Apakah seseorang yang menjadi ronggeng itu karena takdir atau pilihan hidup? Itulah yang antara lain menantang penyanyi Trie Utami (48) memerankan tokoh Srintil dalam pentas monolog Srintil Tembang Duka Seorang Ronggeng.
Monolog akan digelar pada 27-28 April 2019 di Teater Salihara, Jakarta. Naskah yang ditulis penyair Sitok Srengenge ini merupakan adaptasi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Srintil, kata Trie Utami, Rabu (24/4), memperlihatkan kompleksitas seorang perempuan yang lahir di tengah-tengah kultur patriarki. ”Waktu kecil dia mungkin ditakdirkan menjadi penari ronggeng, tetapi setelah remaja dan kemudian dewasa, dia bisa memilih menjadi seseorang,” kata Iie, panggilan akrab Trie Utami.
Karena itu, tambahnya, menjadi ronggeng pada tahun 1960-an adalah penggambaran martabat atau status seseorang di Desa Dukuh Paruk.
Pemahaman pada karakter Srintil inilah yang juga menantang Iie mengerahkan segenap kemampuan bernyanyi, menari, dan berakting di atas panggung. ”Dan, dilema seperti yang dialami Srintil masih terjadi di masa sekarang, lho, termasuk di kota,” kata Iie.
Dilema itu terutama bagaimana perempuan harus bersikap di tengah-tengah kultur patriarki yang masih kental sampai sekarang. ”Jadi masih relevan,” ucap vokalis band Krakatau ini.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.