Jajanan Takjil Belum Sepenuhnya Bebas Bahan Berbahaya
›
Jajanan Takjil Belum...
Iklan
Jajanan Takjil Belum Sepenuhnya Bebas Bahan Berbahaya
Jajanan berbuka puasa atau takjil belum sepenuhnya aman dari bahan-bahan makanan berbahaya karena masih ditemukan kandungan formalin, boraks, dan rhodamin B.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Jajanan berbuka puasa atau takjil belum sepenuhnya aman dari bahan-bahan makanan berbahaya karena masih ditemukan kandungan formalin, boraks, dan rhodamin B. Pembeli harus lebih teliti memilih jajanan yang aman agar tidak mengganggu kesehatan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya I Made Bagus Gerametta, Selasa (21/5/2019), di Surabaya, mengatakan, BPOM Surabaya melakukan uji sampel di empat lokasi penjualan takjil yang tersebar di Surabaya, Nganjuk, dan Kediri selama dua pekan terakhir. Petugas melakukan uji laboratorium terhadap makanan yang dicurigai mengandung bahan berbahaya.
"Hasilnya, ada sekitar 11 persen takjil dari sampel yang tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya bagi tubuh, seperti formalin, boraks, dan rhodamin B,” katanya.
Pedagang yang terbukti menggunakan bahan kimia berbahaya untuk campuran makanan langsung diberikan pembinaan dari dinas kesehatan setempat. Jika pedagang tersebut kembali nekat menjual makanan yang mengandung bahan berbahaya, sanksi berupa pelarangan bakal diberikan.
"Kami ingin memastikan jajanan takjil yang dikonsumsi masyarakat aman dari bahan berbahaya karena biasanya penjualan makanan takjil meningkat saat Ramadhan,” ujar Gerametta.
Selain makanan takjil, BPOM juga melakukan pemantauan makanan untuk parcel Lebaran di beberapa lokasi. Namun, hingga saat ini, belum ditemukan makanan di parcel yang habis masa kedaluwarsanya. Dalam beberapa temuan, ada produk yang rusak kemasannya sehingga diminta untuk tidak dijual.
Sufianto Arief, penjual jajanan takjil Segogoge, mengatakan, dinas kesehatan maupun BPOM perlu memberikan tindakan tegas kepada pedagang yang masih menggunakan campuran bahan berbahaya untuk makanan. Jika masih ada oknum penjual yang mencampur bahan berbahaya, ia khawatir bisa menurunkan omzet penjualan dari pedagang lain yang tidak menggunakan campuran bahan berbahaya.
"Saya khawatir kena imbasnya. Omzet bisa menurun karena masyarakat menganggap jajanan takjil tidak aman, padahal itu hanya dilakukan oleh segelintir oknum pedagang yang nakal,” ujarnya.
Dia pun memastikan, jajanan yang dijualnya aman dari bahan berbahaya. Pemkot Surabaya meminta seluruh pedagang binaan, termasuk dirinya, memenuhi izin, antara lain surat izin usaha perdagangan, sertifikat halal, dan merek dagang. "Semua perizinan untuk memastikan makanan yang saya jual aman untuk dikonsumsi. Terbukti dari hasil uji laboratorium BPOM," kata Sufianto.
Kepala Seksi Kefarmasian, Makanan, dan Minuman Dinas Kesehatan Kota Surabaya Umul Jariyah menuturkan, bahan kimia berbahaya yang dicampur dalam makanan bisa memberikan efek buruk pada kondisi kesehatan seseorang, terlebih jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Konsumsi makanan yang mengandung formalin dapat mengancam organ hati, gagal ginjal, dan memicu kanker. Adapun penggunaan boraks dapat mengganggu fungsi saraf, ginjal, serta hati. Sedangkan pewarna berbahaya seperti rhodamin B dan Methanil Yellow, jika dicampurkan dalam makanan, bisa mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan kanker kandung kemih.