Hari raya Waisak seharusnya bermuara pada kemuliaan di sini dan saat ini. Tiga peristiwa suci yang dialami Siddharta Gautama mencerminkan kemuliaan itu.
Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari purnama sidi, yakni kelahiran Siddharta Gautama tahun 623 SM, pencerahan sempurna tahun 588 SM, dan wafatnya tahun 543 SM. Ketiga peristiwa suci itu mencerminkan kemuliaan hidup Sang Buddha. Kemuliaan itu bukan harapan atau menunggu nanti, tetapi terjadi ketika Buddha menjalankan misi sucinya.
Di bawah pohon Bodhi, Siddharta Gautama mencapai kesadaran yang kemudian dikenal dengan ajaran maitri karuna atau memikirkan dan membantu manusia lain mewujudkan kebahagiaan. Artinya, kita merasakan kebahagiaan bukan karena banyaknya harta, luasnya kekuasaan, kecantikan, atau ketampanan.
Kebahagiaan justru dirasakan ketika kita ikut serta aktif mewujudkan kebahagiaan manusia lain. Dengan kata lain, kemuliaan hidup terjadi jika perilaku kita dapat membahagiakan diri dan orang lain. Dengan ajaran ini pula, kita diajak memberikan warna dalam dunia yang penuh amarah, perburuan harta, dan ambisi kekuasaan.
Warna lain itulah yang kita harapkan muncul di tengah perayaan hari raya Waisak, yang tahun ini diperingati di tengah penantian sebagian besar anak bangsa akan pengumuman hasil Pemilu 2019, yang awalnya ditandai keterbelahan para pendukung setiap calon.
Kemuliaan Buddha yang akrab dengan anti-kekerasan dan serba damai sangat relevan dengan situasi kita sekarang. Menurut Buddha, teladan adalah dasar kemuliaan. Kalau seorang pemimpin menghendaki orang yang dipimpin mempunyai keterampilan dan kualitas tertentu, pemimpin itu harus merencanakan keteladanan yang memadai. Sikap keteladanan ini pula yang kurang dimiliki para pemimpin kita sehingga hiruk pikuk pasca-pencoblosan tidak segera berhenti, bahkan memunculkan kekhawatiran baru.
Di tengah hiruk pikuk penghitungan suara hasil Pemilu 2019, Tuhan YME seolah memberikan kesempatan kepada bangsa kita untuk merenung, berkontemplasi lewat perayaan Waisak ini. Apakah kita akan menjalani perayaan ini hanya sebagai peringatan tanpa makna ataukah kita mau mengambil hikmah dari perjalanan Buddha mencapai kesempurnaan.
Sebagai sebuah bangsa, kita berharap hiruk pikuk ini segera berakhir tanpa harus menimbulkan sesuatu yang tidak kita inginkan. Kita bisa belajar dari kemuliaan Buddha yang rela berkorban untuk kepentingan dan kebahagiaan orang lain. Hanya dengan semangat berkorban ini kita, sebagai bangsa, akan dapat mengarungi tantangan kehidupan, betapapun besarnya.
Hari raya Waisak bisa menjadi modal bagi bangsa ini untuk terus melangkah dengan penuh kedamaian. Kemuliaan Buddha bisa menjadi pegangan kita semua untuk makin memakmurkan negara dan bangsa kita. Selamat Hari Raya Waisak 2019/2563.