Laporan Kompas (25/4/2019) mengingatkan kemungkinan pertumbuhan ritel selama Ramadhan tahun ini tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya.
Penyebabnya, masyarakat menahan diri berbelanja karena mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global dan sebagian konsumen lebih memilih belanja secara daring. Survei Konsumen BI menunjukkan masih meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebulan menjelang Ramadhan. Namun, dari beberapa survei konsumen BI tahun ini, kita menangkap ada kekhawatiran di kalangan konsumen akan prospek pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja.
Gambaran di atas sedikit banyak menunjukkan bagaimana ekspektasi dan kekhawatiran masyarakat akan prospek ekonomi global dan ekonomi domestik mulai berpengaruh ke perilaku konsumsi mereka. Tampaknya kondisi ini tidak hanya berlangsung selama Ramadhan, tetapi juga beberapa bulan ke depan. Secara umum, tren IKK yang terus melandai sejak awal tahun menjadi gambaran menurunnya optimisme konsumen. Kekhawatiran terhadap kemungkinan menurunnya penghasilan dan berkurangnya lapangan kerja membuat mereka cenderung menahan diri untuk berbelanja.
Antisipasi terhadap kondisi yang tidak mudah ke depan juga ditunjukkan oleh meningkatnya alokasi dana yang ditabung untuk berjaga-jaga. Dalam skala makro, perilaku konsumen seperti ini akan berdampak pada konsumsi domestik dan kemudian juga pertumbuhan ekonomi nasional.
Peringatan akan ketidakpastian ekonomi global memang sudah beberapa kali dilontarkan oleh sejumlah lembaga dunia, termasuk soal kemungkinan terjadinya resesi ekonomi di AS yang dipastikan akan berdampak pada ekonomi Indonesia.
Adapun IMF sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 menjadi 3,3 persen. Ini lebih rendah daripada pertumbuhan 2018 yang 3,7 persen dan proyeksi Oktober 2018. Revisi pertumbuhan ini didasari ketidakpastian dan risiko akibat perang dagang dan faktor lain.
Dari sisi daya beli masyarakat, BI melihat masih relatif terjaga. Salah satu indikatornya, inflasi inti sebagai cerminan konsumsi domestik yang masih tinggi, meski terjadi deflasi pada Februari. Namun, kita juga melihat, relatif terjaganya daya beli masyarakat pada kuartal I sedikit banyak karena adanya stimulus fiskal pemerintah untuk mendongkak daya beli.
Menjaga daya beli masyarakat di tengah berbagai tekanan ke depan menjadi penting di sini untuk kestabilan ekonomi. Kondisi inilah yang harus dijawab pemerintah, baik dalam bentuk kebijakan antisipasi menghadapi ketidakpastian global dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional maupun menjaga daya beli masyarakat, termasuk lewat berbagai stimulus dan program penciptaan lapangan kerja.
Dari kalangan pelaku sektor ritel, kondisi Ramadhan dan 2019 secara umum adalah tantangan yang harus diantisipasi, termasuk lewat inovasi dan sikap lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen. Dua tahun terakhir, peritel mengeluhkan melesunya kinerja penjualan. Industri ritel cenderung jalan di tempat. Beberapa peritel besar gulung tikar akibat pergeseran tren belanja kedaring, ketatnya persaingan, dan kegagalan berinovasi. Pertumbuhan pesat kelas menengah bisa jadi indikasi masih besarnya potensi ritel di Indonesia.