Penyebab Kematian Korban Demonstrasi Belum Dipastikan
›
Penyebab Kematian Korban...
Iklan
Penyebab Kematian Korban Demonstrasi Belum Dipastikan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, pada Rabu (22/5/2019) sore, menjenguk sejumlah rumah sakit yang merawat korban kerusuhan yang terjadi di sejumlah lokasi di Jakarta Pusat. Penyebab kematian sejumlah korban belum bisa dipastikan dan masih perlu menunggu hasil otopsi.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, pada Rabu (22/5/2019) sore, menjenguk sejumlah rumah sakit yang merawat korban kerusuhan yang terjadi di sejumlah lokasi di Jakarta Pusat. Penyebab kematian sejumlah korban belum bisa dipastikan dan masih perlu menunggu hasil otopsi.
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, pihaknya belum bisa menyimpulkan apa-apa terkait penyebab kematian sejumlah warga dari aksi unjuk rasa yang terjadi dari kawasan Thamrin, Tanah Abang, dan Petamburan, sejak Rabu dini hari. "Kami belum bisa menyimpulkan apa-apa karena belum ada otopsi," katanya saat mengunjungi Rumah Sakit (RS) Budi Kemuliaan di Jakarta Pusat, Rabu sore.
Selain rumah sakit itu, Taufan beserta pejabat lain dari Komnas HAM juga berencana mengunjungi RS Tarakan, RS Cipto Mangunkusumo, dan RS Pelni.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, hingga Rabu siang, korban meninggal akibat kerusuhan berjumlah enam orang. Keenam korban meninggal kini berada di Rumah Sakit Tarakan (1 orang), RS Pelni (2 orang). RS Budi Kemuliaan (1 orang), RS AL Mintohardjo (1 orang), dan RS Cipto Mangunkusumo (1 orang).
Dari hasil kunjungannya di sejumlah rumah sakit itu, Taufan menyatakan, sebagian besar korban terkena peluru karet dan gas air mata saat terjadinya bentrokan antara peserta unjuk rasa, warga, dan aparat keamanan.
Ia mengaku, ada juga sejumlah korban yang kemungkinan terkena peluru tajam. Namun, asal peluru itu belum diketahui.
"Karena otopsi belum ada. Bagainanapun juga, ini kejadian serius. Kita harus mengupayakan suatu pengujian yang lebih mendalam sehingga tahu penyebabnya. Kita kumpulkan dulu semua fakta-faktanya," tambah Taufan.
Ia berharap, kerusuhan dapat segera diredakan dan semua pihak dapat menahan diri. "Jadi, jangan menggunakan emosi. Menyampaikan pendapat itu hak asasi manusia, hak berdemokrasi. Jadi harus dilindungi. Namun, berdemokrasi dengan menyampaikan pendapat ada juga koridornya," tutur Taufan.
Sebagian besar pasien boleh pulang
Di RS Budi Kemuliaan, Direktur Manajemen Pelayanan Medis RS Budi Kemuliaan, Muhammad Rifki mengatakan, hingga Rabu pukul 17.00, jumlah korban yang dirawat akibat kerusuhan sudah mencapai 86 orang. Sebagian besar sudah diperbolehkan pulang dan tinggal tersisa tiga orang yang dirawat di rumah sakit karena kena tembakan peluru karet.
Satu orang terluka di bagian leher dan dioperasi karena lukanya yang cukup dalam. Satu orang lain terluka pada bagian arteri di lengannya. Yang terakhir terluka di kedua kakinya. Mereka semua kini dalam kondisi stabil dan kemungkinan diperbolehkan pulang Kamis (23/5/2019) besok.
Pada Rabu dini hari, seorang korban yang dibawa ke rumah sakit itu meninggal dunia akibat luka tembak di bagian dada dan telah dibawa ke RSCM. Rumah sakit belum bisa memastikan jenis peluru yang mengakibatkan luka itu.