Pukul 01.00 Wita, Kamis (18/4/2019). Tarmiji (74) berkali-kali mengusap matanya. Kulitnya keriput, giginya tak lagi utuh, dan tangannya bergetar. Ia tetap terjaga menjaga tempat pemungutan suara meski ia tak terbiasa begadang di usianya yang sudah tak lagi muda.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
Pukul 01.00 Wita, Kamis (18/4/2019). Tarmiji (74) berkali-kali mengusap matanya. Kulitnya keriput, giginya tak lagi utuh, dan tangannya bergetar. Ia tetap terjaga menjaga tempat pemungutan suara atau TPS meski ia tak terbiasa bergadang di usianya yang sudah tak lagi muda.
Pemilu 2019 merupakan kesempatan kelimanya menjadi perlindungan masyarakat (linmas) dalam pesta demokrasi. Upahnya sebagai linmas memang tak sebanding dengan pengorbanannya dalam mengawal pemilu. Namun, bagi Tarmiji, upah yang ia terima dan seragam baru linmas yang ia dapat sudah cukup membuatnya gembira.
Ia menerima upah lelah dalam menjaga pemilu Rp 500.000 dan uang makan Rp 120.000. Uang itu ia terima untuk tanggung jawab yang cukup berat. Ia harus bertahan dan memastikan jalannya pemungutan suara dan penghitungan suara berjalan aman. Lebih dari 24 jam ia harus mengawal TPS.
”Sejak Selasa (16/4/2019) pagi, saya sudah bantu menyiapkan TPS. Ketika surat suara sampai, saya mulai jaga dan menginap di sini,” kata Tarmiji seraya tersenyum.
Tarmiji tidak biasa tidur larut. Namun, baginya tugas harus dilaksanakan hingga selesai. Saat menjaga TPS sebelum 17 April, ia harus tidur bergantian dengan seorang linmas lain yang lebih muda darinya.
Saat berjaga, sesekali ia berkeliling di lokasi yang ia jaga, yakni TPS 9, Gunung Samarinda Baru, Balikpapan Utara, Balikpapan, Kalimantan Timur. Itu ia lakukan untuk menghilangkan rasa kantuk.
Ia melihat penghitungan surat suara di sana. Sejak dimulai pukul 13.00 Wita, penghitungan dan rekapitulasi surat suara di TPS itu belum kunjung selesai meski hari sudah berganti. Banyaknya surat suara yang dihitung membuat anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS itu bekerja lebih lama.
Pukul 1.30 Wita, pencatatan surat suara sudah beres. Tarmiji harus melaksanakan tugas akhirnya, yakni membawa kotak suara yang berisi berbagai surat suara ke Kantor Kecamatan Balikpapan Utara. Ia memanggul kotak suara ke lantai dua kantor kecamatan yang berjarak sekitar 200 meter dari TPS 9.
Wajah Tarmiji terlihat lega setelah menyelesaikan tugas. Kotak suara sudah dicatat oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Tarmiji sudah bisa beristirahat. ”Mengabdi yang penting ikhlas,” katanya.
Lebih muda
Anggota linmas lain yang lebih muda, Martad (48), mengagumi semangat anggota linmas yang tak lagi muda tetapi masih memiliki semangat muda. Ia mengaku menjalani tugas linmas saat pemilu bukanlah pekerjaan ringan.
”Butuh fisik yang kuat. Tahun ini surat suara banyak sekali. TPS yang saya jaga saja baru selesai jam 02.00 Wita. Harus siap begadang. Salut buat yang lebih tua dari saya,” kata Martad.
Butuh fisik yang kuat. Tahun ini surat suara banyak sekali. TPS yang saya jaga saja baru selesai jam 02.00 Wita. Harus siap begadang. Salut buat yang lebih tua dari saya.
Martad terlihat terengah-engah dan mata memerah. Ia menyandarkan kepala ke dinding dan menatap ke langit-langit. Keringat menetes di dahinya. Kantuk dan lelah tak bisa ia elakkan.
Hingga pukul 06.00 Wita, para linmas masih terlihat keluar-masuk kantor Kecamatan Balikpapan Utara. Beberapa TPS baru selesai menghitung dan merekapitulasi penghitungan surat suara. Praktis, banyak linmas yang masih harus menjalankan tugas.
Camat Balikpapan Utara Fachrul Razji mengatakan, TPS di wilayahnya merupakan yang terbanyak di Balikpapan, yakni 458 TPS. Laporan terakhir yang ia terima pada pukul 01.30 Wita, baru 45 TPS yang sudah mengumpulkan surat suara ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
”PPK, KPPS, dan linmas harus bekerja ekstra karena ada lima jenis surat suara yang dihitung sekaligus tanpa jeda,” ujarnya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Balikpapan Noor Thoha mengatakan, semua orang yang bertugas membantu kelancaran pemilu merupakan pahlawan. Menurut dia, mereka perlu mendapat dukungan dari masyarakat.
”Dengan upah yang tak seberapa, mereka tetap melaksanakan tugas hingga selesai meski bekerja nyaris 24 jam. Itu luar biasa sekali,” kata Thoha.