Potensi Indonesia pada cabang angkat besi dibuktikan lagi dengan prestasi lifter putri Windy Cantika. Perlu pembinaan terfokus pada cabang-cabang prioritas.
Cantika muncul sebagai harapan baru angkat besi Indonesia ketika mampu memecahkan tiga rekor dunia remaja kelas 49 kilogram (kg) pada Kejuaraan Asia Angkat Besi di Ningbo, China, Minggu (21/4/2019). Baru berusia 16 tahun, Cantika harus bersaing dengan lawan-lawan tangguh senior serta lebih berpengalaman. Ia menjadi lifter termuda di kelasnya.
Cantika memecahkan rekor untuk angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg, dan angkatan total 177 kg. Angkatan Cantika melewati standar angkatan yang ditetapkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), yaitu snatch 77 kg, clean and jerk 96 kg, dan total 172 kg.
Meskipun memecahkan rekor dunia remaja, Cantika hanya menempati posisi ketujuh di Kejuaraan Asia. Lifter China Huo Zhihui di peringkat teratas dengan total angkatan 208 kg (snatch 92 kg, clean and jerk 116 kg). Posisi kedua dan ketiga milik Ri Song Gum (Korea Utara) dan Zhang Rong (China).
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja memproyeksikan Cantika sebagai penerus Sri Wahyuni Agustiani, peraih medali perak Olimpiade 2016 dan Asian Games 2018. Dirdja berharap, dalam empat tahun pembinaan, Cantika bisa melanjutkan tradisi medali di Asian Games.
Prestasi Cantika menjadi bukti kesekian kali bahwa angkat besi termasuk cabang andalan Indonesia. Di cabang ini, dari waktu ke waktu selalu lahir lifter-lifter andalan, putra maupun putri, yang berprestasi di panggung Asia dan dunia.
Di bagian putra, kita mengenal Eko Yuli Irawan dan Triyatno sebagai peraih medali di Olimpiade. Adapun di bagian putri, ada Lisa Rumbewas, Winarni, Sri Indriyani, dan Sri Wahyuni Agustiani di jajaran peraih medali Olimpiade.
Sejak Olimpiade Sydney 2000, angkat besi tidak pernah absen menyumbang medali bagi ”Merah Putih”. Di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia masih berharap pada Eko Yuli, yang penasaran karena belum meraih medali emas Olimpiade. Dengan pencapaian itu, angkat besi menjadi salah satu dari hanya tiga cabang penyumbang medali Olimpiade. Selain angkat besi, dua lainnya adalah panahan dan bulu tangkis, yang selama ini menjadi andalan merebut medali emas.
Jika pembinaan olahraga Indonesia akan difokuskan ke cabang-cabang potensial peraih medali, baik di level Asia maupun dunia, maka angkat besi salah satunya.
PB PABBSI sebagai induk olahraga angkat besi sudah berusaha memoles bibit-bibit lifter potensial, serta menggelar kejuaraan-kejuaraan domestik untuk mematangkan atlet. Beruntung, di cabang ini ada tokoh semacam Imron Rosadi, yang gila angkat besi dan getol mencetak bibit-bibit lifter.
Namun, di atas semua itu, perlu kejelasan strategi pembinaan olahraga nasional. Termasuk, penentuan cabang apa saja yang menjadi prioritas pembinaan karena terbukti tak pernah kekeringan bibit, dan konsisten menjadi penyumbang medali di level Asia dan dunia.