Langkah mitigasi bencana mendesak untuk disiapkan sebelum Bandara Internasional Yogyakarta resmi dioperasikan, mengingat keberadaannya di lokasi rawan bencana.
WATES, KOMPAS Penanaman sabuk hijau harus segera dilakukan sebagai langkah mitigasi bencana bagi Bandara Internasional Yogyakarta, di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu penting mengingat bandara baru yang direncanakan beroperasi akhir April ini berada di lokasi rawan bencana.
Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Widjo Kongko, mengatakan, berdasarkan hasil penelitian sejumlah ilmuwan, potensi bencana yang mengancam bandara tersebut adalah gempa bumi. Kekuatannya bisa mencapai magnitudo (M) 8,8 serta diikuti tsunami.
Jika itu terjadi, dikhawatirkan, landas pacu bandara yang hanya berjarak sekitar 400 meter dari bibir pantai serta gedung terminal penumpang bisa terkena tsunami. ”Kalau (bandara) akan segera dioperasikan, sabuk hijau harus segera dibuat,” kata Widjo saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (22/4/2019).
Sabuk hijau itu berupa tumbuhan yang ditanam membentang di sebelah selatan bandara. Fungsi dari sabuk hijau meredam terjangan tsunami sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan.
Menurut rencana, tumbuhan yang akan ditanam adalah cemara udang. Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan, panjang sabuk hijau itu nantinya hampir 5 km. Sementara itu, lebarnya berkisar 200-400 meter.
Terkendala tambak
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo, Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo merupakan pihak yang ditugasi membangun penghalang tsunami (tsunami barrier). Selain itu, kedua pihak juga diwajibkan membuat sistem peringatan dini tsunami sebagai langkah mitigasi.
Menurut Hasto, saat ini penanaman cemara udang untuk sabuk hijau belum dilakukan karena masih terdapat tambak ikan milik masyarakat di area penanaman. ”Itu bagian yang harus dikondisikan. Warga sudah diberikan penjelasan dan beberapa sudah bisa menerima. Kami terus berkomunikasi bagaimana baiknya agar sabuk hijau menjadi sesuatu yang bisa diterima warga,” ujarnya.
Juru Bicara Proyek Pembangunan New Yogyakarta International Airport PT Angkasa Pura I Agus Pandu Purnama menyampaikan, pihaknya siap memberikan bantuan bibit pohon dan perataan lahan untuk penanaman. ”Pada prinsipnya, kami akan support karena ini program pemerintah daerah untuk mengadakan sabuk hijau. Upaya mitigasi di wilayah kami siap kami dukung,” katanya.
Siap beroperasi
Pandu menjelaskan, progres pembangunan bandara untuk bagian airside sudah 100 persen, sedangkan pembangunan secara total mencapai 50 persen. Bangunan terminal telah rampung 12.900 meter persegi dari rencana 210.000 meter persegi. Pembangunan ditargetkan selesai seluruhnya akhir tahun 2019.
Pandu mengatakan, pihaknya juga optimistis bandara tersebut bisa beroperasi di akhir April ini, mengingat sertifikat bandara telah ditandatangani. Catatan atas verifikasi bandara dari Kementerian Perhubungan juga hanya meminta melengkapi garis marka dan penerangan di landasan pacu. Permintaan itu pun sudah dipenuhi.
Sementara itu, Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia atau INACA (Indonesia Nation Air Carrier Association) melihat bahwa pasir dan debu di sekitar landasan berpotensi membahayakan penerbangan jika tidak ada penanganan rutin dan baik. Wakil Ketua INACA Toto Soebandoro, seperti dikutip Kompas.com, mengatakan, pihaknya akan merekomendasikan hal itu segera ditangani.
Secara terpisah, Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia telah menyiapkan prosedur pengaturan lalu lintas penerbangan di ruang udara Yogyakarta guna mendukung beroperasinya bandara baru. Hal itu ditegaskan Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto, di Jakarta, kemarin. (NCA/ARN)