Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa. Karena itu, segala permasalahan terkait dinamika politik Pemilu 2019 perlu segera diselesaikan dengan mengedepankan budaya luhur.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Selama 73 tahun sejak kemerdekaan, Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa. Karena itu, segala permasalahan terkait dinamika politik Pemilu 2019 perlu segera diselesaikan dengan mengedepankan budaya luhur.
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Yos Johan Utama mengatakan hal itu pada deklarasi ”Pesan Moral Perguruan Tinggi dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VI Jawa Tengah untuk Bangsa” di Kampus Undip, Kota Semarang, Senin (20/5/2019). Deklarasi bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Menurut Yos, pihaknya bersama pemimpin perguruan tinggi lain di Jateng ingin memberi pesan kepada sivitas akademika dan masyarakat untuk menjaga NKRI. ”Kita sudah punya pengalaman berkali-kali, seperti G30S PKI dan sebagainya. Kita pasti bisa selesaikan dan bangkit,” ujar Yos.
Ia menambahkan, bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang berbudaya luhur. Hal itu salah satunya terkandung dalam prinsip ono rembug ayo dirembug (permasalahan dirundingkan bersama). Karena itu, masalah apa pun selayaknya diselesaikan dengan mengedepankan budaya luhur serta musyawarah mufakat.
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho menuturkan, seruan moral juga ditujukan bagi para elite politik, dari pihak mana pun, agar memberi contoh kepada bangsa. Ini penting bagi generasi muda, yang akan menjadi pemimpin bangsa, sehingga suasana kondusif negeri akan terus terjaga.
”Kita punya payung hukum untuk menyelesaikan masalah manakala ada masalah. Kami berharap Indonesia tetap rukun, jaya, dan tak terpecah. (Pesan moral) Ini embrio dari pemimpin perguruan tinggi di Jateng, yang akan diteruskan kepada sivitas akademika, termasuk mahasiswa,” katanya.
Jika (perpecahan) itu terjadi, kita tak bisa membangun Indonesia.
Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Fathur Rokhman mengemukakan, seruan dari para pemimpin perguruan tinggi merupakan respons berupa kesadaran moral. Ia menilai, perlu ada dukungan dari semua pihak agar saling menjaga situasi negara yang kondusif.
Menurut Fathur, seruan ini ditujukan agar tidak timbul pertikaian dan perpecahan yang dapat mencederai bangsa. ”Jika (perpecahan) itu terjadi, kita tak bisa membangun Indonesia. Padahal, ke depan, kita harus bersaing dengan dunia. Maka, mari jaga persatuan,” ujarnya.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VI Jateng DYP Sugiharto berharap deklarasi bersama di Jateng dapat menjadi contoh. Sebanyak 257 perguruan tinggi, 11.000 dosen, dan 232.000 mahasiswa di Jateng diharapkan menjadi pemantul bagi yang lain.
Pesan moral
Pada deklarasi tersebut disampaikan enam pesan moral bagi bangsa. Pertama, penyelesaian masalah dengan mengedepankan budaya luhur serta musyawarah mufakat. Kedua, para kontestan ataupun petugas di medan demokrasi agar bersikap kesatria, jujur, adil, dan berani.
Ketiga, dukungan bagi para penegak hukum untuk netral dan tak memihak pihak mana pun. Keempat, mendorong penyelesaian setiap pelanggaran yang terbukti secara adil, konsisten, serta tegas berdasarkan hukum yang berlaku. Kelima, terus menjaga suasana kondusif bangsa.
Adapun butir keenam mendorong semua pihak untuk bersikap, berpikir, berucap, dan bertindak yang dilandasi nilai rahman dan rahim. Selain itu, sebagaimana nilai luhur Jawa Tengah, Surodiro Jayaningrat Lebur dening Pangestuti (segala kekuatan jahat akan hancur oleh kebaikan atau kelembutan hati).