JAKARTA, KOMPAS - Selain mempersiapkan arus mudik dan arus balik lancar, arus lokal atau arus silaturahmi di ruas tol daerah perlu diantisipasi. Sebab, masyarakat diprediksi akan banyak memanfaatkan jalan tol untuk bersilaturahmi maupun berwisata.
CEO Toll Road Business Group Astra Infra Group, Krist Ade Sudiyono mengatakan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan jalan tol akan sangat tinggi. Oleh karena itu, antisipasi di setiap ruas tol mesti dilakukan karena masing-masing jalan tol memiliki karakteristik berbeda.
"Di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur itu juga ada arus silaturahmi, selain arus mudik dan balik. Bisa jadi arus silaturahmi sangat tinggi karena sifatnya dinamis," kata Krist dalam paparan media di Jakarta, Senin (20/5/2019).
Di ruas tol yang dimiliki Astra Infra Group, arus silaturahmi maupun arus wisata diproyeksikan terjadi di ruas tol Tangerang-Merak (Banten), Semarang-Solo (Jawa Tengah), serta Jombang-Mojokerto sampai Surabaya (Jawa Timur). Oleh karena itu, selain menyiapkan prasarana yang memadai, rekayasa arus lalu lintas juga menjadi kunci.
Di ruas Semarang-Solo, kepadatan kendaraan ketika arus silaturahmi diprediksi bisa lebih tinggi dibanding arus mudik. Jika arus mudik jumlah kendaraan tertinggi diprediksi mencapai 48.421 kendaraan pada 31 Mei, pada arus silaturahmi bisa mencapai 52.929 kendaraan. Arus silaturahmi yang terjadi di kawasan tersebut diprediksi terjadi pada 6 Juni 2019.
Menurut Direktur Administrasi dan Keuangan PT Trans Marga Jateng Umiyati, titik kritis di ruas tersebut berada di Gerbang Tol (GT) Banyumanik dan interseksi Bawen. Sebab, di GT Banyumanik menjadi tempat untuk transaksi, sedangkan di interseksi Bawen menjadi lokasi pertemuan arus kendaraan ke arah Solo dan ke arah Yogyakarta.
Untuk mengatasinya, alat pembaca bergerak akan ditambah. Yang lebih penting, akan dilakukan rekayasa arus lalu lintas dengan mengarahkan kendaraan menuju Salatiga atau melewati jalur alternatif Banyubiru.
Demikian pula di ruas tol Jombang-Mojokerto, diperkirakan arus mudik dari barat ke arah timur (Surabaya) sudah tidak terlalu besar. Namun, arus yang besar justru dari timur ke barat. Salah satu titik kritis di sana adalah persimpangan Mengkreng yang menjadi pertemuan arus dari jalan tol dengan arus kendaraan di jalan arteri.
"Kalau jalan arteri padat, bisa berimbas ke jalan tol. Apalagi di jalan arteri itu ada persimpangan kereta api. Jika padat maka kendaraan akan diarahkan untuk keluar di GT Nganjuk," kata Direktur Teknik dan Operasi Astra Infra Toll Road Jombang-Mojokerto Ega N Boga.
Sementara, di ruas Tangerang-Merak, arus mudik maupun balik juga tergantung dengan kapasitas penyeberangan Merak-Bakauheni. Meskipun arus mudik lancar, ketika penumpukan terjadi di Merak, maka jalan tol pun akan terimbas. Selain itu, ruas tersebut juga mengantisipasi kemungkinan lonjakan arus wisata ke Anyer.
Puncak
Menurut Direktur Teknik dan Operasi PT Marga Mandalasakti Rinaldi, lalu lintas pada puncak arus mudik diprediksi akan meningkat 15,69 persen dari 145.749 kendaraan pada 2018 menjadi 173.900 kendaraan. Arus puncak diprediksi terjadi pada H-5 lebaran.
Kris berharap agar masyarakat benar-benar memperhatikan imbauan Korlantas. Pertama terkait rencana satu arah (one way) yang direncanakan akan dilaksanakan pada 31 Mei sampai 3 Juni untuk arus mudik dan 7 sampai 9 Juni untuk arus balik. Demikian pula untuk yang hendak menyeberang ke Sumatera, masyarakat lebih baik mengikuti himbauan otoritas yang hendak melaksanakan ganjil-genap untuk penyeberangan.
Terlebih lagi, tol Trans Sumatera dari Bakauheni sampai Palembang direncanakan akan dapat digunakan oleh pemudik. Dari pengalaman sebelumnya, pemudik berangkat dari Jakarta sore sampai dini hari agar sampai di Bakauheni pada pagi hari. Hal itu dilakukan untuk pertimbangan keamanan perjalanan ketika di Sumatera.
"Jadi kebiasaan mudik yang selama ini terjadi bisa disesuaikan karena tol Trans Sumatera bisa dilewati sehingga aman," kata Kris. (NAD)