CLS Knights Indonesia memenuhi sumpah merebut kemenangan laga keempat final ASEAN Basketball League dengan skor 87-74 atas Singapore Slingers, Sabtu (11/5/2019) malam, di Gedung Olahraga Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – CLS Knights Indonesia memenuhi sumpah merebut kemenangan laga keempat final ASEAN Basketball League dengan skor 87-74 atas Singapore Slingers, Sabtu (11/5/2019) malam, di Gedung Olahraga Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur.
Kemenangan itu membuat skor sementara kedua tim menjadi imbang 2-2. Oleh sebab itu, juara kompetisi bola basket Asia Tenggara musim 2018/2019 ini harus ditentukan di laga kelima sekaligus pamungkas, Rabu (15/5) di OCBC Arena, Singapura.
Pertandingan pertama final berlangsung di OCBC Arena, Jumat (3/5) yang berakhir dengan keunggulan Knights 67-86 atas tuan rumah Slingers. Namun, dua hari kemudian, Slingers membalas kekalahan dengan kemenangan 77-57 dari tim tamu Knights. Bahkan, Slingers melanjutkan tren positif dengan mempermalukan “Kesatria”, julukan Knights dengan merebut kemenangan di laga ketiga melalui skor tipis 63-60, Rabu (8/5), di Surabaya.
Kekalahan di laga ketiga itu membangkitkan amarah tim asuhan Brian Rowsom yang berambisi menjadi juara di tahun kedua keikutsertaan di ABL. Peluang menjadi juara lepas di laga ketiga memaksa Knights melancarkan “perang” di pertandingan keempat yang kemudian sukses diwujudkan.
Di hadapan 4.000 penonton yang menyesaki arena Kertajaya itu, Knights sebenarnya memulai laga dengan buruk. Mereka tertinggal 0-8 dalam dua menit dari sepuluh menit waktu kuarter pertama. Namun, seperti mesin diesel yang terlambat panas, Knights bangkit bahkan menggila. Wei Long Wong dan kawan-kawan tampil beringas dengan permainan cepat menekan dan menutup kuarter itu dengan keunggulan tipis 21-18.
Para “Kesatria” Cahaya Lestari Surabaya (CLS) itu kembali mendominasi di kuarter kedua yang berakhir dengan skor 46-34. Mereka tidak terkejar bahkan di kuarter ketiga yang berakhir dengan skor 70-54. Knights agak mengendurkan serangan di kuarter penentuan tetapi margin keunggulan gagal dikejar oleh Slingers yang harus menerima kekalahan dengan skor akhir 87-74.
Darryl Watkins, center Knights, tampil gemilang dengan kontribusi perolehan ganda yakni 28 poin dan 11 rebound serta 5 assist. Menara Kesatria lainnya, Maxie Esho menyumbang 20 poin, 6 rebound, dan 2 assist. Kredit positif patut diberikan kepada guard Brandon Jawato yang menyumbang 17 poin dimana 15 poin di antaranya dari tembakan tiga angka (sukses 5 dari 8 percobaan).
Knights juga memperbaiki persentase tembakan bebas. Di laga ketiga, mereka kehilangan 24 poin karena eksekusi buruk tembakan bebas. Namun, strategi latihan yang ditekankan Rowsom dengan mengasah tembakan perimeter dari berbagai sudut lapangan cespleng di laga keempat. Persentase keberhasilan tembakan bebas menjadi 69 persen yakni 18 kali sukses dari 26 percobaan.
Secara umum, sepanjang laga, malam itu menjadi panggung pembuktian Knights. Mereka unggul di 12 dari 15 paramater statistik pertandingan atas Slingers. Tim tamu hanya unggul dalam persentase tembakan dua angka, second chance points, dan bench points.
Adapun salah satu faktor kekalahan Slingers ialah penampilan center John Fields yang tak segarang sebelumnya. Meski mencetak perolehan ganda dengan 11 poin dan 10 rebound tetapi kontribusinya tak sebesar di laga ketiga yang dominan. Slingers patut berterima kasih terhadap duet forward yakni Xavier Alexander (25 poin, 7 rebound, 5 assist) dan Jerran Young (13 poin, 4 rebound, 2 assist).
Dalam jumpa pers seusai laga, Rowsom mengatakan, strategi yang diterapkan dalam latihan berjalan dengan amat baik di pertandingan. Dukungan dari penonton juga menambah ledakan energi para “Kesatria” yang seolah prajurit tak gentar maju ke pertempuran. “Kami cukup yakin dengan laga terakhir meski harus tandang,” katanya.
Kemenangan itu menunjukkan kemampuan Knights yang mengejutkan di musim ini. Mereka mampu membalik keadaan di saat-saat sulit. Mereka akan kembali menghadapi misi sulit menjalani laga tandang yang pamungkas pekan depan. Knights akan bertaruh kehormatan menjadi pemenang atau pecundang nanti di akhir laga kelima pekan depan di Singapura.
Jika ingin menjadi juara, karakter permainan fastbreak seperti di laga pertama dan keempat harus kembali diperlihatkan. Fastbreak yang ibarat strategi Nazi blietzkrieg dalam Perang Dunia II merupakan taktik umum dalam bola basker tetapi sulit diterapkan secara kontinyu. Taktik ini jelas membuat tim lawan kedodoran dalam bertahan. Mereka tidak sempat membuat formasi pertahanan sehingga kecolongan dua-tiga poin. Masalahnya, fastbreak menuntut kondisi fisik prima sekaligus kecermatan untuk meraih poin. Serangan cepat tetapi gagal menghasilkan poin jelas tidak diinginkan.
“Tim harus finish strong dengan bermain cepat,” kata Rowsom menegaskan kembali pernyataannya sehari sebelumnya seusai latihan. Maksudnya, mencetak poin dengan cepat sekaligus merebut bola dan menahan Slingers tak menambah angka.
Guard Knights Sandy Kurniawan mengatakan, tim akan menjalani laga pamungkas dengan kesiapan penuh dan kepercayaan diri. Pertandingan penentuan tentu akan membawa tekanan dan tegangan yang tinggi ibarat hidup mati. Namun, tim harus percaya bisa dan ternyata mampu seperti merebut kemenangan di laga perdana dan keempat. “Perlu sekali lagi mewujudkan itu,” ujarnya.