Ari Kuncoro Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
·4 menit baca
Istilah trembling hand equilibrium merujuk pada salah satu kasus Teori Permainan (Game Theory), yakni suatu keseimbangan yang dipandang optimal gagal tercapai karena pihak-pihak yang terlibat terlalu berlebihan dalam berstrategi dan terlalu percaya diri. Trump mengumumkan kenaikan tarif atas produk-produk China ketika hampir semua orang percaya kesepakatan sudah hampir tercapai. Perjanjian damai dagang Amerika Serikat-China yang sudah di depan mata berubah menjadi perang dagang jilid 2.
Semula, pesan twitter Presiden Trump, kedua negara tersebut akan mencapai kompromi dan data makroekonomi AS dan China yang prospektif, telah menggiring ekspektasi dunia menuju zona positif. Berita-berita positif itu ternyata menyembunyikan perbedaan mendasar AS dan China. Hal ini tercermin dari kasus raksasa teknologi China, Huawei, yang akses pasarnya untuk teknologi 5G dihambat di AS. Inti permasalahan bagi AS adalah perebutan supremasi teknologi. Perusahaan-perusahaan AS yang berlokasi di China selama ini dipandang harus melakukan alih teknologi.
Dampak terhadap indonesia
Harapan perdagangan dunia sudah akan pulih sebenarnya mulai terlihat dari mikrokosmos ekspor-impor Indonesia yang masih mengandalkan siklus komoditas dan siklus bisnis negara-negara maju. Surplus neraca perdagangan yang sehat bagi Indonesia terjadi pada Maret 2019, ketika baik ekspor maupun impor sama-sama naik, dengan pertumbuhan ekspor lebih tinggi dari pertumbuhan impor. Ekspor hasil tambang dan produk manufaktur masing-masing naik 31,08 persen dan 9,48 persen. Sementara, ekspor industri pertanian tumbuh 15,91 persen. Semua itu memberi kesan siklus komoditas dan siklus bisnis sudah berbalik arah, memberi angin segar terhadap kinerja ekspor Indonesia yang sejak triwulan IV-2017 turun. Harapan tersebut sirna ketika perang dagang AS-China kembali pecah.
China sudah mengantisipasi dengan mengurangi pembelian global, yang berakibat pada penurunan harga minyak sawit dunia. Ekspor minyak hewan/nabati Indonesia yang didominasi minyak sawit untuk April 2019 langsung anjlok 19,88 persen secara tahunan, padahal volumenya meningkat 5 persen. Secara keseluruhan, ekspor turun 10,8 persen secara tahunan. Impor juga turun, namun tidak setajam ekspor, yakni 6,58 persen secara tahunan. Akibatnya, neraca dagang defisit 2,5 miliar dollar AS pada April 2019 atau yang terbesar sejak Juli 2013.
Defisit neraca dagang menjadi semacam pedoman bagi pemodal jangka pendek untuk keluar-masuk suatu negara. Defisit neraca dagang pada skala ini turut menambah tekanan terhadap rupiah. Ada dua fase pelemahan nilai tukar rupiah sejak awal Maret 2019 sampai sekarang. Pertama, pada Maret 2019, sebagai akibat dari kenaikan indeks dollar AS terhadap semua mata uang akibat penguatan ekonomi AS. Fase kedua pada minggu terakhir April hingga pertengahan Mei 2019, akibat keluarnya modal jangka pendek dari Indonesia sebagai reaksi atas defisit neraca perdagangan. BI mencatat dana asing yang keluar pada 13-16 Mei 2019 sebesar Rp 11 triliun yang terdiri dari Rp 7,6 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 4,1 triliun di pasar saham.
Sampai kapan
Berapa lama perang dagang berlangsung tergantung dari kapan kerugian bersama terealisasi. Semakin cepat dan semakin besar kerugiannya, maka semakin tinggi dorongan bagi kedua belah pihak untuk tidak melakukan eskalasi menuju kehancuran bersama. Beberapa faktor masih memberi harapan, paling tidak akan terjadi gencatan senjata dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Korporasi Baidu di China, pasar dalam jaringan untuk pemasangan iklan daring, rugi untuk pertama kalinya dalam 15 tahun. Saham-saham teknologi dalam ChiNext Index turut anjlok. Penjualan ritel untuk April 2019 tercatat 7,2 persen, atau terendah dalam 16 tahun terakhir. Pelemahan yuan China 2,7 persen sejak pemberlakuan tarif AS diumumkan juga berpotensi menimbulkan pelarian modal.
Di AS, yang sudah terlanjur yakin damai dagang akan tercapai, pasar saham bereaksi cepat. Indeks DOW futures turun 467 poin, sementara S&P 500 anjlok 37 poin dan NASDAQ terkoreksi 140 poin. Sejauh ini, di sektor riel belum terlihat dampaknya karena kebanyakan survei dilakukan pada April. Perkiraan awal, keterpurukan sektor pertanian berlanjut. Sementara, ritel dan farmasi akan melambat. Hantu resesi di AS juga diramalkan akan datang lebih awal pada triwulan III atau IV-2020, ketika pilpres di AS masih berlangsung, yang akan memaksa Trump untuk mencari solusi.
Langkah-langkah jangka pendek sudah dilakukan Bank Indonesia dengan menggunakan cadangan devisa untuk meredam fluktuasi rupiah. Pelemahan rupiah dapat digunakan untuk mendorong subsitusi ekspor dari komoditas seperti minyak sawit ke jasa-jasa. Pada neraca jasa ada surplus signifikan yang dapat digunakan, paling tidak, untuk mengurangi tekanan pada rupiah, yaitu neraca perjalanan dan pendapatan sekunder. Meskipun, tetap tidak cukup untuk menutup seluruh defisit.
Dalam jangka menengah dan panjang, selain menyelesaikan masalah ekonomi biaya tinggi yang menghambat ekspor, struktur industri perlu diperkuat untuk segmen industri substitusi impor bahan baku dan barang setengah jadi untuk industri hilir yang selama ini mengambil porsi 75 persen dari impor total.
Dengan demikian, tercipta struktur neraca pembayaran yang lebih sehat yang tidak terlalu bergantung pada siklus ekspor komoditas dan keluar-masuknya arus modal jangka pendek. Kesempatan juga terbuka bagi Indonesia untuk menampung rantai pasokan teknologi tinggi yang ingin melakukan relokasi.
Yang dibutuhkan adalah kawasan industri dengan satu layanan tanpa putus berpelabuhan di jalur maritim perdagangan dunia.
Ari Kuncoro
Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia