Manchester City membuat beberapa sejarah baru dengan raihan prestasi mereka pada musim ini. Kemenangan 6-0 atas Watford pada Sabtu (18/5/2019) waktu di Stadion Wembley, London, membuat mereka menjadi klub Inggris pertama yang memperoleh seluruh piala yang ada di kompetisi domestik.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Manchester City membuat beberapa sejarah baru dengan raihan prestasi mereka pada musim ini. Kemenangan 6-0 atas Watford pada Sabtu (18/5/2019) waktu di Stadion Wembley, London, membuat mereka menjadi klub Inggris pertama yang memperoleh seluruh piala yang ada di kompetisi domestik.
Musim 2018-2019 telah menjadi tahun yang sempurna bagi ”The Citizens”, julukan Manchester City. Di bawah asuhan Manajer Pep Guardiola, mereka mampu membuat rekor baru dalam sejarah sepak bola Inggris.
City menjadi klub Inggris pertama yang memenangi seluruh piala yang ada di kompetisi lokal pada musim yang sama, yaitu Liga Primer Inggris, Piala FA, dan Piala Liga. Jika Community Shield dihitung, City mendapatkan empat piala sekaligus dalam satu musim.
”Itu adalah final yang luar biasa bagi kami dan kami telah menyelesaikan tahun yang luar biasa. Kepada semua orang di klub selamat, terutama para pemain karena mereka adalah alasan mengapa kami memenangkan gelar-gelar ini,” kata Guardiola.
Pada Final Piala FA, City sangat mendominasi pertandingan. Ia mampu menguasai bola 70 persen. Mereka mampu menendang bola ke arah gawang sebanyak 11 tendangan, sedangkan Watford hanya 2 tendangan.
Permainan City yang taktis dan mampu mengendalikan tempo permainan, terlihat dari jumlah operan mereka yang mencapai 629, sedangkan Watford hanya memiliki 280 operan. Watford hanya unggul dalam memperoleh kartu kuning, yakni 2 berbanding 1.
Meskipun demikian, Watford membuka pertandingan dengan peluang emas. Digempur sejak menit awal, mereka mengejutkan City dengan serangan balik cepat pada menit 10. Gelandang Watford asal Argentina, Roberto Pereyra, mendapatkan umpan terukur dari sang kapten Troy Deeney. Namun, tendangannya dapat dimentahkan kiper City, Ederson Moraes, dengan menggunakan kakinya.
Peluang tersebut membuat City terlecut. Mereka mengurung habis-habisan Watford sehingga memaksa ”The Hornets” (julukan Watford) menumpuk pemainnya di garis pertahanan. Mereka hanya menyisakan Deeney di depan.
Akan tetapi, Watford kembali memperoleh peluang pada menit 20. Mereka kembali melakukan serangan balik cepat. Kontroversi pun terjadi ketika Vincent Kompany menahan bola dengan tangannya di dalam kotak penalti, tetapi wasit tidak menunjuk titik putih.
Pemain Watford pun protes dengan keras sehingga berbuah kartu kuning untuk gelandang Watford asal Prancis, Abdoulaye Doucoure. Setelah peristiwa tersebut, konsentrasi para pemain Watford menjadi terpecah sehingga tercipta gol dari kaki David Silva setelah memanfaatkan umpan Raheem Sterling.
Gol tersebut membuat City semakin bersemangat menggempur pertahanan Watford sehingga tercipta gol kedua lewat kaki Gabriel Jesus. Gol ini sempat ditulis diciptakan oleh Sterling, tetapi pada akhirnya Jesus-lah yang diakui sebagai pencetak gol.
Pada babak kedua, Watford mencoba bangkit. Mereka bermain lebih terbuka dan Guardiola meresponsnya dengan memasukkan Kevin de Bruyne untuk menggantikan Riyad Mahrez. Masuknya De Bruyne membuat keseimbangan lini tengah dan serangan City semakin tajam. Ia pun mencatatkan namanya di papan skor setelah memanfaatkan umpan Jesus melalui skema serangan balik cepat.
Manajer Watford Javi Gracia mulai frustrasi, ia pun memasukkan penyerang Andre Gray dan Isaac Success untuk menggantikan gelandang Pereyra serta Deulofeu. Keputusan memasukkan tiga penyerang sekaligus tersebut harus dibayar mahal dengan 3 gol yang dicetak oleh Jesus dan dua gol Sterling.
Skor 6-0 menjadi pukulan telak bagi Watford karena mereka gagal mempersembahkan piala pertama di kompetisi tertinggi bagi pendukungnya. Meskipun demikian, mereka tetap mendapatkan sambutan hangat dari suporter setia Watford. Jelang pertandingan usai, suporter mengibarkan bendera merah dan kuning yang menjadi warna kebesaran mereka.
Gurdiola mengakui, penyelamatan Ederson adalah awal dari kemenangan timnya. ”Di final, hal-hal semacam ini membuat perbedaan. Ederson menyelamatkan kami pada awal pertandingan karena 1-0 akan sangat sulit bagi kami,” ujarnya.
Gracia mengaku, dirinya kecewa dengan kegagalan Pereyra mencetak gol yang tinggal berhadapan dengan Ederson. ”Anda harus mencetak peluang itu jika ingin menang dalam pertandingan,” katanya.
Rekor lain
Selain mampu meraih 3 piala domestik, musim ini pasukan Guardiola mengukir rekor baru lainnya. Mereka menjadi tim Inggris pertama yang mencatatkan 50 kemenangan di semua kompetisi dalam satu musim.
Kemenangan 6-0 atas Watford juga menjadi margin gol terbesar selama Final Piala FA digelar sejak 116 tahun yang lalu. The Citizens juga mencetak rekor 169 gol dalam 61 pertandingan. Pasukan biru langit mengalahkan rekor yang dibuat mereka sendiri tahun lalu, yakni 156 gol.
Dengan rekor baru tersebut, City menjadi salah satu tim Inggris terbaik sepanjang masa. Guardiola pun puas dengan capaian timnya pada musim ini, tetapi tetap berusaha musim depan dapat lebih baik. ”Kita harus selalu meningkatkan. Tidak ada alasan untuk tetap diam,” kata Guardiola.
Kapten Manchester City Vincent Kompany mengaku, Guardiola telah memberikan standar tinggi pada pasukannya sehingga dapat menjadi yang terbaik. ”Manajer (Guardiola) telah menetapkan standar pada awal musim. Ini tim terbaik di dunia,” ujar Kompany. (AFP)