Berbuka Puasa Bersama, Merekatkan Kembali Kohesi Sosial
›
Berbuka Puasa Bersama,...
Iklan
Berbuka Puasa Bersama, Merekatkan Kembali Kohesi Sosial
Perhelatan Pemilu 2019 membuat kohesi sosial masyarakat Indonesia merenggang. Untuk merekatkannya kembali, berbuka puasa bersama menjadi salah satu cara yang bisa ditempuh.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhelatan Pemilu 2019 membuat kohesi sosial masyarakat Indonesia merenggang. Untuk merekatkannya kembali, berbuka puasa bersama menjadi salah satu cara yang bisa ditempuh.
Langkah itu dilakukan Universitas Kristen Indonesia (UKI), Selasa (21/5/2019), dengan menggelar buka puasa bersama di Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur. Pada kesempatan itu, rektorat UKI mengundang tokoh masyarakat setempat, karyawan, dan jurnalis.
Kegiatan buka puasa bersama antara lain diisi juga dengan Shalawatan dan Tausyiah Kebangsaan oleh Ketua Lembaga Batsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Mukti Ali Qusyairi.
Rektor UKI Dhaniswara K Harjono menyampaikan, kegiatan berbuka puasa dimaksudkan untuk merekatkan kembali kohesi sosial yang sempat merenggang selama perhelatan Pemilu 2019. UKI merangkul masyarakat setempat dan membuka kesempatan bagi mereka untuk berbuka puasa di kampus.
Hal itu untuk menunjukkan kepada publik bahwa toleransi beragama harus dijalankan dengan baik.
”Kita semua bersaudara. Putusan KPU, apa pun itu, harus diterima dengan baik karena kita sama-sama orang Indonesia,” katanya.
Sementara itu, dalam Tausiyah Kebangsaan, Mukti mengingatkan kembali sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang bisa diteladani. Mukti menyebut Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya sangat toleran dan menghargai umat-umat non-Muslim.
Ia mengisahkan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW berdiri dan memberikan hormat kepada jenazah orang Yahudi yang melintas di depannya. Apa yang dilakukan Nabi itu dipertanyakan oleh sahabatnya. Nabi kemudian menjelaskan, jenazah itu juga manusia. Bahkan, semasa hidup, Nabi dan dia hidup sebangsa dan setanah air.
”Nabi memberikan contoh, beliau menghormati agama selain Islam karena sama-sama manusia yang harus dihormati. Kedua karena mereka saudara setanah air dan satu bangsa,” ujarnya.