Perdagangan Indonesia-Chile Ditargetkan Naik Dua Kali Lipat
›
Perdagangan Indonesia-Chile...
Iklan
Perdagangan Indonesia-Chile Ditargetkan Naik Dua Kali Lipat
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
SANTIAGO, KOMPAS — Indonesia dan Chile akan mengimplementasikan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif atau IC-CEPA setelah ratifikasi perjanjian itu selesai pada Agustus 2019. Kementerian Perdagangan menargetkan perdagangan kedua negara akan meningkat dua kali lipat.
Indonesia juga akan berupaya mempertahankan surplus perdagangan atas Chile. Selain itu, kendati IC-CEPA belum mencakup perjanjian investasi, Indonesia tetap membuka peluang investasi dari Chile.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan hal itu di sela-sela Forum Bisnis Indonesia-Chile di Santiago, Chile, Kamis (16/5/2019). Hadir dalam forum itu adalah Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo, dan Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Indonesia untuk Chile Amin M Wicaksono.
Enggartiasto mengatakan, nilai perdagangan Indonesia-Chile masih kecil, yaitu 274,1 juta dollar AS pada 2018. Dalam dua tahun ke depan, nilai perdagangan itu diharapkan dapat meningkat dua kali lipat setelah IC-CEPA diimplementasikan.
Untuk saat ini, neraca perdagangan Indonesia masih surplus dari Chile, yaitu 43,87 juta dollar AS. Kendati implementasi IC-CEPA berjalan, Indonesia tetap akan mempertahankan surplus neraca perdagangan itu.
”Saya optimistis ekspor Indonesia ke Chile meningkat dua kali lipat. Bagi Indonesia, Chile merupakan pintu masuk ke negara-negara di kawasan Amerika Selatan,” katanya.
Menurut Enggartiasto, beberapa komoditas yang diekpor ke Chile akan meningkat karena bebas bea masuk. Salah satunya kertas yang pada April tahun ini sudah ada permintaan yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan ekspor kertas sebesar 50 persen.
Tidak hanya itu, Indonesia juga bisa meningkatkan ekspor furnitur dan produk-produk turunan minyak kelapa sawit mentah (CPO), seperti biodiesel. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk olahan bernilai tambah.
Direktur Pemasaran Charta Global Anthony Atamini mengemukakan, dengan IC-CEPA, bea masuk kertas ke Chile yang semula 6 persen kini menjadi nol persen. Hal itu membuat ekpsor kertas meningkat sebesar 50 persen dan membuat produk Indonesia memiliki daya saing produk Eropa dan China.
Ke depan, ekspor kertas ke Chile berpotensi meningkat menjadi 200 persen. Dengan masuk ke Chile, eksportir kertas bisa merambah juga negara-negara Amerika Latin yang lain dan juga Meksiko.
”Untuk masuk ke negara-negara Amerika Latin sebenarnya relatif mudah. Biaya logistik juga bisa diatasi dengan mengirimkan kertas ke Chile berbarengan dengan ekspor kertas ke AS,” katanya.
Dalam Forum Bisnis, Kemendag mempertemukan pelaku bisnis Indonesia dengan Chile. Para pelaku bisnis dari Indonesia bergerak di sektor minyak sawit mentah, kertas, dan furnitur.
Indonesia juga mendapatkan investasi dari perusahaan pengolahan rumput laut menjadi tepung rumput laut Chile senilai 3 juta-4 juta dollar AS. Perusahaan bernama Midesa itu akan berinvestasi di Sulawesi Selatan mulai tahun ini dengan menggandeng petani-petani rumput laut lokal.
Enggartiasto mengatakan, memang nilai investasi itu kecil, tetapi dampaknya bagi petani rumput lokal dan investasi di Indonesia bagian timur ke depan akan bagus. Produk mereka diekspor tidak lagi dalam bentuk bahan mentah, tetapi sudah menjadi tepung rumput laut.
”Ke depan, investasi pengolahan itu diharapkan dapat menjadi industri besar dan menggandeng petani-petani rumput laut di kawasan sekitar,” kata Enggartiasto.
Selain itu, Indonesia akan membuka impor produk susu dalam kemasan, Colun. Namun, saat ini mereka tengah terkendala pembuatan sertifikat halal yang memakan waktu lama.
Dengan kehadiran Colun, kata Enggartiasto, pasar susu dalam kemasan di dalam negeri akan semakin terbuka. Ke depan diharapkan dapat menurunkan harga produk susu dalam kemasan di dalam negeri.
Iman Pambagyo mengemukakan, Indonesia dan Chile sama-sama dapat menjadi hub atau pintu masuk perdagangan ke negara-negara di setiap kawasan. Chile menjadi pintu masuk Indonesia ke negara-negara Amerika Selatan, sedangkan Indonesia menjadi pintu masuk Chile ke negara-negara anggota ASEAN dan Australia.
Chile menjadi pintu masuk Indonesia ke negara-negara Amerika Selatan, sedangkan Indonesia menjadi pintu masuk Chile ke negara-negara anggota ASEAN dan Australia.
Bagi Chile, bukan Indonesia saja yang akan disasar. Para pelaku usaha di Chile juga melihat potensi Indonesia yang berdekatan dengan negara-negara di ASEAN. Indonesia juga telah memiliki Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif dengan Australia (IA-CEPA).
”Ke depan, Indonesia dan ASEAN, serta Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru akan menyelesaikan perjanjian Kemitraan Ekonomi Regional Komprehensif. Melihat potensi itu, Chile dan negara-negara di Amerika Selatan akan tertarik menjalin kemitraan dengan Indonesia,” katanya.