Merawat Tradisi Ngopi Buka Puasa untuk Perteguh Persaudaraan
›
Merawat Tradisi Ngopi Buka...
Iklan
Merawat Tradisi Ngopi Buka Puasa untuk Perteguh Persaudaraan
Sudah hampir tiga jam Saida (72) duduk di kursi rotan rewot di depan dinding setinggi 50 sentimeter. Aroma kopi bercampur jahe sudah jelas tercium.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
Sudah hampir tiga jam Saida (72) duduk di kursi rotan rewot di depan dinding setinggi 50 sentimeter. Aroma kopi bercampur jahe sudah jelas tercium.
Kopi dari dandang setinggi 50 sentimeter sebentar lagi matang. Itu berarti Saida kembali tersenyum karena waktu mengizinkannya lagi untuk menyuguhkan kopi buat buka puasa umat. Kopi di gelas itu tanda persaudaraan.
Dengan mengerahkan seluruh tenaga, Saida beranjak dari kursi menuju tungku. Ia membuka dandang, uap beraroma kopi bercampur jahe menyeruak di dalam ruangan sempit agak gelap.
“Sudah matang, tetapi apinya tidak dipadamkan. Hanya dinyalakan kecil biar kopi tetap hangat,” ujarnya saat ditemui di dapur Masjid An-Nur, Kelurahan Siranindi, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (15/5/2019).
Kopi yang diracik Saida menjadi menu utama buka puasa di masjid yang terletak di kompleks pertokoan di Palu. Pengurus masjid mulai mengambil dan menuangkan kopi ke gelas-gelas umat yang hendak buka puasa di masjid itu pukul 17.30 Wita. Kopi yang disediakan cukup untuk 120 umat di lantai dua masjid setiap hari. Kalau masih sisa, sejumlah umat membawa pulang kopi jahe itu ke rumah.
Saida meracik kopi jahe itu dalam tujuh tahun terakhir. Ia menggantikan pamannya yang sudah tiada. Umar Bakarama, nenek Saida, orang pertama yang melakukan pekerjaan sukarela itu sekitar 50 tahun lalu. “Setelah saya tidak ada nanti, keluarga sudah menyiapkan pengganti,” ujar Saida yang suaminya meninggal 2003.
Dalam usia senja Saida masih bisa meracik dan menyuguhkan kopi kepada umat. “Saya hanya mau melayani umat seperti juga nenek kami dulu,” ucap Saida yang memenuhi kebutuhan hidup harian dari kios kecil di depan rumahnya di Jalan Durian, Kelurahan Siranindi, Palu Barat.
Saya hanya mau melayani umat seperti juga nenek kami dulu,
Kerja Saida dalam dua tahun terakhir sedikit lebih ringan berkat adanya kompor gas untuk menggantikan tungku kayu bakar seperti tahun-tahun sebelumnya. “Saat masih pakai kayu bakar saja saya semangat, apalagi dengan kompor gas ini,” katanya sambil tertawa.
Tradisi buka puasa dengan kopi jahe awalnya untuk memenuhi kebutuhan warga masjid yang pada waktu itu kebanyakan warga keturunan Arab di lingkungan kompleks Alkhairat, ormas keagamaan di Sulteng.
Kopi disediakan donatur yang juga umat masjid. Biasanya sajian kopi dilengkapi dengan buah kurma yang waktu itu dibawa oleh keluarga keturunan Arab yang berkunjung ke Timur Tengah. Kebanyakan keturunan Arab di Palu berasal dari Yaman. Dengan tradisi itu, orang menyebut kopi di masjid untuk buka puasa itu kopi jahe Arab
Pedagang ikut menikmati
Seiring waktu, dengan terus berkembangnya Palu, umat masjid tak hanya keturunan Arab. Pedagang-pedagang di kompleks pertokoan dan warga sekitar juga turut menikmati kopi jahe Arab untuk buka puasa.
Donatur kopi dan jahe serta gula pun tak pernah kurang. “Bahkan, yang bukan umat masjid juga sering mampir untuk buka puasa di sini biar bisa menikmati kopi jahe Arab,” tutur Nur Hadi (43), pengurus Masjid An-Nur.
Untuk mengantisipasi itu, kopi selalu disediakan hingga 120 gelas. Total umat di masjid itu sekitar 100 orang.
Bahkan, yang bukan umat masjid juga sering mampir untuk buka puasa di sini biar bisa menikmati kopi jahe Arab
Abdul (45), umat masjid, menuturkan buka puasa dengan kopi sudah jadi “merek” tersendiri di Masjid An-Nur. Baginya, tradisi itu menyiratkan persaudaraan, salah satu hal nilai penting yang perlu diperteguh pada bulan suci Ramadan.
“Buka puasa dengan kopi jahe salah satu cara merayakan Ramadhan dalam persaudaraan dan kesetaraan. Semua menu sama,tak ada yang menonjol,” ujarnya.
Saida berharap tradisi ngopi untuk buka puasa tak putus meskpin dirinya suatu saat tak lagi meracik kopi di dapur masjid. “Saya senang melihat orang-orang minum kopi sambil bercerita, tertawa,” katanya.