JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memperluas sektor bisnis ke bidang usaha manajemen investasi. Bank BTN membeli 30 persen saham anak usaha PT Permodalan Nasional Madani (Persero), yakni PT Permodalan Nasional Madani Investment Management atau PNMIM, senilai Rp 114,3 miliar.
”(Pembelian saham) kami tingkatkan secara bertahap, dari 30 persen menjadi mayoritas, yakni 60 persen pada tahun depan,” kata Direktur Utama Bank BTN Maryono di acara penandatanganan Perjanjian Bersyarat Pembelian Saham PNMIM antara Bank BTN dan PNM di Jakarta, Senin (22/4/2019).
Pembelian saham itu merupakan bagian dari rencana bisnis Bank BTN periode 2019-2021 untuk memiliki anak usaha di bidang manajemen investasi sekaligus wujud sinergi antar-BUMN. Pembelian saham PNMIM segera disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan transaksi tersebut diharapkan tuntas pada Juni 2019.
PNMIM diyakini mendukung bisnis utama Bank BTN di bidang pembiayaan perumahan. Saat ini, angka kekurangan (backlog) rumah di Indonesia masih tinggi, yakni 11 juta unit. Pemerintah telah menggulirkan program 1 juta rumah dalam 4,5 tahun terakhir dan akan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
Bidik Tapera
Maryono menambahkan, anak usaha di bidang manajemen investasi akan mendorong perseroan lebih leluasa menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang. Dengan demikian, BTN dapat menyediakan skema pembiayaan perumahan yang lebih luas dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Ia mencontohkan, pembentukan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) oleh pemerintah dengan dana kelolaan Rp 114 triliun mendorong BTN untuk siap mengelola dana lebih optimal melalui manajemen investasi. BTN membidik pengelolaan dana Tapera hingga Rp 50 triliun yang bisa membiayai 3 juta rumah.
Perusahaan manajemen investasi baru itu juga ditargetkan meningkatkan pendapatan nonbunga (fee-based income) perseroan. Bank BTN berencana menjual berbagai produk investasi, di antaranya reksa dana, reksa dana penyertaan terbatas (RDPT), kontrak pengelolaan dana (KPD), efek beragun aset (EBA), dan dana investasi real estat (DIRE).
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengemukakan, kerja sama dengan BTN dalam mengelola manajemen investasi sejalan dengan perubahan ekonomi, tuntutan pasar, serta permintaan pemangku kepentingan, yakni pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Sejauh ini, manajemen investasi berperan dalam pengumpulan dana untuk program PNM.
”Kondisi terus berkembang, pembentukan perusahaan induk dan sinergi BUMN semakin cair. Kami akan melihat perkembangan, bisa saja suatu saat nanti kami tidak perlu lagi memiliki manajemen investasi, tetapi memanfaatkan manajemen investasi di lingkungan BUMN,” katanya.
Pada triwulan I-2019, PNM menyalurkan pembiayaan hampir Rp 3 triliun, melalui unit layanan modal mikro (ULaMM) sekitar Rp 900 miliar dan program membina ekonomi keluarga sejahtera (Mekaar) sekitar Rp 2 triliun.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menyampaikan, pemerintah mendorong optimalisasi anak usaha yang terkait dengan bisnis inti perusahaan. Selama ini, banyak program BTN yang memerlukan manajemen investasi, tetapi belum ada perangkatnya. (LKT)