Semesta memiliki daya magis di setiap transisi waktu antara terang dan gelap. Perpaduan warna jingga, biru, dan keunguan muncul di langit tatkala senja rebah. Air laut yang semula berwarna kebiruan berubah kemerahan. Meski dilihat berulang di tempat yang sama, rupa senja tak selalu sama.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
Semesta memiliki daya magis di setiap transisi waktu antara terang dan gelap. Perpaduan warna jingga, biru, dan keunguan muncul di langit tatkala senja rebah.
Air laut yang semula berwarna kebiruan berubah kemerahan. Meski dilihat berulang di tempat yang sama, rupa senja tak selalu sama. Mungkin itu yang membuat penikmatnya tak pernah jemu.
Sore hari di Pantai Melawai, Balikpapan, Kalimantan Timur, para pedagang menyiapkan gerobak untuk menjajakan makanan. Beberapa di antara mereka menggelar terpal dan menata meja makan persis di tepi pantai.
Jumat (19/4/2019) sore menjadi hari yang menggembirakan bagi para pedagang di Pantai Melawai. Pantai akan banyak dikunjungi warga sebab hari itu merupakan hari libur nasional untuk memperingati wafat Isa Al Masih. Beberapa warga pergi ke pantai untuk sekadar berswafoto atau menyantap makanan sambil melihat senja.
Menikmati senja di tepi pantai amat mudah dilakukan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pusat kota dan jalan utama tak jauh dari pantai. Jalan Jenderal Soedirman, salah satu jalan utama, membentang sekitar 200 meter dari pantai. Saat berkendara, tengoklah ke barat. Air laut dan kapal laut akan terlihat di celah bangunan.
Meski begitu, masyarakat di Balikpapan tak pernah kehabisan takjub pada senja. Sutarji (34), warga Balikpapan Utara, pasti meluangkan waktu satu kali dalam seminggu untuk memancing sambil menikmati perubahan warna langit di pantai-pantai Balikpapan.
Baginya, memancing dan melihat senja adalah terapi diri. Memancing melatihnya untuk tenang dan bersabar menunggu ikan melahap umpan. Sembari menunggu, ia melihat rupa langit, laut, dan awan yang tak pernah sama setiap senja datang.
”Memancing sambil melihat sunset selalu bikin saya tenang. Sekarang, meski langitnya tidak terlalu merah, tetap asyik,” katanya di salah satu sudut Pantai Melawai. Ia menunjuk ke laut lepas. Matahari sudah tertutup awan sebelum benar-benar terbenam. Hal itu membuat rona kemerahan tak tampak banyak. Namun, gradasi warna antara langit dan laut tetap menarik matanya.
Memancing sambil melihat sunset selalu bikin saya tenang. Sekarang, meski langitnya tidak terlalu merah, tetap asyik.
Sesekali kapal laut atau perahu boat melintas saat Sutarji memancing. Warna kapal-kapal itu tak tampak karena membentuk siluet dengan cahaya kemerahan menjadi latar belakangnya. Kapal barang dan kapal penumpang sangat mudah ditemui di pantai ini sebab hanya terletak sekitar 800 meter dari Pelabuhan Semayang, Balikpapan.
Tepi laut
Balikpapan dikenal sebagai kota jasa. Banyak penginapan dibangun di kota ini, mulai dari guest house sampai hotel bintang lima. Beberapa penginapan dibangun tak jauh dari pantai, hanya sekitar 200 meter dari pantai. Para pengunjung bisa melihat laut beserta aneka rupa senja dari balik jendela kamar. Beberapa pusat perbelanjaan juga didesain terbuka di bagian belakang mengarah ke laut.
Pulau Kalimantan relatif aman dari bencana gempa dibandingkan dengan pulau besar lain. Para penyedia jasa memanfaatkan kondisi ini untuk membangun penginapan tak jauh dari pantai. Balikpapan sebagai pintu masuk perdagangan Kalimantan Timur kerap menjadi tempat singgah pelaku bisnis sebelum beranjak ke kota atau kabupaten lain di Kalimantan Timur. Laut dan senja menjadi nilai lebih bagi penginapan yang berbatasan langsung dengan pantai.
Hal itu menunjukkan bahwa senja, sama seperti di tempat lain, menjadi anugerah gratis yang bisa dikapitalisasi sedemikian rupa tanpa merusak senja itu sendiri. Selain itu, senja bisa dimiliki siapa saja tanpa harus diperebutkan.
Berbagai kelebihan dan keajaiban senja itu yang mungkin membuat sastrawan Seno Gumira Ajidarma tertarik dengan senja dan merasa tak pernah kehabisan akal menuliskannya. Berbagai cerpen pernah ia tulis berkaitan dengan senja, salah satu yang terkenal adalah Sepotong Senja untuk Pacarku. Tak hanya itu, ia juga menulis roman Negeri Senja yang berlatar di sebuah negeri yang mengalami senja amat panjang karena matahari tak kunjung terbenam.
Di Pantai Melawai, seorang pedagang tidak pernah juga merasa kehabisan cerita ketika senja datang. Martini (45), pedagang es kelapa, punya banyak kisah saat berdagang sore hari. ”Ada pasangan yang berkelahi di tepi pantai, ada yang mancing setiap sore, ada juga sengaja menyendiri. Macam-macam dan lucu-lucu,” katanya terkekeh.