nama Toba Kaldera Resort.
Arief menjelaskan, The Kaldera Toba Nomadic Escape dibangun dengan waktu yang sangat cepat dan biaya yang relatif murah. Kawasan yang berada sekitar 20 kilometer di selatan Parapat, Simalungun, itu dibangun Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dengan biaya Rp 5 miliar. Dalam waktu dua bulan, pembangunan sudah selesai lebih dari 90 persen.
Tenda
Di tempat itu mereka membangun fasilitas seperti 15 tenda premium, 2 tenda balon, 2 tenda kabin, camper van, perkemahan, dan amphitheater berkapasitas 250 orang. Kondisi alami hutan pinus dipertahankan. Kebun kopi masyarakat yang ada di tengah tempat wisata itu juga dipertahankan.
Kawasan yang berada di ketinggian 1.390 meter di atas permukaan laut itu menghadap ke Danau Toba. Dari perbukitan tersebut tampak permukiman dan sawah masyarakat di lembah Desa Sigapiton. Di seberang danau tampak Pulau Samosir.
Arief mengatakan, pengembangan Toba Kaldera Resort sebagian besar akan menggunakan konsep pembangunan nomadic. Konsep ini sejalan dengan pembangunan kawasan berbasis taman bumi (geopark) yang mengedepankan konservasi, keanekaragaman hayati, geologi, dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan konsep seperti itu, banyak investor yang tertarik. ”BPODT sudah tanda tangan kontrak kerja sama dengan beberapa investor dengan total nilai Rp 6 triliun. Kami targetkan investasi 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14 triliun untuk pengembangan seluruh Toba Kaldera Resort,” katanya.
Destinasi kelas dunia
Arief mengingatkan, kawasan Danau Toba dirancang untuk menjadi destinasi kelas dunia. Karena itu, dia meminta tiga pilar pariwisata, yakni amenitas, aksesibilitas, dan atraksi di kawasan itu harus berkelas dunia.
Untuk aksesibilitas dan amenitas, menurut Arief, sudah berkembang semakin baik. Pembangunan The Kaldera Toba Nomadic Escape juga sebagai upaya meningkatkan kualitas amenitas. Namun, untuk atraksi masih sangat jauh.
Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo mengatakan, The Kaldera Toba Nomadic Escape akan dibuka untuk umum pada Juni 2019. Mereka akan melakukan pemasaran dalam dua bulan ini. Destinasi tersebut menargetkan para wisatawan yang suka glamour camping. ”Tahun ini akan mulai dibangun tempat wisata lain di Toba Kaldera Resort,” katanya.
Bupati Toba Samosir Darwin Siagian meminta agar pembangunan Kawasan Otorita Danau Toba melibatkan masyarakat setempat sehingga menggerakkan ekonomi mereka.
Kepala Dinas Pariwisata Sumut yang juga General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba Hidayati mengatakan, pembangunan berbasis taman bumi tersebut akan mendukung Taman Bumi Kaldera Toba menjadi anggota UNESCO Global Geopark. (NSA)