Kapal-kapal perang dari India, Australia, Jepang, dan negara lain berlabuh di Qingdao, China, untuk turut serta berparade. Mereka menyambut undangan Angkatan Bersenjata China.
QINGDAO, MINGGU Sejumlah kapal perang dari beberapa negara, seperti India dan Australia, Minggu (21/4/2019), tiba di Pelabuhan Qingdao, China bagian timur. Kapal-kapal tersebut akan mengikuti parade angkatan laut yang menandai 70 tahun berdirinya Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China atau PLA.
Kehadiran sejumlah kapal perang dari beberapa negara itu menjadi indikator yang baik di tengah munculnya aneka kecurigaan atas kebangkitan China di kawasan dan ketegangan yang mengiringinya. Puncak acara akan digelar pada Selasa mendatang, di mana Angkatan Laut China akan memamerkan sejumlah kapal perang baru, termasuk kapal selam nuklir dan kapal perusak.
Setidaknya—dari sumber- sumber diplomatik—ada 13 negara yang akan turut ambil bagian dalam parade kapal perang tersebut. Angkatan bersenjata China yang menjadi tuan rumah disebutkan menyambut mereka dengan baik.
Hadir
Sebagaimana disebutkan di atas, yang unik dari parade kali ini adalah hadirnya sejumlah negara yang bersengketa dengan China. Salah satunya India. Sebagai catatan, India memiliki sengketa perbatasan darat dengan China dan tidak nyaman dengan dukungan China pada Pakistan yang adalah pesaing regional bagi India.
Namun, tampaknya, uluran persahabatan dari China yang mengundang India untuk hadir dalam parade memperingati 70 tahun Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China tidak bisa ditampik. India dalam kesempatan kali ini mengirim kapal perusak berpeluru kendali, INS Kolkata, dan sebuah kapal logistik.
”Kami membawa kepada Anda salah satu kapal terbaik yang telah kami buat. Ini adalah kebanggaan bangsa serta angkatan laut India, dan kami sangat senang berada di sini,” kata Kapten Aditya Hara kepada wartawan di dermaga setelah INS Kolkata merapat di Pelabuhan Qingdao.
Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters, ”Kolkata” telah berlayar melalui Selat Taiwan untuk sampai ke Qingdao, jalur sensitif yang memisahkan China dengan Taiwan.
”Kami menuju rute langsung dan kami sangat senang bahwa kami difasilitasi oleh Angkatan Laut PLA dan mereka memastikan bahwa kami memiliki jalur yang aman ke Qingdao,” kata Hara ketika ditanya apakah mereka telah berlayar melalui Selat Taiwan.
Salah satu sekutu dekat Amerika Serikat di kawasan, Australia, juga hadir dalam parade tersebut. Canberra mengirim fregat berpeluru kendali, HMAS Melbourne, ke Qingdao. Kehadiran fregat tersebut juga menjadi indikator positif karena relasi China dan Australia dalam beberapa waktu terakhir agak menghangat.
China dan Australia telah berdebat tentang kecurigaan Australia terhadap campur tangan China dalam politik negara itu dan larangan Australia terhadap Huawei Technologies Co Ltd untuk memasok peralatan bagi jaringan broadband 5G di Australia yang sebelumnya telah direncanakan.
Selain Australia dan India, Jepang juga turut mengirim kapal perusaknya ke Qingdao. Menurut media Jepang, kunjungan itu adalah kunjungan pertama Angkatan Laut Jepang ke China sejak 2011.
Hubungan antara China dan Jepang, negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia, telah terganggu oleh perselisihan teritorial yang telah berlangsung lama tentang sekelompok pulau di Laut China Timur. Relasi antara Beijing dan Tokyo juga diwarnai kecurigaan terkait kebijakan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengubah konstitusi pasifis Jepang.
Namun, kedua negara telah berupaya memperbaiki relasi itu. Salah satunya ditandai dengan kunjungan Abe ke Beijing pada Oktober 2018. Dalam kesempatan itu, kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral, termasuk dalam bidang ekonomi.
Negara-negara lain yang turut ambil bagian dalam parade itu antara lain Rusia, mitra dekat China, serta tiga negara yang terlibat dalam sengketa wilayah dengan China di Laut China Selatan, yaitu Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Uniknya, mitra dekat China di Asia Selatan, yaitu Pakistan, tidak turut ambil bagian dalam parade itu. (Reuters/JOS)