LONDON, SENIN - Dua tim yang dihuni para pemain muda, Tottenham Hotspur dan Ajax Amsterdam, sama-sama tidak menyangka bisa melangkah jauh di ajang Liga Champions musim ini. Keduanya menjelma sebagai kuda hitam yang menyingkirkan tim raksasa dan akan berduel pada laga pertama semifinal di Stadion Tottenham Hotspur, Rabu (1/5/2019) pukul 02.00 WIB.
Kedua tim menjalani musim yang luar biasa untuk mencapai semifinal. Spurs menyingkirkan Borussia Dortmund dan Manchester City. Adapun Ajax menyingkirkan juara bertahan Real Madrid dan tim terkuat Italia, Juventus. Laga pertama ini akan menentukan siapa kuda hitam sejati.
Babak semifinal adalah arena yang sangat asing bagi Spurs, yang terakhir kali mencapainya 57 tahun lalu. Bagi pelatih Spurs, Mauricio Pochettino, ini juga pengalaman pertama dalam kariernya. Adapun Ajax relatif lebih berpengalaman karena sudah delapan kali tampil di babak semifinal, terakhir pada tahun 1997. Baik Spurs maupun Ajax sudah menunggu cukup lama.
Bagi Spurs, laga ini menjadi lebih istimewa karena akan berlangsung di stadion baru mereka. “Laga ini akan menjadi malam penuh keajaiban. Tidak seorang pun yang menyangka kami akan tampil di semifinal di stadion yang baru,” ujar Pochettino seperti dikutip laman UEFA.
Tidak hanya stadion baru yang mampu memompa kepercayaan diri tim “Lili Putih”. Kekompakan dan kerja sama mereka selama ini sebagai sebuah tim yang utuh dinilai Pochettino sebagai modal terbesar Spurs saat ini.
Beda persiapan
Masalah besar bagi Spurs adalah mereka tidak sesiap Ajax menghadapi laga pertama ini. Spurs bertarung mati-matian mempertahankan posisi empat besar Liga Inggris pada akhir pekan lalu, sedangkan Ajax bisa beristirahat setelah Asosiasi Sepakbola Belanda (KNVB) mengosongkan jadwal mereka di Liga Belanda.
Kebijakan ini adalah dukungan penuh KNVB agar Ajax bisa mencatat sejarah baru di Liga Champions. Sebagai klub yang hidup di sebuah liga yang kurang komersial, Ajax hanya bisa mengandalkan pembinaan bibit muda untuk menancapkan taringnya di Eropa. Mereka bisa memetik buah pembinaan itu musim ini, dan KNVB tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.
Dengan kebijakan itu, Ajax bisa beristirahat karena jadwal melawan De Graafschap, Minggu (28/4), ditunda. Namun, keuntungan yang dimiliki Ajax itu membuat kesal Pochettino. “Saya rasa ini sangat tidak adil. Mereka punya waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri dan mencegah risiko cedera pada pemain,” ujar Pochettino.
Berbeda dengan Ajax, Spurs dalam sepekan terakhir berlaga dua kali di Liga Inggris. Pochettino harus mempertahankan standar permainan terbaiknya sekaligus menjaga para pemain kuncinya tidak kelelahan dan akhirnya cedera. Masalahnya, skuad Spurs tidak memiliki kedalaman.
Akibatnya, para pemain rentan cedera. Spus sudah kehilangan Harry Kane, Harry Wink, dan Serge Aurier yang cedera. Beberapa pemain seperti Moussa Sissoko, Jan Vertonghen, dan Erik Lamela, mengikuti latihan tetapi kondisi mereka diragukan. Kondisi ini diperparah dengan absennya Son Heung-min karena pemain asal Korea Selatan itu terkena sanksi akumulasi kartu kuning.
Absennya Son adalah kehilangan besar karena dia diandalkan untuk mengganti peran Kane sebagai mesin gol. “Tentu kami akan merindukan Son, tetapi kami masih punya pemain lainnya yang bisa tampil bagus,” ujar gelandang Spurs Lucas Moura.
Spurs dalam masalah besar karena Ajax tidak memiliki rasa takut sama sekali. “Setelah mengalahkan Juventus dan Real Madrid, tidak ada alasan lagi untuk takut,” ujar kiper Ajax Andre Onana.
Mantan pelatih Spurs maupun Ajax, Martin Jol, mengatakan Spurs akan menghadapi mentalitas pemain Ajax yang sangat kuat. “Ajax seperti tim nasional Belanda pada 25 tahun lalu. Ketika menghadapi tim-tim besar, mereka bisa tampil bagus karena mereka cuek. Ini akan jadi laga yang menarik,” ujar Jol seperti dilansir laman The Guardian. (AFP/REUTERS)