Banyak yang mengatakan, hasil Pemilu Ukraina cenderung absurd. Namun, apa boleh buat, rakyat lebih percaya memilih komedian sebagai presiden.
Awalnya, banyak yang menganggap pencalonan Volodymyr Zelenskiy (41) sebagai presiden dalam Pemilu Ukraina sekadar kelakar politik. Maklum, sang komedian memang dikenal oleh warga Ukraina sebagai aktor yang memerankan sosok presiden dalam sebuah serial televisi yang populer di negara itu.
Nyatanya, rakyat Ukraina betul-betul serius memilih Zelenskiy. Pada pemilu presiden, akhir pekan lalu, Zelenskiy menang telak atas petahana Presiden Petro Poroshenko dengan perolehan suara di atas 70 persen.
Hari-hari selanjutnya bukan lagi lelucon. Zelenskiy yang sama sekali tidak memiliki pengalaman politik kini harus memimpin sekitar 45 juta rakyat Ukraina yang selama lima tahun terakhir dilanda krisis ekonomi dan politik.
Apakah dia siap? Tak ada yang tahu. Sebab, selama periode kampanye, Zelenskiy lebih banyak mengandalkan media sosial, sedangkan pesan yang disampaikannya pun lebih banyak berisi kelakar. Jika petahana Poroshenko memanfaatkan mimbar kampanye dengan pidato yang membakar nasionalisme, Zelenskiy justru lebih memilih kampanyenya diisi dengan pertunjukan komedi.
Para pengamat memperkirakan hasil pemilu itu mencerminkan ”hukuman” rakyat terhadap kinerja Poroshenko yang selama lima tahun pemerintahannya gagal mewujudkan janjinya, terutama memberantas praktik korupsi di pemerintahan dan menuntaskan konflik separatis di wilayah Donbass, sebelah timur Ukraina.
Terpilihnya Poroshenko merupakan buah gerakan reformasi rakyat Ukraina yang disebut ”Revolusi Jingga” pada akhir 2004. Demonstrasi besar-besaran yang berlangsung selama beberapa bulan itu menumbangkan Victor Yanukovych yang dianggap sebagai ”boneka” Rusia dan menempatkan Victor Yuschenko sebagai presiden.
Namun, Yanukovych kembali terpilih sebagai presiden pada 2010, mengandaskan perjuangan reformasi rakyat Ukraina. Poroshenko yang terpilih pada 2014 berjanji akan memperbaiki sistem yang tidak mampu dilakukan pendahulunya. Apa daya, pada tahun yang sama, Rusia menganeksasi Crimea, membuat tekanan politik yang besar pada Poroshenko.
Poroshenko juga gagal memberantas praktik korupsi, bahkan pemerintahannya dikenai tuduhan kolusi dengan para pebisnis besar. Perekonomian Ukraina juga tetap stagnan dan negara itu sampai kini tetap menjadi salah satu negara termiskin di Eropa.
Alhasil, rakyat Ukraina tampaknya sudah tidak percaya lagi kepada sosok politisi, yang selama ini dikenal hanya mengobral janji. Mereka lebih memilih komedian yang tidak memiliki pengalaman politik.
Siapa tahu, sang komedian mampu mengembalikan kegembiraan hidup warga Ukraina.