Konflik antarwarga Desa Latu dan Desa Hualoy di Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku melebar. Warga Latu berkonflik lagi dengan aparat kepolisian lewat perusakan markas kepolisian setempat dan terlibat saling serang dengan pasukan Brigade Mobil. Seorang warga Latu tewas dan dua warga lainnya terluka. Komnas HAM Maluku menyerukan agar jangan ada lagi pertumpahan darah.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Konflik antarwarga Desa Latu dan Desa Hualoy di Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, melebar. Warga Latu berkonflik lagi dengan aparat kepolisian lewat perusakan markas kepolisian setempat dan terlibat saling serang dengan pasukan Brigade Mobil. Seorang warga Latu tewas dan dua warga lainnya terluka. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Maluku menyerukan agar jangan ada lagi pertumpahan darah.
Konflik yang melebar dengan kepolisian itu menyusul polisi menangkap KP, warga Latu yang diduga terlibat dalam penganiayaan yang menewaskan seorang warga Hualoy pada 4 Mei 2019. Penangkapan terduga pelaku itu terjadi pada Rabu (15/5/2019). Latu dan Hualoy merupakan desa tetangga yang terlibat konflik sejak lama dan masih bersitegang hingga saat ini. Banyak korban jiwa berjatuhan.
”Semua pihak harus menahan diri agar jangan ada lagi bentrokan. Bentrokan akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Ada nyawa yang hilang di sana. Masyarakat harus menumbuhkan dalam dirinya bahwa kedamaian itu harus berasal dari dirinya. Kedamaian untuk masa depan daerah itu. Aparat yang bertugas juga harus bertindak profesional,” kata Ketua Komnas HAM Provinsi Maluku Benediktus Sarkol kepada Kompas di Ambon, Kamis (16/5/2019).
Semua pihak harus menahan diri agar jangan ada lagi bentrokan.
Ia mengatakan, Komnas HAM berencana melakukan investigasi atas konflik antara warga Hualoy dan Latu yang sudah berlangsung lama itu. Namun, rencana itu ditangguhkan sementara menyusul situasi yang kembali memanas setelah peristiwa saling serang dengan aparat itu. Setelah situasi kondusif, Komnas HAM sekaligus menginvestigasi kasus penembakan terhadap warga Latu itu. ”Kami belum bisa pastikan waktunya,” katanya.
Warga duluan menyerang
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat dalam keterangan pers di Ambon, Kamis (16/5/2019), mengatakan, setelah penangkapan terhadap KP, massa dari Latu lantas mengepung Markas Kepolisian Sektor Amalatu yang berada di desa itu. Tidak puas berteriak meminta KP dilepaskan, massa melempari jendela dan pintu kantor sehingga sejumlah kaca pecah. Massa bahkan mengancam akan membakar kantor polisi jika hingga Kamis ini pukul 00.00 KP belum dilepas.
Untuk mengantisipasi ancaman itu, polisi menambah jumlah personel dengan mendatangkan satu peleton Brimob dari Polres Maluku Tengah. Saat memasuki Desa Latu, rombongan itu diserang. Mereka diserang dengan tembakan senjata tajam dan lemparan bom dari depan dan belakang. Dari foto yang ditunjukkan Roem, terlihat beberapa bagian kendaraan aparat bolong tertembus peluru. Kaca jendela mobil pun pecah.
Roem mengatakan, dirinya tidak mengelak bahwa tembakan itu mungkin berasal dari anggota Brimob. ”Tetapi, bisa jadi tembakan mungkin dari mereka sendiri karena anggota kami diserang dari depan dan dari belakang. Kami minta jenazah diotopsi untuk membuktikan jenis peluru yang digunakan. Namun, saat ini kondisinya tidak memungkinkan,” katanya.
Bermaksud menghalau aparat
Muhammad Patty, warga Latu, lewat keterangan tertulis yang diterima Kompas, mengatakan, warga tidak menyerang. Warga hanya menghalau pasukan Birmob itu. ”Ketika terjadi adu mulut bersama warga, tiba-tiba terjadi bunyi tembakan berentet lima kali ke arah warga dalam jarak 15 meter oleh pasukan pada truk kedua. Seketika juga Sulaiman Patty tewas di tempat”, tulis Muhammad.
Sebagai reaksi atas penembakan itu, lanjutnya, warga lalu melempari anggota Brimob dengan batu, kayu, dan tiga buah bom molotov. Ia menilai, anggota Brimob bertindak sangat emosional. Warga meminta agar oknum anggota Brimob yang terlibat dalam penembakan itu harus diproses secara hukum.
Sementara itu, Camat Amalatu Adewia Wakano yang dihubungi secara terpisah mengatakan, pihaknya sedang berupaya mendekati para tokoh di Latu dan Hualoy agar meredakan ketegangan yang sudah berlangsung lama kemudian melebar itu. Sejauh ini, belum ada progres yang berarti.