Kepolisian Daerah Papua menyiapkan satu kompi pasukan atau sebanyak 100 personel pascainsiden pembakaran Markas Polsek Waigete di Kabupaten Deiyai, Papua, Selasa kemarin. Tujuannya, mencegah konflik susulan antara pihak kepolisian dan sekelompok warga.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS- Kepolisian Daerah Papua menyiapkan satu kompi pasukan atau sebanyak 100 personel pascainsiden pembakaran Markas Polsek Waigete di Kabupaten Deiyai, Papua, Selasa kemarin. Tujuannya, mencegah konflik susulan antara pihak kepolisian dan sekelompok warga.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura, Rabu (22/5/2019), mengatakan, 100 personel itu telah bersiaga di Waigete, ibu kota Deiyai. Selain itu, Direktur Sabhara dan Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Papua telah menuju ke Waigete.
Data Polda Papua menyebutkan, Polsek Waigete dibakar sekitar 50 warga pada Selasa (21/5/2019) malam. Pemicunya penangkapan pelaku pemalakan di Jalan Poros Kampung Waigete II bernama Melianus Dogopia.
Insiden ini bermula saat Melianus menyerang dan meminta uang pada seorang pengemudi di Jalan Poros Kampung Waigete II sekitar pukul 17.00 WIT. Pelaku meminta uang kepada supir tersebut.
Baca Juga : Tangani Kasus Pemalakan Mapolsek Waigete di Papua Dibakar Warga
Sekitar 15 menit kemudian, anggota Polsek Waigete tiba di lokasi menghentikan aksi Melianus. Namun, Melianus marah. Dia lantas menyerang serta merusak kaca mobil patroli polisi. Setelah itu, Melianus sempat pulang ke rumah.
Menjelang malam, tiga anggota polisi mendatangi rumah Melianus dan hendak menangkapnya. Namun, sekali lagi, Melianus melawan dengan panah. Tembakan peringatan yang diletuskan polisi tidak digubris. Akhirnya, polisi melepaskan tembakan ke arah paha Melianus, sebelum akhirnya dibekuk.
"Pihak keluarga pelaku tak terima dengan penangkapan tersebut. Sekitar 50 orang akhirnya menyerang dan membakar Kantor Polsek Waigete pada pukul 18.30 WIT. Mereka membakar dua unit mobil patroli, satu mobil warga, dan dua kios. Tak ada anggota kami yang menjadi korban, " papar Ahmad.
Ahmad menuturkan, Polda Papua telah menetapkan status keamanan siaga satu di Deiyai sampai batas waktu yang tidak ditentukan. "Dengan upaya persuasif, anggota kami telah berhasil membuka jalan yang ditutup warga pascainsiden. Saat ini anggota kami telah dapat mengendalikan situasi keamanan di sana, " tuturnya.
Ia pun membantah ada korban warga sipil yang meninggal dalam bentrokan dengan aparat saat insiden terjadi. Namun, ada tiga perempuan yang diduga jadi korban pelecehan seksual di sekitar lokasi pemalakan yang dilakukan Melainus.
Pastor Santon Tekege, tokoh agama di Deiyai saat dihubungi mengakui, situasi keamanan masih mencekam pascapembakaran Markas Polsek Waigete. Banyak warga yang tidak berani berani beraktivitas di luar rumah. Ia pun mengungkapkan, ada warga bernama Yulius Mote tewas akibat luka tembak di kepala. Diduga, kejadiannya terjadi saat polisi berpatroli di Kampung Waigete I pascainsiden pembakaran Markas Polsek Waigete.
"Yulius terkena tembakan di bagian kepala. Saat jenazah korban sedang disemayamkan di rumahnya di Kampung Okomokebo. Kami berharap pihak kepolisian bisa mengusut tuntas masalah ini, " tegas Santon.