Dunia balap mobil F1 sedang berduka atas kematian legenda Formula 1 Niki Lauda pada Selasa (21/5/2019). Ia meninggal pada usia 70 tahun di Rumah Sakit Universitas Zurich, Swiss, karena sakit paru-paru.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
ZURICH, SELASA — Dunia balap mobil F1 sedang berduka atas kematian legenda Formula 1 Niki Lauda pada Selasa (21/5/2019). Ia meninggal pada usia 70 tahun di Rumah Sakit Universitas Zurich, Swiss, karena sakit paru-paru.
Lauda meninggal setelah delapan bulan menjalani transplantasi paru-paru. Pada awal bulan ini, Lauda harus menjalani cuci darah.
Salah satu kerabat Lauda, Walter Klepetko tidak menjelaskan penyebab kematian Lauda secara spesifik. “Itu adalah proses panjang dan ia mencapai akhirnya. Niki Lauda bertarung (melawan penyakitnya) dan ia adalah pria yang hebat,” ujar Klepetko.
Lauda pun dikagumi keluarganya karena telah menjadi suami, ayah, dan kakek yang penuh kasih. Selain seorang pembalap, ia juga sukses dalam berwirausaha.
Ia telah meraih juara F1 sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 1975 dan 1977 bersama tim Ferrari dan pada tahun 1984 bersama tim McLaren. Ia juga pernah mengalami kecelakaan yang mengerikan pada tahun 1976.
Tim McLaren ikut berkabung atas kematian Lauda. “Niki akan selamanya berada di hati kita dan diabadikan dalam sejarah kita. #RIPNiki,” ujar tim McLaren melalui akun media sosial twitter.
Lauda juga telah menjadi ketua non-eksekutif di Mercedes F1 sejak 2012. Dia telah berperan penting dalam membawa pembalap Inggris Lewis Hamilton sukses meraih 5 kali juara dunia dan juara dalam kategori konstruktor secara bersamaan. Kepala tim Mercedes Toto Wolf mengatakan, Lauda tidak tergantikan dan tim telah kehilangannya.
Manajemen Formula 1 juga ikut bersimpati melalui akun twitter. “Selamanya terbawa dalam hati kita, selamanya diabadikan dalam sejarah kita. Komunitas olah raga otomotif hari ini bersedih atas hilangnya legenda sejati,” ujar Formula 1 pada akun twitter-nya.
Ia juga mendapat simpati dari pembalap dunia, seperti Casey Stoner dan Johnny Herbert melaui akun twitter. Kanselir Austria Sebastian Kurz juga memberikan penghormatan pada Lauda.
Kecelakaan
Lauda dilahirkan dengan nama Andreas Nikolaus pada 22 Februari 1949 di Wina. Ia lahir dari keluarga kelas menengah atas yang tidak memiliki minat pada balap otomotif.
Pada tahun 1968, tanpa memberi tahu orangtuanya, Lauda memenangkan balapan pertamanya dengan mobil balap mini yang dibeli dengan bantuan neneknya.
Selama menjadi pembalap, Lauda mengalami cedera mengerikan pada 1 Agustus 1976 setelah memenangi lima balapan pada musim tersebut. Kendaraannya terbakar di Nuerburgring, Jerman.
Ia mengalami luka bakar parah di wajah dan tangannya, serta menghirup asap beracun yang merusak paru-parunya. Enam minggu kemudian, ia kembali ke arena balapan dengan menahan rasa sakit. Lauda hanya melewatkan dua balapan pada musim tersebut. Namun, ia kalah bersaing dengan pembalap Inggris, James Hunt yang menjadi juara.
Semangat juang dan keberanian Lauda diangkat dalam film berjudul “Rush” pada 2013 yang disutradarai Ron Howard. Musim berikutnya, pada tahun 1977, Lauda menjuarai Formula 1 bersama Ferrari.
Pada 1979, Lauda keluar dari Formula 1 untuk mengejar impian keduanya yakni berbisnis di bidang penerbangan sipil. Namun, dia kembali ke sirkuit balap pada tahun 1982 bersama dengan McLaren dan menkadi juara dunia untuk terakhir kalinya pada 1984.
Tragedi melanda pada tahun 1991 ketika Boeing 767 dari armada Lauda Air jatuh di Thailand dalam perjalanan dari Bangkok ke Wina. Tragedi tersebut menewaskan 223 orang.
Pada 2008, Lauda menikahi Birgit Wetzinger, mantan pramugari yang telah menyumbangkan ginjal kepada Lauda setelah satu dari transplantasinya gagal. Dari pernikahan ini, Lauda memiliki anak kembar laki-laki dan perempuan yang lahir pada 2009. Ia juga memiliki tiga putra dari hubungan sebelumnya. (AFP)