Ketersediaan infrastruktur pendukung ekspor diyakini akan menarik pelaku usaha berinvestasi di daerah, terutama penghasil bahan baku industri. Investasi sektor riil menjadi kunci peningkatan ekspor produk bernilai tambah dari daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kontribusi ekspor lima provinsi di Jawa pada Januari-April 2019 sebesar 25,67 miliar dollar AS. Nilai ini setara 48,25 persen dari total ekspor nasional yang sebesar 53,2 miliar dollar AS.
Menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar, Senin (20/5/2019), sangat mungkin bagi Indonesia menarik investor. Peluang tetap ada, kendati pada saat yang sama negara-negara lain berlomba-lomba mengundang investor.
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam mineral yang merupakan bahan baku industri hingga tenaga kerja. "Potensi pasar dan daya beli yang semakin meningkat juga menjadi daya tarik," katanya.
Menurut Sanny, kawasan di luar Jawa yang kaya sumber daya alam mineral berpotensi menarik penanaman modal asing di bidang hilirisasi. Di sisi lain, kepastian hukum masih menjadi hal yang dilihat calon investor sebelum merealisasikan minat investasi.
"Tanpa kepastian hukum, susah bagi calon investor merencanakan sesuatu. Apalagi investasi industri adalah investasi jangka panjang," kata Sanny.
Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur berpendapat, investor mau berinvestasi di luar Jawa jika didukung infrastruktur.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal, berpendapat, pemerintah daerah bisa berperan dalam memetakan produk-produk unggulan. Selama ini, banyak produk lokal berorientasi ekspor yang tidak terekspos.
“Selain bernilai tambah tinggi, aspek lokalitas yang tinggi juga penting untuk menembus pasar ekspor,” ujarnya.
Pemerintah daerah, lanjut Fithra, bisa berkolaborasi dengan perusahaan perdagangan elektronik untuk memasarkan produk. Dengan sentuhan digital, pemasaran semakin luas.
Sebelumnya, di Bandung, Jawa Barat, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indoensia Endy Dwi Tajhjono menyebutkan, ekspor ke luar negeri yang merosot bisa berdampak pada perekonomian daerah. Ia mencontohkan, ekspor bijih tembaga yang turun berdampak pada pertumbuhan ekonomi kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua. Adapun pertumbuhan ekonomi Sumatera juga dipengaruhi ekspor minyak sawit yang turun. (CAS/KRN/IDR)