Duel Mengejar Sempurna
Pep Guardiola tidak ingin kembali tergelincir setelah Manchester City tersingkir dari Liga Champions. Dia kini beradu cerdik dengan Manajer Liverpool Juergen Klopp di Liga Inggris.
MANCHESTER, JUMAT - Liga Inggris musim ini adalah anomali, jika tidak bisa disebut spektakuler. Cara biasa-biasa saja, seperti musim-musim yang lalu, tidak lagi cukup memberi trofi. Dua ”kuda pacu” saat ini, Liverpool dan Manchester City, perlu menggapai standar tinggi dan mengejar kesempurnaan hingga garis finis demi mahkota juara Liga Inggris.
Mantan Manajer Arsenal Arsene Wenger pernah berkata, koleksi 82-86 poin semusim cukup aman mengantarkan sebuah tim menjadi kampiun Liga Inggris. Ia merujuk pada pengalaman Leicester City yang menjadi juara kejutan di musim 2015-2016 dengan koleksi 81 poin atau Manchester United yang mengemas 80 poin saat menjadi kampiun pada 2011.
Jika perhitungan itu diterapkan, maka Liga Inggris musim ini telah memiliki dua juara sekaligus, yaitu Liverpool dan City. Liverpool, di puncak klasemen berbekal 85 poin, ditempel City yang meraih 83 poin. Bayangkan, jika poin itu Liverpool raih pada 2011 atau 2016. Dua kali sudah mereka menjadi juara di dekade ini.
Namun, The Reds pantang berandai-andai dan menengok ke masa lalu seperti halnya ketika mengusir ”hantu biru” alias deja vu Chelsea pada laga pekan lalu. Pikiran pasukan ”The Reds” fokus melihat ke masa depan, yaitu empat laga tersisa di Liga Inggris musim ini.
Kami ingin mengemas poin semaksimal mungkin
Kemenangan 2-0 atas Chelsea menjadi rintangan terberat terakhir Liverpool di dalam perlombaan ketat dengan City. Tidak satu pun dari empat lawan tersisa The Reds merupakan tim-tim big six alias tim-tim elite langganan posisi enam besar. Keempat tim itu berturut-turut adalah Cardiff City, Huddersfield Town, Newcastle United, dan Wolverhampton Wanderes.
Tak ayal, jalan The Reds dianggap lebih ringan. Selain Cardiff, yang tengah berjuang melawan degradasi, tiada lagi yang punya misi besar di sisa laga musim ini. Maka itu, Manajer Liverpool Juergen Klopp mencanangkan target sapu bersih alias kesempurnaan di keempat laga tersisa itu. ”Kami ingin mengemas poin semaksimal mungkin. Jika sekarang poin kami 85, lalu dengan empat laga tersisa poin (maksimum) kami bisa 97. Mari kita coba itu,” ujarnya dikutip The Independen.
The Reds memang wajib mengejar hasil sempurna. Meskipun unggul dua poin dari City di puncak klasemen, mereka tidak memegang takdir juara. Kendali itu justru ada pada rivalnya, City. Mungkin, karena itulah mereka tidak terpeleset di laga kontra Chelsea seperti halnya terjadi pada setengah dekade silam. Ketika itu, pada laga di Anfield, Liverpool memegang kendali takdir karena unggul tiga poin dari City di puncak klasemen. Publik Anfield pun sesumbar siap berpesta. Realitanya ternyata berbalik.
Tekanan City
Akhir musim ini, City bisa mengemas poin maksimum 98 karena memiliki lima laga tersisa. Dengan demikian, mereka bisa juara jika terus sempurna di akhir musim. Namun, berbeda dengan The Reds, jalan City lebih terjal. Mereka masih harus kembali berhadapan dengan Tottenham Hotspur, Sabtu (20/4) pukul 18.30 WIB ini, disusul laga kontra Mancheter United di Old Trafford, Kamis (25/4) dini hari WIB, lalu Burnley, Leicester, dan Brighton & Hove Albion.
Tak heran, manajer legendaris MU, Sir Alex Ferguson, lebih menjagokan Liverpool tetap finis teratas pada akhir musim ini. ”Ferguson meyakini Liverpool akan juara karena ia merasakan MU akan mendapatkan poin pada laga kontra City,” tutur Jonathan Walters, eks striker Liga Inggris yang mendapat pengakuan dari Ferguson dikutip Daily Mail.
Terkadang, tampil dalam tekanan adalah hal bagus
Namun, setelah disingkirkan oleh Spurs di perempat final Liga Champions, City kini memiliki motivasi lain di lima laga terakhir Liga Inggris. City akan berjuang habis-habisan memastikan Liga Inggris dalam genggaman. ”Kami harus berdiri tegak dan bertindak,” ujar Manajer City Pep Guardiola dikutip ESPN, Kamis (18/4).
”Kami berjuang selama sembilan atau 10 bulan di Liga Inggris dan kami masih di sana. Ini ada di tangan kami. Tentu saja ini sulit dan kami harus menjalaninya hingga akhir,” tegas Guardiola.
Tekanan dan persaingan sengit bukan hal lazim bagi Guardiola. Ia kerap mudah merebut gelar juara liga berbekal skuad fantastis ketika melatih Barcelona dan Bayern Muenchen. Musim lalu, City bahkan berlari sendirian ke trofi Liga Inggris. Mereka unggul telak, yaitu 19 poin, dari tim peringkat kedua saat itu, MU.
Guardiola pun tidak takut akan tekanan. Bagi pelatih asal Spanyol itu, tekanan justru bisa menjadi cambuk. ”Terkadang, tampil dalam tekanan adalah hal bagus. Itu bisa mendorong kami mengerahkan kemampuan terbaik. Dalam hal ini, maka kami harus memenangi seluruh laga tersisa karena Liverpool tidak akan berhenti. Tidak ada pilihan lain,” tegasnya.
Terlepas dari siapa pun juaranya nanti, Liga Inggris telah kembali ke khitahnya pada musim ini. Dua tim paling menawan dan agresif bersaing sengit serta menciptakan standar poin dan persaingan baru di Liga Inggris. Atraksi spektakuler semacam ini adalah yang kali pertama dalam dekade ini.