Kairo, Kompas - Perusahaan pengolahan dan distribusi minyak sawit di Mesir, Oleo Misr, menandatangani kontrak dengan Perusahaan Induk Perkebunan PTPN III (Persero) dan PT Chita Agri Indonesia untuk impor minyak sawit dari Indonesia ke Mesir senilai USD 130 juta selama periode 2019.
Pada kontrak dagang tersebut, Perusahaan Induk Perkebunan PTPN III (Persero) akan menyuplai minyak kelapa sawit sebesar 10.000—16.000 metrik ton (MT) per bulan dengan nilai 100 juta dolar AS. Sedangkan PT Chita Agri Indonesia akan menyuplai minyak kelapa sawit sebesar 4.000-5.000 MT per bulan dengan nilai 30 juta dolar AS.
Duta Besar RI untuk Mesir, Helmy Fauzy didampingi Atase Perdagangan KBRI Cairo, Irman Adi Purwanto Moefthi dan staf hari Senin (8/4) melakukan kunjungan ke kantor Oleo Misr untuk membahas upaya peningkatan impor sawit dari Indonesia ke Mesir.
CEO Oleo Misr, Mohamed Radwan mengungkapkan, pihaknya sangat antusias sekali melakukan hubungan dagang dengan Indonesia, khususnya di sektor produk minyak sawit, dan menghargai sekali upaya-upaya yang telah dilakukan KBRI Kairo untuk memfasilitasi kerjasama usaha antara perusahaannya dengan beberapa supplier potensial Indonesia.
"Kami sangat mengharapkan hubungan kerjasama di bidang perdagangan antara Mesir dan Indonesia dapat terus ditingkatkan. Kami sangat terbantu sekali oleh dukungan yang diberikan KBRI Kairo dalam mempertemukan kami dengan supplier produk dibutuhkan", ungkap Radwan.
Menurut Radwan, kebutuhan minyak untuk konsumsi Rumah Tangga di Mesir mencapai 1,2 juta ton per tahun, dimana 400 s.d. 500 ribu ton nya berasal dari sawit. "Kami akan mengimpor produk sawit dan beberapa turunannya dari Indonesia, selain untuk minyak goreng juga untuk produk seperti sabun, deterjen dan produk kimia. Sekitar 30-40% dari produk sawit yang kami olah nanti akan diekspor lagi ke negara-negara Afrika dan Eropa”, ujar Radwan.
Dubes Helmy mengharapkan Oleo Misr dapat juga melakukan upaya diversifikasi produk sawit sebagai produk yang berkelanjutan seperti energi misalnya. "Minyak sawit dan turunannya sebagai sustainable product dapat didiversifikasi selain sebagai produk konsumer juga dapat dijadikan sebagai produk bio diesel, " tambah Dubes Helmy.
Meningkat
“Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Mesir cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia saat ini lebih fokus membidik pasar non tradisional seperti Timur Tengah dan Afrika. Sedangkan Mesir adalah hub yang sangat strategis dalam melancarkan hubungan dagang antara utara dan selatan Afrika," ulas Dubes Helmy.
Dalam pertemuan tersebut, juga mengemuka pembahasan terkait Forum Bisnis Minyak Sawit yang akan menghadirkan para pelaku usaha dan eksportir minyak sawit Indonesia ke Mesir. "KBRI Kairo akan menggelar forum bisnis sawit dengan menghadirkan para pelaku dan stakeholder sawit Indonesia, rencananya akan diselenggarakan pada bulan Agustus 2019 mendatang untuk meningkatkan hubungan dagang Indonesia-Mesir khususnya di sektor minyak sawit, dan makin mempererat kerjasama antar para pelaku usaha dari kedua negara, serta sebagai upaya diplomasi sawit Indonesia dengan memaparkan manfaat, nutrisi dan kegunaan sawit," ungkap Irman Adi Purwanto Moefthi, Atase Perdagangan KBRI Kairo.
Perusahaan Oleo Misr sudah berdiri sejak tahun 1940an. Perusahaan ini telah mengolah produk minyak yang berasal dari bunga matahari, kedelai dan sawit untuk keperluan konsumsi Rumah Tangga dan didistribusikan baik di pasar domestik maupun untuk ekspor.
Perusahaan ini juga mengolah minyak sawit menjadi fatty acid dan glycerin untuk keperluan produk industri yang dipesan dari berbagai perusahaan raksasa seperti Unilever, Procter & Gamble, dan lain sebagainya.
Sesuai laporan statistik Mesir (CAPMAS), komoditas minyak sawit Indonesia (kode HS 1511) masuk ke pasar Mesir dan berada pada urutan pertama tahun 2018 dengan total impor Mesir dari Indonesia sebesar USD 643,77 juta dengan pangsa pasar 94,35% dari total keseluruhan impor Mesir dari dunia yang nilainya sebesar USD 682, 27 juta.
Produk minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan signifikan sesuai data BPS. Dalam periode Januari 2019 mencapai USD 63,11 juta dengan kapasitas 128,284 ton atau naik sebesar 351% dibandingkan dengan ekspor pada periode yang sama tahun lalu sebesar USD 13,98 juta dengan kapasitas 21,870 ton.*