ULAANBAATAR, SENIN – Pecatur Indonesia Grand Master Susanto Megaranto membuka laga pertama ajang Eastern Asia Chess Championship Fide Zone 3.3, yang menjadi kualifikasi Piala Dunia Catur 2019, dengan kemenangan pada babak pertama, Minggu (7/4/2019) di Ulaanbaatar, Mongolia. Jebakan kuda hitam Susanto pada langkah ke-52 membuat Sugar Gan-Erdene dari Mongolia menyerah dalam lima langkah.
Pada turnamen ini, setiap pecatur akan bermain sembilan babak dan pecatur yang mendapat poin turnamen tertinggi menjadi juara. Ajang itu menyediakan tiga tiket ke Piala Dunia Catur 2019 di Khanty-Mansiysk, Rusia, 9 September-2 Oktober. Tiket diberikan pada dua peringkat teratas kategori terbuka dan juara kategori putri.
Pada laga pembuka, Susanto yang sedang berusaha kembali ke penampilan terbaiknya menempatkan kuda di antara menteri, benteng, dan gajah, dengan tidak terlindungi. Langkah Susanto itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian Gan-Erdene dari serangan utama ke bidak putih di depan raja yang sudah tersudut.
Jebakan itu dimakan oleh pecatur tuan rumah sehingga Susanto leluasa menggempur raja dengan dua benteng dan menteri. Gan-Erdene hanya bisa bertahan dengan menukarkan benteng, tetapi menteri dan gajahnya tidak banyak membantu karena sudah salah posisi.
Dengan kemenangan itu, Susanto menempati posisi kedua dengan satu poin turnamen dan tambahan tiga poin rating. Susanto harus bermain konsisten untuk merebut kemenangan agar dapat menembus posisi dua besar.
”Kemenangan itu merupakan langkah awal yang cukup bagus karena diraih dengan perjuangan keras dan trik yang kreatif. Namun, Susanto tetap harus kreatif, akurat, dan konsisten pada laga-laga berikutnya,” ujar Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Susanto pernah memenangi kejuaraan tersebut ketika berlangsung di Tagaytay, Filipina tahun 2011. Kemenangan itu membuatnya lolos ke Piala Dunia Catur 2011. Namun, di Piala Dunia, langkahnya terhenti di babak pertama setelah kalah dari pecatur Vietnam GM Le Quang Liem.
Susanto menjadi pecatur putra kedua Indonesia yang lolos ke Piala Dunia Catur. Sebelumnya, pecatur legendaris Indonesia GM Utut Adianto menjadi pecatur pertama Indonesia yang lolos ke Piala Dunia Catur pada 2005 setelah menjadi juara Eastern Asia Chess Championship Fide Zone 3.3 di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, di Piala Dunia, langkah Utut terhenti di babak pertama setelah kalah dari pecatur Brasil GM Giovanni Vescovi.
Sinyal positif Chelsie
Selain Susanto, dua pecatur tim Indonesia yang didukung oleh Japfa juga meraih kemenangan. Keduanya adalah Surya Wahyudi dan Woman International Master (WIM) Chelsie Monica Sihite. Surya Wahyudi mengalahkan Candidate Master (CM) Nyamsuren Batbold dari Mongolia dan Chelsie Monica mengalahkan CM Tumurbaatar Nomindalai, juga dari Mongolia.
Surya tidak mengalami kesulitan saat mengalahkan Nyamsuren Batbold. Dia hanya memerlukan 23 langkah untuk memaksa Batbold menyerah. Dengan kemenangan itu, Surya menempati ranking ke-14 dan mendapat satu poin turnamen, serta tambahan 1,8 poin rating.
Adapun Chelsie melibas Nomindalai dengan mudah karena beda kualitas yang jauh. Monica menempati ranking keempat dengan tambahan 1 poin turnamen dan 3,4 poin rating. Bagi Chelsie, ini merupakan sinyal positif setelah beberapa tahun karirnya redup.
Sebelum kejuaraan itu berlangsung, Chelsie memenangi Kejuaraan Enerpac Master dan Yunior 2019 di Bekasi, Jawa Barat. Kemenangan itu menambah kepercayaan dirinya untuk kembali mengangkat grafik karirnya. Di Eastern Asia Chess Championship Fide Zone 3.3, ia menargetkan setidaknya bisa mendapatkan tambahan norma WGM.
Chelsie sudah memiliki satu norma WGM yang didapat saat ikut Olimpiade Catur di Turki pada 2012. Ia butuh dua norma WGM lagi dan tambahan poin rating untuk menggenapi poin ratingnya menjadi 2.300 untuk menyandang gelar WGM. ”Target saya realistis saja, setidaknya bisa dapat tambahan norma WGM di sini. Kalau untuk lolos Piala Dunia Catur, mungkin agak sulit,” katanya.
Kekalahan Irene
Dua pecatur Indonesia lainnya bermain remis, yaitu IM Novendra Priasmoro yang ditahan IM Tran Minh Thang dari Vietnam dan WGM Medina Warda Aulia yang ditahan WIM Sengeravdan Otgonjargal dari Mongolia. Sedangkan pecatur putri andalan Indonesia Irene Kharisma Sukandar justru menelan pil pahit, kalah dari WGM Le Thanh Tu asal Vietnam.
Irene kalah dalam duel teori pembukaan. Lawan telah menyiapkan pembukaan yang sudah lama tidak dimainkan Irene. Sehingga pada langkah ke-15, Irene membuah langkah lemah. Ia bermaksud melindungi bidak c4 tapi itu keputusan yang sia-sia karena bidak c4 sebetulnya tidak bisa dilindungi lagi. Setelah bidak tersebut akhirnya jatuh pada empat langkah kemudian, posisi Irene semakin memburuk dan membuatnya menyerah pada langkah ke-81.
Hasil yang diperoleh Irene mungkin cukup disesalkan. Sebab, dari semua pecatur yang dikirim, Indonesia sangat mengandalkan Susanto, Irene, dan Medina untuk merebut minimal satu tiket ke Piala Dunia Catur 2019. Irene pernah mencicipi berpartisipasi di Kejuaraan Dunia Catur Putri 2017 lalu. Namun, pada kejuaraan yang berlangsung di Teheran, Iran itu, Irene kalah dari pecatur Qatar GM Zhu Chen pada babak pertama.
”Menurut saya, hasil ini masih normal saja. Ini pertarungan sembilan babak. Jadi, akan ada jatuh bangun dari pecatur. Yang paling penting, sehabis kalah, pecatur harus mampu bangkit lagi. Dan, anak-anak sudah dilatih untuk itu. Mereka harus menunjukkan mental juaranya. Apalagi di sini, semua pecatur yang ada adalah petarung,” kata Kristianus.